![]() |
Yanyan Supriyanti, A.Md |
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Gali lubang tutup lubang, mungkin itu yang menggambarkan kondisi Indonesia saat ini. Indonesia terlilit utang luar negeri, belum tuntas utang yang sebelumnya, sudah mau meminjam lagi ke Bank Dunia, guna menutupi utang sebelumnya, bagai utang selilit pinggang.
Dilansir republika.co.id pada 19 Oktober 2018, Bank Dunia (World Bank) mengalokasikan dana pinjaman untuk pemerintah Indonesia hingga 1 miliar dolar Amerika Serikat (AS). Pinjaman ini ditujukan untuk penanganan dan pemulihan pasca bencana di Sulawesi Tengah, Nusa Tenggara Barat, dan lokasi terdampak bencana lain di Indonesia. Dalam tawarannya, Bank Dunia juga mengklaim tawaran pinjaman ini mampu memperkuat ketahanan jangka panjang.
Pemerintah salah prioritas dalam menyelesaikan masalah. Pesta pora dalam menyambut rentenir, namun di sisi lain rakyat tidak diurus dengan baik.
Selama ini Indonesia telah banyak berutang dengan negara lain. Besar nominalnya per Februari 2018, utang Indonesia telah melonjak menjadi 375,5 miliar dolar AS atau sekitar Rp 4.915 triliun. Angka yang sangat fantastis, kebayang nggak berapa lama Indonesia bisa melunasinya?
Agenda Dibalik Global Forum IMF-WB di Bali
Pemberian utang adalah sebuah proses agar negara peminjam tetap miskin, tergantung dan terjerat utang yang makin bertumpuk-tumpuk dari waktu ke waktu. Selanjutnya, utang luar negeri yang diberikan pada dasarnya merupakan senjata politik negara-negara kapitalis kafir Barat kepada negara-negara lain, yang kebanyakan negeri-negeri muslim, untuk memaksakan kebijakan politik, ekonomi terhadap kaum muslimin.
Tujuan negara kapitalis memberi utang bukanlah untuk membantu negara lain, melainkan untuk kemaslahatan, keuntungan dan eksistensi mereka sendiri. Mereka menjadikan negara pengutang sebagai alat sekaligus ajang untuk mencapai kepentingan mereka. Ideologi demokrasi dengan kapitalisme sebagai basis kekuatan dikembangkan dunia terutama Amerika, Eropa dan negara-negara maju, punya pengaruh yang kuat terhadap utang ini. Karena dalam alam demokrasi, utang telah menempati peran penting melalui mekanisme ekonomi kapitalis.
Solusi Islam
Dalam Islam, status negara berutang itu mubah dalam satu keadaan saja, yaitu apabila di baitul mal tidak ada harta. Dan kepentingan yang mengharuskan negara hendak berutang adalah termasuk perkara yang menjadi tanggung jawab kaum muslimin dan apabila tertunda/ditunda dapat menimbulkan kerusakan. Inilah dibolehkannya negara berutang, sedangkan untuk kepentingan lainnya mutlak negara tidak boleh berutang.
Dengan demikian, utang luar negeri dengan segala bentuknya harus ditolak. Kita tidak lagi berpikir bisakah kita keluar dari jeratan utang/tidak.
Penyelesaian Islam dengan sistem ekonominya:
1. Kesadaran akan bahaya utang luar negeri, bahwa utang yang dikucurkan negara-negara kapitalis akan berujung pada kesengsaraan.
2. Keinginan dan tekad yang kuat untuk mandiri harus ditancapkan sehingga memunculkan ide-ide kreatif yang dapat menyelesaikan berbagai problem kehidupan, termasuk problem ekonomi.
3. Menekan segala bentuk pemborosan negara baik korupsi maupun anggaran yang memperkaya pribadi pejabat, yang bisa menyebabkan defisit anggaran.
4. Melakukan pengembangan dan pembangunan kemandirian dan ketahanan pangan.
5. Mengatur ekspor dan impor yang akan memperkuat ekonomi dalam negeri dengan memutuskan impor atas barang-barang luar negeri yang diproduksi di dalam negeri dan membatasi impor dalam bentuk bahan mentah atau bahan baku yang diperlukan untuk industri dasar dan industri berat yang sarat dengan teknologi tinggi.
Islam menyelesaikan masalah dengan prioritas yang jelas. Hanya Syari’at Islam yang mampu menyejahterakan rakyat dengan sistem ekonomi Islamnya. Sehingga negara tidak lagi harus mengemis dari negara lain, apalagi negara kafir penjajah. Wallahu a’lam bishshawab.[]
Penulis adalah member Akademi Menulis Kreatif
Comment