Triana Dewi P, S.Pd*: Jagain Jodoh Orang, Nyesek Banget

Opini719 Views

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – “Pacarannya sudah bertahun-tahun, endingnya menikah sama yang lain. Jagain jodoh orang dong”.

Kalian pasti sudah tahu kan maksudnya jaga jodoh orang. Itu lho, dua orang yang lagi pacaran bertahun-tahun, tapi putus. Tidak lama move on, sudah menggandeng gebetan yang baru ke pelaminan. Bagi mantannya pasti sakit banget tuh. Ya meskipun sakitnya ga berdarah sih.

Pacaran sudah banyak dilakukan oleh masyarakat kita. Kalau dulu jamannya kakek buyut, bisa dibilang masih tabu berduaan antara laki-laki dan perempuan. Jaman sekarang jangan ditanya deh. Anak TK aja sudah bisa ngomong dia pacaran sama siapa. Wah, parah banget kan gaes.

Banyak yang berkilah kalau pacaran itu sebagai sarana mencari jodoh. Padahal pacaran bukan jaminan bakal ketemu sama jodohnya.

Terbukti yang sudah pacaran tahunan, pacarannya sama siapa, menikahnya dengan orang yang berbeda. Ga ada jaminan bakal sampai pelaminan kan?!

Fakta kenapa pacaran masih banyak dilakukan, meskipun endingnya belum tentu berjodoh membuat kita jadi miris. Lha gimana ga miris, waktu pacaran kan ga mungkin ga ngapa-ngapain.

Padahal belum tentu juga dia jadi pasangan hidupnya. Apalagi kalau si cewek bunting, dan si cowoknya ga mau tanggung jawab. Waduh, sudah jatuh tertimpa dinding runtuh lagi. Malu iya, masa depan buram pasti. Mau kayak gitu? Kalau aku sih ogah!

Fenomena kenapa pacaran masih banyak diminati sampai hari ini karena beberapa faktor:

Pertama, berkembangnya ide kebebasan yang menyebar dalam masyarakat kita. Seperti diketahui, aturan dalam negeri ini menganut asas memisahkan agama dari kehidupan.

Pada akhirnya tatanan masyarakat tidak diatur berdasarkan perintah dalam agama. Buktinya, pacaran aja ga ada sanksinya. Padahal dalam Islam, aktifitas berdua duaan antara laki laki dan perempuan yang bukan mahram dan tidak ada hajat syar’i maka dikatakan aktifitas haram.

Kedua, lemahnya pemahaman agama. Sebagai negeri yang mayoritas penduduknya beragama islam, ternyata faktanya, banyak dari masyarakat yang tidak paham dengan syari’at yang ada didalam agamanya. Terbukti, aktifitas pacaran masih banyak dilakukan oleh kaum muslimin.

Alasannya klise, menyalurkan perasaan yang ada didalam dada. Padahal kalau pun tidak disalurkan sekarang atau dipendam juga ga bakalan mati kok. Paling juga mengalami kegelisahan. Itu saja sih

Ketiga, lemahnya kontrol masyarakat. Tatanan kehidupan manusia dibawah aturan yang membuang agama sebagai ruhnya membuat masyarakat menjadi individualis. Masyarakat dibentuk menjadi masyarakat yang tidak peduli selain kepentingan sendiri.

Mereka dijadikan sebagai model masyarakat yang menjunjung tinggi hak asasi manusia, meskipun hal itu bertentangan dengan aturan agama. Jadilah masyarakat kita acuh tak acuh terhadap kerusakan yang terjadi.

Salah satunya dengan membiarkan pacaran yang dilakukan oleh orang lain. Bahkan jika ada teman yang tidak pacaran, pasti dilabeli tidak laku. Padahal bisa jadi mereka ingin menjadi jomblo fii sabilillah. Mencinta hanya pada waktunya dan orang yang halal baginya.

Bagi sobat muslim dan muslimah, kalian harus pada paham, perasaan cinta emang ga bisa dihilangkan. Rasa cinta merupakan salah satu jenis naluri yang Allah beri saat manusia diciptakan. Cuma masalahnya potensi tersebut butuh disalurkan. Nah, penyaluran inii hanya satu jalan yang syar’i.

Menikah. Ya, itulah jawabannya. Jalan satu-satunya yang diridhoi Allah untuk menyalurkan hasrat cinta kepada lawan jenis yang bukan mahram. Menikah pun tanpa ada proses pacaran terlebih dahulu, namun melewati ta’aruf. Pun jika berta’aruf harus menghindari berduaan dan menjaga interaksi, meski sudah ada niat menikah dengan calon pasangan.

Islam hadir mengatur kehidupan umat manusia agar berjalan sesuai fitrahnya. Setiap muslim dan muslimah diwajibkan menuntut ilmu agama. Harapannya agar memahami apa saja perintah dan larangan Allah SWT. Salah satunya agar memahami bagaimana urusan menjemput jodohnya.

Islam melarang aktivitas seperti pacaran, teman tapi mesra atau yang sejenisnya. Interaksi antara laki-laki dan perempuan diatur agar sesuai hajat atau kebutuhan. Tidak dibiarkan seperti saat ini.

Aktifitas campur baur antara laki-laki dan perempuan juga ada batasannya. Mereka diperbolehkan berkumpul dalam masalah ekonomi, pendidikan, kesehatan dan sesuai kebutuhan yang dihalalkan dalam Islam.

Menundukkan pandangan menjadi hal yang juga perlu diperhatikan. Banyaknya kasus yang terjadi seperti pencabulan dan pelecehan lainnya dikarenakan tidak terkontrolnya pandangan. Apalagi di negeri ini banyak dijumpai tayangan tidak senonoh sehingga bisa mengudang birahi.

Akibatnya perbuatan tercela akhirnya dilakukan karena tidak dapat menahan gejolak yang timbul. Maka kita berkewajiban menjaga pandangan agar syahwat tak menjadi liar. Allah berfirman dalam surat An-Nuur ayat 30-31 yang artinya:

“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman:” Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat”.

Katakanlah kepada wanita yang beriman:” Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya.”

Tanamkan selalu dalam benak, bahwa ada hubungan yang terjalin dengan sang Pencipta manusia. Kelak setiap aktifitas yang kita lakukan, akan ada pertanggungjawaban atasnya.

Sehingga ketika aktifitas yang dilakukan mengundang dosa maka akan berat pertanggungjawaban diakhirat kelak. Untuk itu berpikirlah sebelum bertindak.

Masyarakat juga berperan aktif dalam menjaga lingkungan. Ketika ada kemaksiatan maka tidak boleh hanya berdiam diri saja.

Namun mengambil langkah untuk turut mengantisipasi terjadinya tindakan melanggar syara. Maka kondisi kondusif akan didapat.

Peran negara juga sangat penting. Penguasa sebagai perisai umat berkewajiban menjaga rakyatnya terhindar dari kemaksiatan yang dilakukan.

Untuk itulah Islam sudah mempunyai aturan-aturan yang akan mencegah tindakan pelanggaran hukum syara. Maka semua akan bisa terterapkan manakala ada sistem Islam yang menaungi ditengah-tengah kehidupan kita.[]

Comment