Waode Sukmawati |
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Bulan ramadhan adalah bulan penuh berkah yang sangat di tunggu-tunggu kedatangannya oleh umat muslim. Bulan suci yang membuat hati setiap muslim yang menantinya berbunga bak taman indan nanwangi. Dirindu dan berharap agar bertemu kembali jika telah terlewati.
Ramadhan adalah bulan yang istimewa, karena itu seyogianya setiap muslim bergembira menyambut kedatangannya. Berlomba-lomba untuk melaksanakan kebaikan, meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah. Bulan yang setiap diri mengharapkan derajat takwa.
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
Bulan ramadhan adalah bulan yang setiap muslim wajib untuk melaksanakan ibadah puasa. Sebagaimana firman Allah SWT “ Hai orang-orang beriman, telah diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana puasa itu pernah diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa” (TQS. Al-Baqarah : 183)
Apa yang disebut dengan takwa? Imam ath-Thabari menafsirkan ayat diatas dengan mengutip dari Al-Hasan yang menyatakan “orang-orang yang bertakwa adalah mereka yang takut terhadap perkara apa saja yang telah Allah haramkan atas diri mereka dan melaksanakan perkara apa saja yang telah Allah titahkan atas diri mereka.” (Ath thabari, jami’ al-Bayan li Ta’wil al-Qur’an, I/232-233).
Oleh karena itu, setiap muslim harus menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi semua laranganNya. Bukan takwa namanya jika seseorang biasa melakukan sholat namun ia biasa memakan riba. Melaksanakan puasa namun ia biasa melakukan suap, korupsi, dan mengabaikan urusan masyarakat.
Kewajiban seorang muslim bukan hanya sekedar sholat, zakat dan puasa saja. Masih banyak kewajiban yang harus di jalankan oleh setiap insan yang mengaku muslim. Seperti menuntut ilmu agama, melakukan amar ma’ruf nahi mungkar,
berjihad dan menjalankan hukum-hukum yang telah ditetapkan oleh Allah STW yang telah tertuang dalam kitab suci Al-Qur’an.
Idealnya, setiap kaidah yang telah diatur dalam Al-Qur’an dan As-sunnah harus dilaksanakan oleh setiap muslim. Namun pada kenyataannya, umat muslim tidak bisa melaksanakan semua kewajiban dan hukum yang telah diatur didalam Al-Qur’an. Seperti hudud, jinayat, ta’zir, dan mukhalafat. Semua itu bisa dilaksanakan apabila ada negara yang mengaturnya. Melaksanakan seluruh aturan yang telah ditentukan secara kaffah agar tercipta ketakwaan pada seluruh umat islam. Karena pada hakikatnya, takwa adalah terwujudnya ketaatan pada seluruh aturan islam baik individu, keluarga, masyarakat, dan negara. Namun, disistem sekarang ini hal tersebut mustahil untuk diterapkan.
Ramadhan adalah bulan perjuangan, menyiarkan yang haq,meniadakan kebathilan dan melenyapkan setiap kezhaliman yang ada. Seperti serangan yang dilakukan oleh Israel terhadap Palestina di jalur Gaza. Sungguh hal tersebut adalah kezhaliman yang amat besar terhadap umat muslim yang berada disana.
Sakit hati umat muslim diluar Palestina yang melihat hal tersebut tidak sebanding dengan penderitaan yang mereka rasakan. Lantas, apakah bantuan yang kita lakukan sebagai umat muslim hanya cukup dengan berdoa saja? Umat muslim saat ini butuh junnah, perisai yang dapat melindungi setiap umat muslim yang ada diseluruh dunia. Pemimpin yang taat, yang patuh terhadap aturan Allah dan menerapkan seluruh syari’at islam juga merupakan junnah. Yang berani turun tangan dalam membantu umat muslim yang terkena musibah dimanapun mereka berada.
Tidak hanya obat-obatan saja, tentara juga harus dikerahkan untuk membantu melawan pembantaian yang dilakukan oleh Israel laknatullah terhadap palestina. Namun apa yang terjadi saat ini? Umat muslim masih saja tertindas, sebab hilangnya junnah yang sedari dulu diharapkan dan mengupayakan hadir kembali ditengah-tengah umat saat ini.
Bagaikan penyakit yang memiliki berbagai macam gejala. Tidak cukup hanya mengobati gejalanya saja. Inti permasalahannya adalah penyakit tersebut, maka yang dihilangkan adalah penyakitnya, bukan hanya gejalanya.
Oleh karena itu, sudah kah penyakit yang sejak dulu hingga saat ini berkecamuk di bumi ini telah tiada? Jika belum, saatnya kita bersama-sama membasi, menuntaskannya dengan menerapkan syari’at islam secara kaffah. Wallahu’alam.[]
*Anggota Komunitas menulis Untuk Peradaban
Comment