Penulis: Zehra Hatun | Aktivis Muslimah
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Seperti anak itik yang kehilangan induknya, begitulah gambaran kondisi umat Islam saat ini. Setelah satu abad lamanya umat Islam di seluruh dunia berpecah belah menjadi negara-negara kecil bagaikan potongan kue yang dibagi-bagikan oleh negara pemenang perang dunia pertama untuk dikuasai dan dijajah. Sejak saat itulah penderitaan umat makin menjadi-jadi.
Setelah kemerdekaan dicapai usai mengusir para penjajah dari dalam negeri, nyatanya kehidupan umat di berbagai negara masih jauh dari kata sejahtera. Kata sejahtera baru dirasakan oleh para pejabat sedangkan rakyat masih dan terus bertaruh nyawa demi mendapat kesejahteraan itu sendiri. Begitulah yang kini terjadi di Bangladesh.
Gelombang protes terjadi, dipimpin oleh mahasiswa yang menentang sistem kuota pekerjaan di pemerintah. Banyak korban dari aksi ini, setidaknya sudah 110 orang tewas dan ribuan orang lainnya terluka. Tidak hanya itu, layanan internet dan pesan teks di Bangladesh juga ditangguhkan sehingga komunikasi ke luar negeripun sulit.
Tingginya angka pengangguran di kalangan anak muda juga menjadi salah satu pemicu demonstrasi ini. Sebagian besar mahasiswa menuntut diakhirinya sistem kuota yang menyediakan hingga 30 persen pekerjaan di pemerintahan bagi keluarga veteran yang berperang dalam kemerdekaan Bangladesh pada tahun 1971 melawan Pakistan.
Kuota yang telah ditetapkan tersebut dianggap diskriminatif terhadap mahasiswa, karena hal ini hanya menguntungkan sebagian besar pendukung Hasina, Perdana Menteri Bangladesh, yang juga menjadi pemimpin partai Liga Awami.
“Kami telah berulang kali mengundang pemerintah untuk berbicara dengan kami, namun dia (Sheikh Hasina) justru mengerahkan pasukan polisinya untuk menyerang kami” kata Alam Rashid, seorang mahasiswa dari Dhaka, dikutip dari The Independent.
Para Mahasiswa mengatakan bahwa aksi unjuk rasa ini berlangsung damai, namun menjadi tidak kondusif ketika mahasiswa dari partai berkuasa Liga Awami menyerang para pengunjuk rasa.
Laman cnbcindonesia.com (21/7/2024) melaporkan, polisi dan pejabat keamanan menembakkan gas air mata dan peluru ke arah pengunjuk rasa. Banyak yang terluka dalam tragedi ini, termasuk polisi bahkan dua orang jurnalis tewas dalam tragedi ini.
Situasi ini menggambarkan dampak buruk penerapan kapitalisme yang tidak berpihak pada rakyat. Sistem ini hanya menguntungkan penguasa dan pemangku kepentingan. Buah dari sistem ini hanyalah kerusakan yang akan menyebabkan rakyat memberontak dan menuntut perubahan.
Tragedi yang terjadi di Bangladesh hampir sama dengan tragedi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1998. Rakyat Bangladesh menginginkan perubahan. Mereka telah lelah dengan kondisi yang tidak menampakkan kesejahteraan di negeri mereka.
Namun perubahan tidak akan terjadi jika sistem yang diterapkan tidak berdasarkan apa yang telah Allah syari’atkan. Perubahan kondisi ke arah yang lebih baik hanya dapat terwujud dengan penerapan Islam secara menyeluruh di berbagai aspek kehidupan. Islam adalah sistem yang sempurna dan tidak bisa diimplementasikan secara parsial.
Perubahan akan terwujud jika mengikuti tahapan perubahan seperti apa yang telah Rosulullah lakukan. Perubahan tersebut akan terwujud jika umat merujuk pada amalan Rosulullah dengan melakukan dakwah secara menyeluruh pula.
Dengan begitu akan terbentuk keluarga islami, masyarakat yang saling beramar makruf dan nahi munkar, serta pemerintahan yang mengimplementasikan Islam sebagai aturan dalam kehidupan.
Persatuan umat terwujud kembali – menjadi negeri kuat dan diberkahi Allah. Sehingga kesejahteraan akan dirasakan oleh seluruh umat di dunia ini sebagai wujud rahmatan lil’alamiin. Wallahu a’lam bisshowab.[]
Comment