RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Begitu banyak tokoh publik yang menginspirasi banyak orang. Dari sekian banyak itu, salah satunya adalah Yoris Sebastian.
Yoris panggilan akrab pria kelahiran 5 Agustus 1972 ini memiliki pandangan dan prinsip dalam hidup dengan ungkapan Thinking Out of The Box, Execute Inside of The Box. Maksudnya Berpikir dan menetapkan sebuah kesimpulan dengan cara yang tidak biasa sebagaimana kebanyakan orang pada umumnya.
Lazimnya, masa anak anak dihabiskan dengan bermain Namun berbeda apa yang ada di benak seorang bocah Yoris.
Anak ketiga dari empat bersaudara ini, sedari kecil sudah memikirkan bagaimana cara menjadi seorang entrepreneurship. Padahal, kedua orang tuanya ingin Yoris menjadi karyawan di sebuah perusahaan.
Diceritakan lebih lanjut, sang ayah pernah mencoba menjadi entrepreneur bisnis kayu namun perusahaan tutup dan mencoba bekerja di perusahaan besar kompetitor dengan bisnis yang sama yaitu kayu.
Sungguh dengan keteguhan hati, dirinya mencoba berbagai hal meskipun latar belakang keluarganya bukan dari latar belakang entrepreneur.
Namun Yoris sangat berambisi bahwa keinginannya bakal terwujud suatu saat nanti.
Yoris mengawali karir sebagai seorang jurnalis lepas di salah satu majalah ternama, Hai. Yoris sangat suka membaca majalah Hai yang digandrungi remaja saat itu. Dirinya kemudian mencoba untuk melaksanakan ide jurnalistiknya. Hard Rock Café dipilihnya sebagai bahan coretan jurnalistik.
Yoris tak sekadar nongkrong tapi mencoba menyerap sebanyak mungkin inspirasi dari yang dilihat dan dirasakan sehingga tak pelak Yoris diberikan tawaran yang cukup menyenangkan. Tak ayal, Yoris pun kemudian direkrut oleh perusahaan multinasional, Hard Rock Café. Yoris dapat mengaplikasikan buah pikirannya.
Cemerlang dalam meniti karirnya pun mulai terasa sejak bekerja di Hard Rock Café. Banyak ide kreatif dituangkan. Yoris yang menduduki posisi sebagai Asisten Advertising dan Promotion Manager.
Yoris mengawali ide kreatifnya dengan gebrakan acara I Like Monday yang selama ini telah mengkooptasi secara miring pikiran publik dengan sebuah hari yang membosankan bagi sebagian besar orang untuk memulai rutinitas apapun usai menikmati akhir pekan. Namun Yoris merasakan sebaliknya. Monday sungguh sangat mengagumkan baginya. Oleh karena itulah kemudian Yoris menggulirkan ide kreatif dan konsep program dengan menghadirkan para musisi lokal di temoatnya bekerja.
Tentu tidak gampang. Konsepnya sempat mengalami penolakan karena dianggap melawan trend Hard Rock yang selalu menampilkan band luar negeri. Namun, konsep sudah dipikirkan secara matang oleh Yoris dengan penuh keberanian.
Terbuktilah dengan Yoris berhasil meraih penghargaan Indonesia Young Marketer Award 2003.
Enam tahun bekerja, Yoris mampu mengundang artis dalam dan luar negeri. Diangkatlah Yoris menjadi General Manager. Hard Rock Café menyabet banyak award di bawah kepemimpinannya. Gelar GM Termuda juga didapatkan ketika Yoris mengikuti kompetisi yang membawanya sebagai pemenang International Young Music Entrepreneur of The Year Award (IYMEY) di usia 26 tahun.
Tak puas dengan keberjasilan yang diraihnya, Yoris selanjutnya mulai memikirkan ide baru dengan membuat konsep program TV bernama Destination Nowhere, sebuah acara travel tanpa tahu tujuan yang kemudian mendapat rekor MURI. Bahkan ide ide kreatif Yoris mengalir hingga mengajak salah satu musisi untuk benyanyi di dalam pesawat dengan ketinggian 30 ribu kaki.
Yoris yang suoer kreatif dengan ide dan gagasan segar ini memang sudah pernah duduk di posisi Direktur Utama di beberapa perusahaan seperti MRA Group menjadi artist management, event organizer dan sebagainya.
Yoris pun pernah membuat café dan bar di mall sebagai biro. Pernah pula bekerja di Kompas Gramedia selama 4 tahun. Namun, dirinya memutuskan untuk mengundurkan diri dari tempat yang membesarkan karirnya. Meskipun sudah berada di luar, Yoris sangat hangat dalam pertemanan dan tetap menjalin komunikasi dengan sang owner café.
Yoris berkeinginan kuat membuat perusahaan sendiri sehingga tidak perlu bertanggung jawab kepada siapapun. Bisa membagikan berkat atau manfaat ke banyak orang sesuka hatinya.
Sayang dengan almamaternya, Yoris tidak memutuskan untuk membuat café, tida membuat radio untuk bersaing padahal Yoris telah memiliki bekal knowledgenya.
Akhirnya Yoris memutuskan membuat creative consulting firm yaitu OMG atau Oh My Godness.
Klien pertamanya adalah Plaza Indonesia, tempat Hard Rock Café terakhir berdiri dengan modal zero, hanya nama dan reputasi.
