Trending #KaburAjaDulu: Antara Kekecewaan Generasi dan Kesenjangan Ekonomi Dunia

Opini251 Views

 

Penulis: Ranti Nuarita, S.Sos | Aktivis Muslimah

 

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Tagar #KaburAjaDulu menjadi tren di media sosial, terutama di platform X (Twitter), menunjukkan keresahan generasi muda Indonesia terhadap kondisi sosial dan ekonomi dalam negeri.

Mengutip dari CNN Indonesia, Jumat (7/02/2025) Belakangan ini, warganet berbondong-bondong menyerukan tagar #KaburAjaDulu di sejumlah media sosial, termasuk X (Twitter). Bahkan tagar ini sempat menjadi topik tren unggahan di Indonesia dalam media sosial X.

Fenomena ini mencerminkan realitas yang lebih dalam, ketidakpuasan terhadap kebijakan ekonomi, ketidakadilan akses terhadap sumber daya, serta dampak globalisasi yang semakin memperlebar kesenjangan antara negara maju dan berkembang.

Digitalisasi dan Realitas Sosial-Ekonomi

Kemunculan tren #KaburAjaDulu tidak terlepas dari pengaruh digitalisasi dan media sosial yang menampilkan kehidupan di negara lain sebagai lebih menjanjikan. Generasi muda Indonesia terpapar pada informasi mengenai gaji tinggi, jaminan sosial, serta kualitas hidup yang lebih baik di negara maju, yang semakin memperbesar keinginan untuk meninggalkan tanah air.

Belum lagi faktor-faktor domestik seperti rendahnya kualitas pendidikan dan sulitnya lapangan kerja di Indonesia menjadi pendorong utama. Tawaran beasiswa ke luar negeri serta pekerjaan dengan gaji lebih tinggi, baik untuk pekerja terampil maupun pekerja kasar, membuat opsi untuk “kabur” semakin menggiurkan di kalangan generasi muda Indonesia.

Brain Drain dan Kesenjangan Global

Perlu diketahui bahwa fenomena ini berkaitan erat dengan konsep “brain drain”, yakni migrasi talenta muda ke luar negeri untuk mencari peluang yang lebih baik. Brain drain adalah tantangan serius bagi negara berkembang seperti Indonesia, di mana sumber daya manusia yang berpendidikan dan berketerampilan tinggi justru memilih untuk berkontribusi pada perekonomian negara lain. Dalam jangka panjang, hal ini akan semakin memperlemah daya saing nasional dan memperdalam ketergantungan pada negara maju.

Adapun dalam konteks globalisasi dan liberalisasi ekonomi, brain drain mencerminkan ketimpangan antara negara maju dan berkembang. Negara maju memiliki daya tarik lebih besar, baik dari segi ekonomi, teknologi, maupun sistem pendidikan. Sementara itu, negara berkembang sering kali gagal menciptakan kondisi yang kondusif bagi kemajuan warganya. Kesenjangan ini menunjukkan ketidakadilan dalam akses terhadap sumber daya dan kesempatan, yang akhirnya memperkuat dominasi ekonomi negara maju.

Kegagalan Kebijakan Ekonomi dan Kapitalisme sebagai Akar Masalah

Fenomena #KaburAjaDulu juga menjadi refleksi dari kegagalan kebijakan ekonomi dalam negeri yang diputuskan oleh pemerintah Indonesia dalam menciptakan kesejahteraan bagi rakyat. Tidak bisa dimungkiri bahwa kegagalan negara ini bersumber dari satu akar masalah utama yakni sistem ekonomi kapitalisme yang dianut oleh negara hari ini, sistem ekonomi kapitalisme inilah yang memperbesar jurang kesenjangan antara yang kaya dan miskin, serta menciptakan ketidakpastian ekonomi bagi masyarakat kelas menengah ke bawah.

Dalam sistem kapitalisme, kebijakan ekonomi lebih sering berpihak pada kepentingan korporasi besar dibanding kesejahteraan rakyat secara umum. Bukan itu saja bahkan, sumber daya alam yang seharusnya menjadi aset bagi kemakmuran rakyat sering kali dikuasai oleh segelintir elite atau perusahaan multinasional.

