RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Kebijakan pemerintah terkain penanganan Covid-19 memang terkesan mencal-mencle. Saat masyarakat dilalarang mudik, pemerintah malah membuka jalur transportasi angkutan umum. Saat masyarakat dianjurkan untuk dirumah saja, mall dan bandara dibuka. Ini yang membuat masyarakat jadi bingung. Ibarat dilarang minum khomer tapi disodori juga. Kan heran.
Memang, semua keputusan ada di tangan kita. Apakah kita akan patuh diam di rumah, atau jalan-jalan ke Mall. Atau apakah kita akan tetap di perantauan menahan rindu, atau nekad mudik. Keputusan kita hanya untuk kepentingan kita, menyelamatkan diri kita dan keluarga saja. Bagaimana dengan orang lain yang tak sekuat kita mentaati protokol kesehatan? Mereka tergiur untuk melakukan perjalanan karna memang transportasinya dibuka, bandara juga dibuka. Mereka tergiru untuk nongkorong, berkumpul dan berkerumun di mall karna mallnya dibuka, cafe dan restaurant dibuka. Jadi sebenarnya pemerintah mendukung yang mana? Di satu sisi menyarankan tetap dirumah, tapi di sisi lain mengaktifkan kembali sarana transportasi dan pusat keramaian.
Akan beda ceritanya jika apa yang disarankan pemerintah, didukung juga oleh kebijakan yang mereka keluarkan. Jadi, mau tidak mau masyarakat akan patuh. Bukankan sifat peraturan itu adalah memaksa? Jika dilanggar maka ada konsekuensinya.
Sebagai seorang muslim, Agama mengajarkan kita untuk peduli pada urusan umat. Bukan hanya memikirkan kepentingan pribadi dan golongan. Mungkin sebagian berfikir, silahkan saja pemerintah mau membuat kebijakan seperti apa, toh kita masih bisa memilih untuk kebaikan kita sendiri. Betul, tapi masalahnya tak berhenti pada diri sendiri.
Kesadaran dan kepedulian sebagian masyarakat akan pentingnya menjaga diri dari bahaya wabah, harus juga didukung dengan kebijakan penguasa. Agar tujuan kita memutus mata rantai penyebaran virus ini berjalan dengan maksimal.[]
Comment