Arief Poyuono, Waketum Gerindra.[Dok/radarindonesianews.com] |
Tentu Kita masih ingat pernyataan Joko Widodo tahun lalu yang menyatakan kalau serbuan TKA dari China yang dibarengi dengan investasi adalah sebuah fitnah kepada pemerintahannya
Akhir sebuah kebohongan secara otomatis terbuka oleh Tuhan ,dimana Wakilnya Joko Widodo sendiri resah dengan banyaknya TKA china yang mengambil porsi lapangana kerja di Indonesia dengan adanya Investasi di Indonesia
Sementara kalau kita perhatikan bahwa semua proyek infrastruktur yang dibangun dengan pembiayaan Investasi China seperti proyek pembangkit listrik, jalan tol, pelabuhan dan lain sebagainya bukanlah sebuah pembiayaan gratis oleh pemerintah China kepada Indonesia tetapi merupakan pemberian hutang pinjaman kepada pemerintah Indonesia yang harus dikembalikan dengan pokok hutang dan membayar bunga cicilan ditambah denda kalau terlambat membayar hutang
Sementara disisi lain untuk melunasi dan mengangsur pinjaman dari China, Pemerintahan Joko Widodo menerapkan pajak yang dari tahun ketahun semakin mencekek kehidupan ekonomi masyarakat Indonesia.
Jadi dengan masuknya TKA China berbarengan dengan investasi dan pinjaman dari China hingga membangun infrastruktur sama saja Joko Widodo menjadi salah satu penyelamat perekonomian China yang terancam mengalami Bubble Ekonomi menuju krisis ekonomi China
Dan makanya kenapa ribuan trilyun dana APBN yang digunakan untuk belanja infrastruktur oleh pemerintahan Joko Widodo kok tidak memberikan dampak bagi meroketnya pertumbuhan ekonomi nasional padahal secara teori ekonomi harusnya punya pengaruh besar terhadap perekonomian nasioanl.
Hal itu karena pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam bentuk lapangan kerja baru bagi masyarakat dinikmati oleh tenaga kerja dari China, jadi wajar saja kalau daya beli masyarakat Indonesia semakin turun dan lemah karena pendapatan masyarakat Indonesia tergerus dengan harga barang dan Jasa yang Makin Mahal akibat pajak yang mencekik dan tidak adanya dampak pertambahan pendapatan bagi masyarakat dengan adanya investasi di Indonesia.[]
Comment