Belum cukup sampai di situ, sudah menjadi rahasia umum di mana kekayaan negara berkembang diangkut ke negara maju dengan modus investasi, akhirnya negara maju makin kaya sementara negara berkembang makin miskin. Rakyat negara berkembang akhirnya terpaksa mengadu nasib ke negara maju. Akibatnya, lapangan kerja yang layak dan kesempatan berkembang bagi individu menjadi terbatas ibarat jauh panggang dari api. Maka jangan heran jika hari ini fenomena #KaburAjaDulu menjadi bagian dari target generasi.

Masalah fenomena #KaburAjaDulu ini, tentu saja tidak boleh dibiarkan. Karena jika dibiarkan hadiah bonus demografi di masa depan hanya akan menjadi sesuatu yang sia-sia, dan bahkan mungkin malah dinikmati negara lain, dan cita-cita menuju Indonesia emas tentu hanya akan menjadi angan-angan belaka.

Islam Punya Solusi

Islam memberikan solusi yang komprehensif dalam mengatasi permasalahan ini. Dalam Islam, negara bertanggung jawab penuh untuk menjamin kesejahteraan rakyatnya. Negara wajib memastikan setiap individu memiliki akses terhadap kebutuhan dasar seperti pendidikan, kesehatan, dan pekerjaan.

Islam menetapkan bahwa negara harus mengelola sumber daya alam secara mandiri dan menggunakannya untuk kepentingan rakyat, bukan untuk kepentingan segelintir elite. Negara juga berkewajiban menyediakan lapangan kerja bagi setiap laki-laki balig, baik di sektor pertanian, perdagangan, industri, maupun jasa. Dengan demikian, tidak ada alasan bagi warganya untuk mencari kesejahteraan di negara lain karena negara telah menjamin kehidupan yang layak bagi mereka.

Pengaturan tersebut sebagai perwujudan di mana Islam memosisikan negara sebagai raa’in atau pengurus urusan rakyat. Negara dalam Islam wajib mewujudkan kesejahteraan rakyat juga tidak boleh membiarkan rakyat berada dalam kemiskinan, melainkan wajib untuk segera mencari solusi.

Negara yang menerapkan sistem Islam secara menyeluruh (segala aspek kehidupan) pun wajib memenuhi seluruh kebutuhan asasi seperti sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan, juga keamanan setiap warga negara individu per individu. Ini merupakan realisasi politik ekonomi Islam.

Selain itu, sistem pendidikan dalam Islam dirancang untuk membentuk individu yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki keimanan yang kuat serta semangat untuk membangun negara. Dengan strategi pendidikan yang berbasis pada aqidah Islam, individu tidak hanya memiliki keterampilan, tetapi juga memiliki loyalitas untuk berkontribusi bagi negaranya.

Islam Rahmat bagi Seluruh Alam

Sungguh tegaknya aturan Islam dalam bingkai negara akan menjadi solusi utama dalam mengatasi ketimpangan ekonomi dan sosial yang terjadi saat ini. Dengan sistem pemerintahan yang berlandaskan syariat Islam, negara akan berperan aktif dalam memastikan kesejahteraan bagi seluruh rakyatnya. Tentunya tidak hanya bagi umat Islam, tetapi juga bagi seluruh manusia.

Sebaliknya, jika sistem kapitalisme tetap menjadi landasan utama kebijakan ekonomi, fenomena seperti #KaburAjaDulu akan terus berulang. Generasi muda akan semakin kehilangan harapan terhadap masa depan mereka di tanah air, dan pada akhirnya negara akan kehilangan sumber daya manusia terbaiknya.

Kesimpulan

Fenomena #KaburAjaDulu adalah cerminan dari ketidakpuasan generasi muda terhadap kondisi dalam negeri yang tidak memberikan kesejahteraan dan kesempatan yang layak. Faktor digitalisasi, kualitas pendidikan yang rendah, sulitnya mencari kerja, dan ketimpangan ekonomi global menjadi faktor utama di balik fenomena ini.

Dalam jangka panjang, fenomena ini dapat semakin memperlebar kesenjangan antara negara maju dan berkembang, serta melemahkan daya saing nasional. Oleh karena itu, diperlukan perubahan mendasar dalam sistem ekonomi dan politik untuk menciptakan kesejahteraan yang merata bagi seluruh rakyat.

Islam menawarkan solusi yang komprehensif dengan memastikan negara bertanggung jawab penuh dalam memenuhi kebutuhan dasar rakyatnya dan menciptakan keadilan sosial. Tegaknya sistem Islam akan membawa rahmat bagi seluruh alam tanpa kecuali. Wallahu’alam bisshowab.[]

Comment