Yahudi AS, Pindah ke Israel dan Masuk Islam

Berita616 Views
Joseph Cohen.[josephcohe.com]
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA Pada tahun
1998, Joseph Cohen seorang Yahudi Ortodoks kelahiran AS hijrah ke Israel
karena keyakinannya yang sangat kuat pada ajaran Yudaisme. Ia kemudian
tinggal di pemukiman Yahudi Gush Qatif di Gaza (Israel mundur dari
wilayah Jalur Gaza pada tahun 2005).


Cohen tak
pernah mengira bahwa kepindahannya ke Israel justru membawanya pada
cahaya Islam. Setelah tiga tahun menetap di Gaza, Cohen memutuskan untuk
menjadi seorang Muslim setelah ia bertemu dengan seorang syaikh asal
Uni Emirat Arab dan berdiskusi tentang teologi dengan syaikh tersebut
lewat internet. Setelah masuk Islam, Cohen mengganti namanya dengan nama
Islam Yousef al-Khattab.


Tak lama
setelah ia mengucapkan syahadat, istri dan empat anak Yousef mengikuti
jejaknya menjadi Muslim. Sekarang, Yousef al-Khattab aktif berdakwah di
kalangan orang-orang Yahudi, meski ia sendiri tidak diakui lagi oleh
keluarganya yang tidak suka melihatnya masuk Islam.


“Saya sudah
tidak lagi berhubungan dengan keluarga saya. Kita tidak boleh memutuskan
hubungan kekeluargaan, tapi pihak keluarga saya adalah Yahudi dengan
entitas ke-Yahudi-annya. Kami tidak punya pilihan lain, selain
memutuskan kontak untuk saat ini. Kata-kata terakhir yang mereka
lontarkan pada saya, mereka bilang saya barbar,” tutur Yousef tentang
hubungan dengan keluarganya sekarang.


Ia mengakui,
berdakwah tentang Islam di kalangan orang-orang Yahudi bukan pekerjaan
yang mudah. Menurutnya, yang pertama kali harus dilakukan dalam
mengenalkan Islam adalah, bahwa hanya ada satu manhaj dalam Islam yaitu
manhaj yang dibawa oleh Rasululullah saw yang kemudian diteruskan oleh
para sahabat-sahabat dan penerusnya hingga sekarang.


“Cara yang
paling baik untuk membuktikan bahwa Islam adalah agama untuk semua umat
manusia adalah dengan memberikan penjelasan berdasarkan ayat-ayat
al-Quran dan yang membedakan antara umat manusia adalah ketaqwaannya
pada Allah semata,” ujar Yousef.


“Islam bukan
agama yang rasis. Kita punya bukti-bukti yang sangat kuat, firman Allah
dan perkataan Rasulullah saw. Kita berjuang bukan untuk membenci kaum
kafir. Kita berjuang hanya demi Allah semata, untuk melawan mereka yang
ingin membunuh kita, yang menjajah tanah air kita, yang menyebarkan
kemungkaran dan menyebarkan ideologi Barat di negara kita, misalnya
ideologi demokrasi,” sambung Yousef.


Ia
mengatakan bahwa dasar ajaran agama Yahudi sangat berbeda dengan Islam.
Perbedaan utamanya dalam masalah tauhid. Agama Yahudi, kata Yousef
percaya pada perantara dan perantara mereka adalah para rabbi.
Orang-orang Yahudi berdoa lewat perantaraan rabbi-rabbi mereka.


“Yudaisme
adalah kepercayaan yang berbasiskan pada manusia. Berbeda dengan Islam,
agama yang berbasis pada al-Quran dan Sunnah. Dan keyakinan pada Islam
tidak akan pernah berubah, di semua masjid di seluruh dunia al-Quran
yang kita dengarkan adalah al-Quran yang sama,” ujar Yousef.


Lebih lanjut
ia mengatakan bahwa Yahudisme di sisi lain berpatokan pada “tradisi
oral” misalnya kitab Talmud yang disusun berdasarkan informasi dari
mulut ke mulut yang kemudian dibukukan. Para rabbi sendiri, kata Yousef
mengakui, bisa saja banyak hal yang sudah orang lupa sehingga keabsahan
kitab tersebut bisa dipertanyakan.


Yousef
mengungkapkan, kitab Taurat yang diyakini kaum Yahudi sekarang memiliki
sebelas versi yang berbeda dan naskah-naskah Taurat itu bukan lagi
naskah asli. “Alhamdulillah, Allah memberikan rahmat pada kita semua
dengan agama yang mudah, di mana banyak orang yang bisa menghapal
al-Quran dari generasi ke generasi. Allah memberkati kita semua dengan
al-Quran,” tukas Yousef. Meski demikian, ia meyakini dialog adalah cara
terbaik dalam berdakwah terutama di kalangan Yahudi.


Ditanya
tentang kelompok-kelompok Yahudi yang mengklaim anti-Zionis. Yousef
menjawab bahwa secara pribadi maupun dari sisi religius, ia tidak
percaya dengan Yahudi-Yahudi yang mengklaim anti-Zionis. “Dari
sejarahnya saja, mereka adalah orang-orang yang selalu melanggar
kesepakatan. Mereka membunuh para nabi, oleh sebab itu saya tidak pernah
percaya pada mereka, meski Islam selalu menunjukkan sikap yang baik
pada mereka,” paparnya.


Yousef
menegaskan bahwa pernyataannya itu bukan untuk membela orang-orang
Palestina ataupun atas nama seorang Muslim. Pernyataan itu merupakan
pendapat pribadinya. “Allah Maha Tahu,” tandasnya.


Sebagai
orang yang pernah tinggal di pemukiman Yahudi di wilayah Palestina,
Yousef mengakui adanya diskriminasi yang dilakukan pemerintah Israel
terhadap Muslim Palestina. Yousef sendiri pernah dipukul oleh
tentara-tentara Israel meski tidak seburuk perlakuan tentara-tentara
Zionis itu pada warga Palestina.


“Saya masih
beruntung, penderitaan yang saya alami tidak seberat penderitaan
saudara-saudara kita di Afghanistan yang berada dibawah penjajahan AS
atau saudara-saudara kita yang berada di kamp penjara AS di Kuba
(Guantanamo),” imbuhnya dengan rasa syukur.


Allah
memberikan hidayah pada umatnya, kadang dengan cara yang tak terduga.
Seperti yang dialami Cohen atau Yousef yang justru masuk Islam setelah
pindah ke wilayah pendudukan Israel di Gaza. (Eramuslim)

Comment