RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — “Guru kencing berdiri, murid kencing berlari”. Tampaknya peribahasa ini menjadi beban tersendiri bagi seorang guru. Pasalnya, seorang guru adalah panutan bagi murid, model dan cermin bagi perilaku dan kehidupan.
Sehingga bukan hanya di sekolah, tetapi dalam lingkungan bermasyarakatpun seorang guru akan menjadi sorotan di lingkungan sehari-hari. Tidak jarang, berbagai pertanyaan di berbagai aspek dipercayakan kepada guru. Guru dituntut untuk selalu mampu menjawab dan memecahkan permasalahan tersebut.
“Guru adalah orang yang bisa menyampaikan wawasan kebangsaan kepada masyarakat dan murid. Saya juga yakin, setiap saat mereka selalu memberikan wawasan kebangsaan kepada peserta didiknya,” begitu yang disampaikan oleh Iis Edhy Prabowo, Anggota MPR RI kepada ratusan guru yang tergabung dalam PGRI Kabupaten Bandung di Hotel Sahid, Soreang pada Rabu (11/11/2020).
Wawasan kebangsaan tersebut adalah sosialisasi mengenai 4 pilar kebangsaan, yang diantaranya adalah Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 45), Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Bhineka Tunggal Ika. 4 pilar ini merupakan pondasi dan tiang penyangga yang kokoh yang harus terpatri dalam hati, jiwa dan raga bagi setiap warga negara Indonesia yang mengaku cinta terhadap tanah air.
Guru akan sangat didengar oleh masyarakat dibandingkan profesi lain. Sehingga guru dinilai sebagai mitra penting yang sangat strategis dalam mensosialisasikan 4 pilar ini. 4 pilar kebangsaan ini dinilai sangat penting, dengan tujuan agar masyarakat dan murid mengetahui identitas negaranya sehingga memiliki rasa cinta terhadap tanah air dan menjadi warga negara yang berakhlak mulia, cerdas, partisipatif dan bertanggung jawab.
Perlu dijabarkan secara detail, aspek-aspek yang harus ditanamkan kepada murid dan masyarakat. Jauh di atas segalanya, sebagai generasi pendobrak masa depan, pendidikan agama yang mengatur seluruh aspek kehidupan berdasarkan aturan Allah Swt. akan lebih baik ditanamkan kepada murid sejak dini.
Dari sanalah muncul kecintaan murid terhadap bumi yang ia pijak karena Allah Swt. Sebuah rasa dan kecintaan yang tidak mendatangkan kerusakan, kecintaan yang berdasar serta kecintaan yang mendatangkan kebaikan.
Kecintaan yang didasarkan pada aturan yang diciptakan oleh manusia, adalah kecintaan dengan benih kepentingan pribadi dan golongan.
Terlebih jika rasa cinta yang ditanamkan adalah kecintaan yang didasari oleh ideologi kapitalisme, sosialis-komunisme, sekulerisme dan aturan manusia lainnnya. Kecintaan semacam ini tidak akan pernah menghasilkan umat yang mulia di hadapan Allah Swt.
Guru, sejatinya seorang yang tidak hanya menanamkan kompetensi keahlian duniawi namun harus memiliki abilitas mendidik generasi beriman dan bertaqwa, tangguh, berkarakter,cerdas serta menerapkan segala aturan Allah Swt secara paripurna, tanpa kecuali.
Artinya, guru terlebih dahulu yang harus “dicetak” menjadi guru ideologis yang mampu mengarahkan murid ke arah yang lebih baik. Sehingga guru dapat benar-benar menjadi mitra penting dalam pendidik generasi cemerlang yang berkepribadian Islam, berakhlak mulia, berjiwa pemimpin dan menjadi teladan bagi anak didiknya.
Seperti perintah Allah Swt. tentang kebenaran, yaitu Al-Qur’an sebagai sumber aturan sempurna dalam kehidupan yang artinya:
“… Katakanlah : ‘Tunjukkanlah Hujjahmu! (Al-Qur’an) ini adalah peringatan bagi orang-orang yang bersamaku, dan peringatan bagi orang-orang yang sebelumku’. Sebenarnya kebanyakan mereka tiada mengetahui yang hak, karena itu mereka berpaling.” (QS. Al-Anbiya [21] : 24). Wallaahu a’lam bishshawab.[]
*Praktisi pendidikan
Comment