Ummu Aqila Sakha*: Sekulerisme-Liberalisme Hancurkan Generasi  Bangsa

Opini543 Views

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Suatu bangsa tentunya memiliki harapan besar pada generasi remaja yang akan menjadi penerus peradaban. Karena remaja adalah generasi penerus estafet kepemimpinan, dimana sosok remaja diharapkan dapat melanjutkan perjuangan generasi sebelumnya dengan lebih baik. Namun demikian, harapan tersebut seolah sirna ketika melihat kondisi remaja saat ini.

Dengan munculnya kasus yang menjadi perbincangan hangat baik netizen maupun masyarakat secara umum. Yakni, terciduknya sebanyak tiga puluh tujuh pasangan dibawah umur melakukan pesta seks disebuah hotel, kecamatan pasar, kota Jambi, pada kamis (9/7) lalu.

Petugas gabungan dari TNI, Porli dan pemerintah akhirnya melakukan penangkapan saat pesta seks berkedok merayakan ulang tahun itu terjadi. Sangat miris sebab pelakunya adalah laki-laki berumur 15 tahun dan perempuan berumur 13 tahun. (tribunnews.com).

Kasus tersebut hanya satu dari sekian banyak kasus kenakalan remaja saat ini. Karena bila membahas remaja tentu tidak akan ada habisnya, terutama dengan perkembangan teknologi saat ini ada banyak hal yang ditimbulkan.

Namun saat ini mendengar kata remaja ada banyak hal negatif yang timbul dari pikiran kita, meski tidak semua hal yang mereka perbuat negatif. Sebut saja kenakalan remaja saat ini. Seperti tindakan senonoh, perkelahian, berpacaran, berdua-duaan dengan lawan jenis di tempat sepi, mengkonsumsi obat-obatan yang terlarang, LGBT, hingga hamil diluar nikah.

Persoalan kenakalan remaja di negeri ini memang belum usai, bahkan semakin hari semakin parah dan tak terkendali.

Berbagai upaya dilakukan pemerintah seperti menambahkan pendidikan seks usia dini di institusi pendidikan ternyata tidak mampu menyelesaikan masalah. Sebab upaya-upaya ini sesunggungnya belum menyentuh akar persoalan dari pergaulan bebas remaja.

Para generasi yang mereka merupakan aset negara ini justru melakukan perilaku tak habis fikir. Generasi sebagai penerus estafet kepemimpinan malah menunjukan perilaku mereka yang amoral.

Maraknya pergaulan bebas dikalangan remaja sebenarnya karena negeri ini masih mempertahankan sistem sekulerisme dan liberalisme. Penerapan sekulerisme menjadikan aturan kehidupan bersumber dari akal manusia.

Standar salah dan benar bukan lagi menurut aturan Sang Pencipta melainkan sesuai kepentingan manusia. Pencipta hanya ditempatkan mengatur urusan peribadahan saja.

Dengan penerapan sekulerisme inilah muncul kebebasan atau liberalisme, salah satunya kebebasan berprilaku yang menafikan peran Pencipta mengatur pergaulan manusia.

Tak heran jika negeri ini cenderung membiarkan remaja melakukan aktivitas pacaran, berikhtilat (campur baur), berdua-duaan dengan lawan jenis ditempat sepi, maupun membiarkan tontonan yang tak beredukasi dinikmati siapapun termasuk remaja.

Seperti halnya film “dari Jendela SMP”, yang menceritakan tentang pacaran di sekolah, hingga kehamilan di usia yang sangat muda. hal ini pun disampaikan oleh Ketua KPI Pusat, Agus Suprio yang menilai sinetron tersebut memuat konten visualisasi yang tidak sesuai dengan perkembangan psikologi remaja, sekaligus kurang pantas untuk dikonsumsi remaja atau anak-anak. (pikiran-rakyat.com 10/7/2020).

Demikianlah, negara sebenarnya telah membiarkan gaya hidup liberal yang berasal dari Barat di filter oleh masyarakat kita. Hal ini juga nampak dari kurikulum pendidikan yang sarat dengan sekulerisme dan liberalisme.

