Oleh: Safia Syahira, Aktivis Muslimah Buton
__________
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– “Sebanyak apapun gaji yang mampu dikumpulkan. Setinggi apapun jabatan yang mampu diraih. Ketahuilah, bagi seorang wanita maqom yang termulia di hadapan Rabbnya adalah sebagai Ummu wa Robbatul Bait”
Sebuah iklan yang membuatku terheran-heran berkali-kali ditayangkan. Iklan yang berisi tentang seorang wanita berhijab yang bercita-cita menjadi seorang petinju. Karena khawatir ibunya tak menyetujui, ia pun berbohong kala ditanyai ibunya perihal keterlambatannya pulang ke rumah. Walaupun ia memutuskan tuk jujur pada ibunya jua.
Tidak habis pikir lagi, ketika ibunya tahu anaknya ingin menjadi petinju, ibunya menyetujui dan sepenuhnya mendukung cita-cita anaknya itu.
Dari sini kupikir, ide-ide feminis benar-benar telah merasuk ke dalam benak generasi muda kaum muslim. Kaum feminis dengan segala upayanya agaknya telah berhasil menyusupkan ide kesetaraan antara laki-laki dan perempuan.
Bila laki-laki bisa menjadi petinju, mengapa wanita tidak? Bila laki-laki bisa menjadi atlet angkat besi, mengapa wanita tidak? Bila laki-laki bisa bekerja, mengapa wanita tidak? Bila laki-laki bisa menjadi menteri, maka wanita bisa menjadi menteri juga dong!
Ide kesetaraan inilah yang telah mengubah pemahaman kaum muslimah dalam memandang maqomnya yang mulia. Wanita yang mulia sekarang ini adalah wanita yang mampu bekerja menghasilkan uang, mandiri dalam masalah keuangan, produktif membangun negeri.
Meskipun mereka harus meninggalkan rumahnya. Meninggalkan suaminya dan anak-anaknya. Menitipkan anak-anaknya ke tempat penitipan anak. Menyerahkan pendidikan kepada pihak sekolah. Memberikan berbagai fasilitas terbaik tuk anak-anak mereka.
Namun, waktu tuk membersamai anak-anak mereka hilang. Pelayanan terhadap suami pun menjadi tidak optimal. Pengurusan rumah tangga diserahkan kepada asisten rumah tangga.
Kelak inilah yang akan menjadi pemicu retaknya rumah tangga. Apalagi, bila gaji isteri lebih tinggi dibandingkan suami. Istri menjadi lebih dominan. Selanjutnya ia tak lagi menjadikan suami sebagai qowwam. Bila seperti ini, tunggulah saat-saat kehancuran keluarga.
Sahabat, Allah Swt sungguh telah menciptakan kita dengan sempurna. Dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Perbedaan gender, antara laki-laki dan perempuan bertujuan tuk saling melengkapi. Masing-masing Allah tentukan hak dan kewajibannya. Bukan untuk mengangkat yang satu dan menginjak yang lainnya. Tapi, semata-mata agar manusia berjalan dalam kehidupan sesuai fitrahnya.
Allah Swt sendiri telah menetapkan maqom mulia seorang wanita dan sesuai fitrahnya sebagai Ummu wa Robbatul Bait. Sebagai ibu dan pengurus rumah tangganya. Melayani suami secara optimal dan mendidik anak-anaknya sesuai tuntunan syara.
Maqom sekaligus kewajiban yang disematkan Allah pada diri muslimah. Karenanya, setinggi apapun jabatan yang telah diraih dan sebanyak apapun gaji yang ia dapatkan, bila ia melalaikan kewajiban yang satu ini, maka ia berdosa. Karena telah meninggalkan kewajiban yang telah disyariatkan untuknya.
Maka dari itu, kaum muslimah harus memahami bahwa menjadi ibu rumah tangga bukan hal yang hina. Justeru inilah peran utama dan maqom tertinggi yang bisa diraih wanita.
Berbanggalah karena telah menjadi ibu rumah tangga. Walaupun dalam kaca mata sebagian orang posisi ini dianggap sebagai pekerjaan rendahan dan dipandang tak produktif.
Sesungguhnya yang harus menjadi perhatian bukanlah bagaimana kita dalam pandangan manusia, tapi bagaimana kita dalam pandangan Allah Swt. Rido Allahlah yang menjadikan kita layak masuk ke surga-Nya, bukan rido manusia.
Semoga anda semua menjadi muslimah sholehah yang paham akan maqomnya sebagai wanita. Inilah maqom termulia yang harus diraih. Tuk kehidupan yang bahagia di dunia juga di surga.Wallahua’lam.[]
Comment