Ummul Haq: Negeri Tersantai dan Geliat Kebangkitan Ummat

Berita461 Views
Ummul Haq

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Sebuah laporan dari agen perjalanan Inggris yang dikutip dari Lastminute.com menuliskan bahwa Indonesia sebagai Negara Paling Santai di Dunia atau Most Chilled out Countries in The World. Hasil peringkat ini berdasarkan sebuah penelitian dengan meninjau berbagai faktor diantaranya, banyaknya cuti tahunan, faktor polusi suara, faktor cahaya (lingkungan), faktor Hak Asasi Manusia (HAM), budaya dan banyak lokasi spa atau retreat lainnya (tribunnews).

Peringkat negeri tersantai, sejenak membuat kita merasa bangga dan tergaet untuk segera berlibur dan menikmati keindahan negeri hingga ke seluruh pelosok. Indonesia yang bercorak tropis dengan berjuta pesonanya berupa pantai-pantai, alam bawah laut yang unik, keindahan gunung, hutan-hutan, danau dan budaya yang beragam.

Namun, keindahan dan pesona alam indonesia juga menjadi peluang dan sarana paten bagi para kapitalis untuk menanamkan “budaya imperial” nya di tanah negeri ini. Berkedok investasi, para kapitalis semakin giat meraup pundi-pundi laba demi eksistensi dirinya dan kelompoknya. Pemerintah Indonesia bahkan membuka pintu selebar-lebarnya bagi para investor asing yang hendak menanamkan sahamnya terutama di sektor pariwisata.

United Nations Conference Trade and Development (UNCTAD), sebuah organisasi di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), telah merilis laporan terbaru terkait investasi dunia yang dirangkum dalam World Investment Report 2015. Dalam laporan tersebut menunjukkan Indonesia mengalami kenaikan penanaman modal asing sebesar 20 persen ke angka US$ 22,6 miliar dari US$ 18,8 miliar dibanding tahun sebelumnya. Pertumbuhan investasi asing di Indonesia ini merupakan yang tertinggi kedua di Asia Timur, sedangkan dari sisi nilai PMA merupakan yang terbesar keempat ( investasi-indonesia.com).

Selain itu, dikutip dari Kompas.com menyatakan total nilai Penanaman Modal Asing di sektor pariwisata Indonesia dari Januari-Desember 2017 mencapai 1.326,56 juta dollar AS. Sebagai tambahan, data Badan Koordinasi Penanaman Modal menyebutkan penanaman modal di sektor pariwisata periode 2015-2018 semester pertama, 77 persen didapat dari Penanaman Modal Asing (investor luar negeri), baru 23 persennya berasal dari Penanaman Modal Dalam Negeri (investor dalam negeri). Hal ini tentunya akan semakin melanggengkan kekuasaan asing di Indonesia.

Demi mendongkrak devisa, negara semakin menggenjot asing untuk mengembangkan investasi di Indonesia. Namun, tanpa disadari akibatnya alam Indonesia akan semakin dijarah dan di kapitalisasi oleh para pemilik modal. Bukannya menguntungkan, negeri ini justru menjebloskan diri ke dalam lubang yang digali sendiri. Keindahan dan kekayaan alam Indonesia banyak yang rusak, akibat dirombak menjadi kawasan wisata elit dengan lahan yang luas, ada yang dijual, bahkan dihancurkan seperti hutan tropis yang berpengaruh pada ekosistem lingkungan sekitarnya. Danau, pantai dan objek wisata lain yang tercemar oleh limbah yang tidak ditangani dengan baik. Sementara itu, rakyat yang hendak menikmati keindahan alam harus membeli tiket dengan harga yang mahal.

Akibatnya rekreasi dan wisata hanya didapatkan oleh orang-orang berkemampuan finansial tinggi. Rakyat miskin dan tingkat ekonomi menengah kebawah tidak dapat menikmati indahnya pesona alam akibat tidak mampu membeli tiket dan fasilitas mewah tersedia, sehingga kenikmatan rekreasi tidak dapat diperoleh setiap rakyat. Padahal kekayaan alam adalah kepemilikan umum yang harusnya berhak dinikmati oleh semua orang, bukan hanya sekelompok orang dengan strata sosial atau ekonomi tertentu saja.

Selain itu, para kapitalis semakin giat menanamkan ide Liberalisasi dan sekulerisasi yang menjadi asas ideologinya kepada kaum muslimin terutama. Gaya hidup hedonis yang ditawarkan. Tempat-tempat maksiat dibiarkan, perdagangan minuman keras, makanan yang haram bebas ditemukan. Hotel, penginapan, bar-bar judi menjamur di sekitar tempat wisata. Gaya hidup serba bebas tanpa mengindahkan aturan agama menjadi biasa.