Kurikulum sekolah kita tidak menyentuh kesadaran serta keimanan sama sekali. Penyadaran pentingnya belajar sebagai modal kehidupan, membentuk etika dan berakhlak mulia mendapatkan porsi yang sangat kecil.

Pelajaran agama yang mengajarkan hal tersebut hanya diberi porsi 2 jam dalam sepekan. Alih-alih untuk bisa mencetak generasi yang unggul dan berkualitas tapi justru malah mencetak generasi perusak bangsa.

Oleh karena itu, persoalan pergaulan bebas ini akan selesai dengan mengganti sistem sekulerisme dengan sistem Islam yang terbukti memuliakan manusia.

Dalam sistem Islam akan menjadikan syariat Islam akan menjadi rujukan dan pondasi satu-satunya yang melahirkan aturan paripurna untuk mengatur masyarakat, termasuk dalam pergaulan. Pelaksanaan syariat Islam ini didukung oleh tiga pilar, yaitu:

1). Ketakwaan individu
Takwa adalah buah dari keimanan seseorang yang benar-benar memahami makna pemikiran rukun iman, juga telah memahami bahwa konsekuensi keimanan kepada Allah adalah terikat dengan seluruh aturan dari Allah SWT sebagai sang pencipta.

Ketakwaan inilah yang mendorong setiap muslim termasuk remaja untuk melaksanakan hukum-hukum Islam seputar pergaulan diantaranya menutup aurat, tidak berkhalwat, tidak ikhtilat, dan menyibukan diri pada kebaikan.

2). Kontrol masyarakat
Dalam Islam, masyarakat di didik untuk saling bersikap peduli yaitu saling mengingatkan untuk berbuat baik dan berupaya mencegang orang lain berbuat kerusakan. Sebagaimana firman Allah SWT yang artinya:

“ Hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung” (QS. Al Imran:104).

Di samping itu warga juga diharuskan melapor jika menjumpai kasus pelanggaran terhadap syariat seperti pelecehan seksual, zina dan sebagainya.

3). Negara yang menerapkan hukum Islam.

Negara berwenang menerapkan aturan Islam secara menyeluruh termasuk hukum pergaulan Islam. Karenanya, negara akan menutup setiap akses yang dapat menginspirasi tindak pergaulan bebas seperti situs porno.

Tak hanya itu, negara juga akan mengawasi setiap tayangan yang muncul di televisi agar sejalan dengan Islam. Artinya, negara akan melarang tayangan yang mempertontonkan aurat, pacaran, LGBT, sebagainya.

Negara sebagai elemen terkuat mengerahkan perhatiannya untuk senantiasa memelihara aqidah umat. Melakukan upaya pencegahan pelanggaran hukum dan ketika sudah terjadi pelanggaran akan cepat bertindak dan menghukumi dengan syariat islam.

Selain itu, negara juga menerapkan sistem pendidikan Islam yang berlandaskan aqidah Islam dijalankan dengan maksimal. Peran orangtua, kontrol masyarakat dan kebijakan negara begitu sinergis.

Keimanan menjadi pondasi yang utama dan senantiasa dijaga agar tetap kokoh. Alhasil terbentuklah generasi yang unggul dan bermartabat yang tidak hanya unggul dalam keahlian duniawi tapi juga menguasai ilmu akhirat. Generasi unggul yang tak hanya sebagai remaja biasa tetapi remaja berilmu yang siap berkontribusi untuk perjuangan agama dan bangsa.

Mereka bukanlah generasi yang mahir dalam akademik tetapi miskin akhlak dan adab. Karena sesungguhnya Islam mengajarkan bagaimana ilmu kehidupan dan ilmu agama haruslah seimbang. Ilmu agama bukan teori yang tak berbekas, melainkan mereka berilmu untuk diamalkan dan berbuah amal shalih.

Karena sepanjang sejarah Islam menggambarkan begitu hebatnya generasi yang dilahirkan pada masa peradaban Islam.

Maka, ketika kita hari ini menginginkan kegemilangan pada generasi kuncinya hanya satu yakni menerapkan aturan Islam dalam kehidupan dengan sempurna. Wallahu a’lam.[]

*Pemerhati Sosial dan ekonomi

Comment