Ummu Aidan*: Menjadi Penggerak Perubahan, Why Not?

Opini614 Views

 

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Perubahan adalah sebuah keniscayaan (sunatullah) dan kita tidak akan bisa lari dari perubahan. Sunatullahnya manusia, alam dan kehidupan adalah bergerak, berubah.

Manusia berubah dari bayi, anak-anak, remaja, dewasa, hingga akhirnya menua. Alam dan kehidupan pun berubah. Pagi berganti siang, siang berganti malam. Terang berganti petang.

Musim panas berganti musim penghujan. Bahkan zaman pun berubah,  dari zaman yang dikenal sebagai zaman jahiliah, zaman di mana kehidupan manusia masih bar-bar, yang miskin tertindas, bayi perempuan dibunuh, dan sebagainya.

Kemudian berganti menjadi zaman berperadaban mulia. Tentu setelah Nabi Muhammad SAW diangkat sebagai rosul. Tidak praktis memang, karena perubahan memerlukan proses.

Bisa cepat bisa juga lambat. Tapi satu hal yang harus dicatat, bahwa kita berhutang pada Nabi Muhammad SAW (inspirator perubahan sejati).

Karena berkat beliaulah hari ini kita bisa menikmati perubahan, hidup dengan menggenggam Islam ditangan kita. Assalamualaika Yaa Rosulullah.

Tidak berhenti sampai di sini. Peradaban dan zaman ternyata akan terus berubah, seperti yang disampaikan oleh Rasulullah SAW.

“Akan datang kepada kalian masa kenabian, dan atas kehendak Allah masa itu akan datang. Kemudian, Allah akan menghapusnya, jika Ia berkehendak menghapusnya. Setelah itu, akan datang masa kekhilafahan ‘ala Minhaaj al-Nubuwwah; dan atas kehendak Allah masa itu akan datang. Lalu, Allah menghapusnya jika Ia berkehendak menghapusnya. Setelah itu, akan datang kepada kalian, masa raja menggigit (raja yang dzalim), dan atas kehendak Allah masa itu akan datang. Lalu, Allah menghapusnya, jika Ia berkehendak menghapusnya. Setelah itu, akan datang masa raja diktator (pemaksa); dan atas kehendak Allah masa itu akan datang; lalu Allah akan menghapusnya jika berkehendak menghapusnya. Kemudian, datanglah masa Khilafah ‘ala Minhaaj al-Nubuwwah (Khilafah yang berjalan di atas kenabian). Setelah itu, Beliau diam,” (HR. Imam Ahmad).

Cepat atau lambat perubahan itu pasti! Hanya soal waktu saja kapan menghampirinya. Bahkan perubahan bisa menjadi kejam, jika kita tidak siap menghadapinya. Ingat!

“Perubahan itu kejam. Jika kita tidak berubah, kita pasti punah.” (UFK)

Kita tidak akan bisa berlari mundur sekuat apapun melawan arus. Itulah sebabnya kita harus mengimbangi, membekali diri dengan ilmu dan pemahaman. Jika tidak, siap-siaplah untuk punah. Perubahan harus dilakukan mulai dari diri kita sendiri. Allah Subhanahu Wata’ala pernah berfirman:

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum hingga mereka mengubah diri mereka sendiri,” (TQS. Ar-Ra’d:11).

Jadi berubahlah, bergeraklah menuju ke arah perbaikan diri, keluarga, lingkungan bahkan dunia. Kita juga tidak bisa bergerak sendirian, sebab diri kita ini rentan. Kita butuh tim, maka butuh pula menggerakkan orang lain untuk sama-sama berubah.

Dengan demikian akan kokoh perjalanan perubahan kita, serta mengalir amal jariyah sebagai bekal di akhirat nanti.

“Sesungguhnya engkau bagaikan hari yang dapat dihitung. Jika satu hari berlalu, maka sebagian darimu juga akan pergi. Bahkan hampir-hampir sebagian harimu berlalu, namun engkau merasa seluruh yang ada padamu ikut pergi. Oleh karena itu, beramallah. ” (Shifatush Shofwah, 1/405, Asy Syamilah)

Beramallah dan bergeraklah sebab kita tidak pernah tahu kapan ajal menghampiri. Beramallah dengan semua potensi yang dimiliki.

Dengan tindakan, memberikan teladan kebaikan. Dengan lisan, menyampaikan amar ma’ruf nahi munkar. Bahkan dengan pena (atau ujung jempolmu) jika lisan masih terbata-bata menyampaikan kebaikan. Wallahu a’lam bishowab.[]

*Aktivis Muslimah Kota Cilegon

Comment