Kata creative menjadi benang merah Yoris selama 18 tahun bekerja. Meyakini pendiriannya, Yoris mengikuti kompetisi di Inggris yaitu International Young Creative Entrepreneur Award tahun 2006.
Dalam komoetisi tingkat dunia ini, Yoris berhadapan dengan Ridwan Kamil yang kini menjadi gubernur Jawa Barat itu berhasil masuk final sebagai dua putra pertama Indonesia. Kompetisi ini sesungguhnya sudah diselenggarakan sejak 2005 namun Indonesia baru masuk final di tahun 2006. Yoris lebih mengedepankan musik dan Ridwan Kamil lebih mengedepankan design.
Yoris dalam kompetisi super ketat ini berhasil menggondol kemenangan dan mengantarkan kepopuleran dirinya yang semakin luas.
Masyarakat Asia Pasifik, bukan saja di Indonesia, mengenal Yoris sebagai GM Termuda di usia 26 tahun. Yoris tercatat sebagai GM termuda kedua setelah GM termuda 25 tahun dari Amerika.
Padahal Yoris diam – diam saja dan selalu berpenampilan ditua-tuakan biar tidak disepelekan.
Yoris juga disibukkan dengan menulis yang kemudian dicetak menjadi sebuah buku. Yoris hampir tidak pernah menulis kisah zero to hero tapi middle to hero. Dalam hal ini, dirinya memiliki alasan tersendiri.
Yoris berasal dari keluarga menengah dan pada lazimnya, masyarakat Indonesia memang berasal dari kelas menengah, bukan kelas bawah atau atas.
Yoris memang terlahir dari keluarga berkecukupan tapi bukan yang kaya. Bahkan Yoris sering tidak mendapatkan hal yang diinginkannya. Contohnya makanan junk food pringles. Dulu Yoris makan pringles hanya di waktu natal. Namun, menjadi pesan kepada anaknya kini bisa makan pringles kapanpun.
Kepada Ayu Yulia Yang, jurnalis Radar Indonesia News di salah satu restoran di Jakarta Pusat. Yoris juga sempat diberikan opsi untuk jenjang pendidikannya.
Kalau Yoris dulu tidak diterima di jurusan Komunikasi Massa, sebuah jurusan yang hanya ada di universitas ternama Universitas Indonesia (UI), Yoris ingin menempuh jenjang pendidikannya ke San Diego, sebuah tempat yang bukan merupakan kota gaul.
Statement yang didapat dari kedua orang tuanya yang memang dananya cukup untuk salah satu opsi, apabila Yoris menempuh jenjang pendidikan ke Amerika, sang adik tidak akan bisa menempuh jenjang pendidikan tinggi.
Kemudian Yoris berdiskusi dengan adiknya yang setahun lebih muda. Yoris mengalah demi sang adik yang ingin melanjutkan jenjang pendidikan tinggi hingga menjadi seorang sarjana.
Yoris hanyalah seorang mahasiswa Universitas Atmajaya jurusan Akuntansi dan berstatus DO atau Drop Out pada semester 5.
Awalnya, Yoris hanya melakukan cuti karena over load pekerjaan. Memang sebenarnya Akuntasi yang disukainya setelah Komunikasi Massa. Yoris pun pernah ditunjuk menjadi bendahara OSIS saat masih di bangku sekolah. Walaupun memang nilai studi Matematika tidak bagus namun Akuntansinya terbilang bagus.
Sisi lainnya, Yoris pun menyempatkan diri mengajar anak – anak muda untuk senantiasa menempuh jenjang pendidikan itu untuk mengejar ilmu bukan sertifikatnya. Bukan asal ucap, Yoris memang selalu mendapatkan nilai A pada setiap ujian yang dilaksanakan di kampusnya.
Kesibukan pekerjaan menjadi nilai terkait menjadi H alias Hutang. Yoris pun sempat mempermasalahkan dan berdebat dengan dosen.
Menempuh jenjang pendidikan tinggi itu untuk pintar atau untuk absen. Nilai ujian Yoris A dan sistem belajar dikebut semalam namun lain yang didapatkan pada hasil akhir. Tidak bisa lulus karena jarang absen.
Waktu berlalu, Yoris sudah meraih kesuksesan. Yoris kembali ke Universitas Atmajaya dan menjadi pembicara. Lalu sang dosen menjelaskan kepada Yoris akan statement Yoris yang pernah dilontarkan.
Dibentuklah peraturan baru. Para mahasiswa atau mahasiswi yang absennya lebih dari 20 persen tidak masuk, tidak boleh mengikuti ujian.
Yoris pun sempat menempuh jenjang pendidikan tinggi di Universitas Terbuka (UT) jurusan Akuntansi. Tapi lagi – lagi terhenti. Walaupun Yoris sangat suka pendidikan dan belajar. Yoris harus membuat skala prioritas dalam setiap kesempatan emas hidupnya.
Walaupun Yoris hanya menerima upah atau gaji sekitar 550 ribu rupiah dalam pekerjaannya Yoris tidak pernah merengek minta lagi tambahan dari kedua orang tuanya.
Begitulah perjalanan inspiratif Yoris yang sedari kecil, saat masih sekolah dulu dididik.
Meskipun bekerja menjadi juru antar dokumen rahasia milik sang ayah di Singapura dan sebagai karyawan KFC, Yoris tetap hidup seserhana dan berusaha irit dalam keuangan.[]
Reporter: Ayu Yulia Yang
Comment