Udin Namanya, Hidup di Atas Gelombang dan Hamparan Laut

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Di hamparan biru laut di Sulawesi Tenggara, hiduplah Udin, seorang lelaki laut dari suku Bajo. Sudah delapan tahun lamanya ia menjalani kehidupan di atas perahu kecil, mengarungi gelombang demi mencari ikan dan gurita untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Bagi Udin, laut adalah rumahnya, dan perahunya adalah kendaraan yang membawanya berlayar di antara ombak yang menghempas.

Kisah hidup Udin bukanlah cerita biasa. Sejak tahun 2007, ia telah menjadi bagian dari suku Bajo di Sulawesi Tenggara, meneruskan tradisi nenek moyangnya yang hidup sebagai nomaden laut.

Meskipun tidak memiliki mesin, perahunya tetap melaju di atas gelombang, didorong oleh tenaga dayungnya yang tangguh. Setiap hari, Udin menghabiskan waktu di laut, mencari rezeki yang tidak pernah mengecewakan.

Namun, di balik kehidupan yang keras di laut, Udin memiliki impian besar. Ia bermimpi memiliki mesin untuk perahunya, agar ia dapat mencari ikan lebih efisien dan meningkatkan hasil tangkapannya.

Selain itu, Udin juga bermimpi memiliki rumah di daratan, tempat ia dan keluarganya dapat tinggal dengan nyaman dan aman.

Di desa Kaliroang, Sulawesi Tenggara, seorang warga yang telah lama hidup berdampingan dengan suku Bajo. Setiap malam, pak Baso mempersembahkan waktu dan tenaganya untuk mencari ikan di laut, ditemani ombak yang kadang besar hingga membuat perahunya terombang-ambing.

Bagi Baso, laut adalah sumber kehidupan yang tak pernah mengenal lelah, meskipun seringkali menjadi saksi bisu dari perjuangan suku Bajo yang hidup di atasnya.

Penduduk desa Kaliroang memiliki pandangan yang sangat menghormati suku Bajo. Mereka melihat suku ini sebagai kelompok yang kuat dan gigih dalam upaya bertahan hidup di tengah lautan yang kadang penuh dengan badai dan tantangan. Bagi mereka, suku Bajo adalah pahlawan yang tak kenal lelah, yang setiap hari harus melawan gelombang demi kelangsungan hidup mereka dan keluarga.

Pak Baso memiliki harapan besar terhadap pemerintah. Setiap tahun, ia berharap agar pemerintah mengadakan acara Bajo Pasak Kayang, sebuah acara tradisional yang mempertahankan kebudayaan dan tradisi suku Bajo. Baginya, acara ini bukan hanya sekedar pesta politik atau acara pemilihan baru, tetapi sebuah upaya nyata untuk memastikan bahwa suku Bajo tetap hidup dan tidak punah ditelan zaman modern.

Ia berharap agar pemerintah dapat memberikan perhatian yang lebih besar terhadap keberlangsungan suku Bajo, bukan hanya dalam kata-kata, tetapi juga dalam tindakan nyata yang dapat memperkuat posisi dan keberlangsungan budaya mereka.

Kehidupan pak Udin tidak hanya tentang dirinya sendiri. Ia adalah seorang ayah dari empat anak, dua di antaranya masih bersekolah di tingkat SD. Meskipun hidup di laut, Udin tetap berharap agar anak-anaknya dapat mendapatkan pendidikan yang layak dan masa depan yang cerah. Ia berharap pemerintah dapat membantu mereka untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik di daratan.

Dengan semangatnya yang pantang menyerah, Udin terus melaut, menjalani kehidupan dengan penuh dedikasi dan harapan. Meski hidup di tengah lautan yang luas, ia tidak pernah kehilangan keyakinan bahwa suatu hari nanti, impian dan harapannya akan menjadi kenyataan.[]

Comment