Arus sekulerisasi juga semakin diperderas. Jauhnya suasana wisata dari tata aturan Islam menjadikan tempat wisata hanya sebagai pemuas nafsu belaka. Wisata hanya terpaku pada fasilitas dan sarana mewah tanpa mengindahkan kebesaran dan kekuasaan Allah SWT yang menciptakan. Hal ini tentunya bermula dari lingkungan (sistem) yang bergelimang maksiat, kurangnya kontrol sosial dan pemahaman Islam yang masih lemah. Para pemuda juga sangat berpengaruh besar dalam proyek para kapital.

Dikutip dari beritagar.id menuliskan bahwa setidaknya 35 persen atau 25 juta anak muda gemar berwisata. Hal ini tentu menjadi peluang besar para kapitalis untuk menyebarkan ideologi mereka. Melalui rekreasi ala kapital, pemuda diajak bersenang-senang dan dilenakan oleh kenikmatan fasilitas mewah sehingga tidak menyadari dan mempedulikan persoalan yang dihadapi ummat. Ditambah lagi, ketakutan kapitalis (red; Barat) terhadap kebangkitan Islam yang sudah mulai menggeliat di Indonesia dan dipimpin oleh para pemuda. Melalui sederetan aksi bela Islam yang dihadiri oleh ribuan, bahkan jutaan orang semakin mengganggu dan mengusik ketenangan Barat akan eksistensi Ideologi dan kekuasaan mereka yang sudah diujung tanduk.

Pemuda pun ditipudaya dengan godaan kenikmatan duniawi yang dimunculkan dengan berbagai metode dan upaya tanpa jemu dan lelah. Pemuda dan Kebangkitan Islam Pemuda adalah sosok manusia yang memiliki segenap kekuatan, daya upaya dan kecerdasan yang luarbiasa. Anugerah tersebut seharusnya dijadikan peluang untuk bangkit dan bergerak. Cengkeraman ideologi berupa ghazul fikr (perang pemikiran) semakin liar disiarkan dan disebarkan terutama melalui sistem jahil yang diterapkan atas umat saat ini.

Kondisi umat yang semakin buruk, harusnya menjadi pelecut semangat para pemuda muslim untuk berjuang meraih kebangkitan. Lantas mengapa harus bangkit wahai pemuda? Apa makna kebangkitan ? Menurut Syeikh Taqiyyudin an Nabhani dalam buku Nizhamul islam, istilah nahdhoh atau kebangkitan adalah manakala manusia mampu menjawab tiga pertanyaan pokok kehidupan, yaitu ada apa sebelum kehidupan ini, untuk apa kehidupan ini, dan hendak kemana manusia setelah kehidupan ini.

Ketiga jawaban dari persoalan-persoalan ini akan menjadi landasan hidup manusia. Pemikiran cemerlang adalah kunci untuk menjawab ketiga pertanyaan tersebut. Seorang pemuda hendaklah mampu menjawab ketiga pertanyaan besar tersebut, yang dari jawaban tersebut lahirlah aqidah. Aqidah dan syari’ah Islam haruslah menjadi ideologi yang senantiasa digenggam kuat oleh para pemuda dalam menjalankan kehidupannya.

Atas dasar itu, maka setiap pemikiran, pemahaman, dan perbuatannya akan terlahir atas ideloginya tersebut. Ideologi yang benar dan sesuai dengan fitrah manusia hanyalah islam. Islam merupakan cara pandang hidup atau sebuah mabda’ yang darinya lahir seperangkat aturan-aturan kehidupan dalam segala aspek kehidupan mulai dari individu, masyarakat, bahkan negara. Oleh karena itu aktivitas politik (mengurusi urusan umat) adalah tanggung jawab para pemuda. Pemuda memiliki andil besar dalam kebangkitan Islam.

Pemuda muslim harus membangun kesadaran ideologis umat atas upaya penjajahan yang dilakukan oleh negara barat, melakukan kasyful khuthat (membongkar makar barat), dan berjuang menegakkan institusi Khilafah yang mampu melawan dan menghadang perlawanan terhadap syari’at Allah SWT. Allah berfirman, “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kalian dan mengerjakan amal-amal yang saleh, bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridai-Nya untuk mereka, dan Dia menukar (keadaan) mereka sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku. Dan barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik. ”  [QS.An-Nur ayat 55.]

Bangkitlah wahai pemuda, sungguh geliat kebangkitan itu telah didepan mata. Bersabarlah dan berjuanglah. Sesungguhnya Allah SWT bersama kita.[]


Penulis adalah mahasiswi semester akhir, Fakultas MIPA jurusan Biologi, Universitas Negeri Padang

Comment