Tidak Ada Rasisme, Islam Menjadi Bukti Pemersatu Umat Manusia

Opini681 Views

 

 

Oleh: Milda Nurjanah, S.Pd, Praktisi Pendidikan

__________

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Ramai di jagat Twitter topic hastag Sunda sejak Selasa, 18 Januari 2022. Hastag Sunda ramai terkait lontaran atau pernyataan Arteria Dahlan dalam rapat Komisi III DPR RI dengan Jaksa Agung ST Burhanuddin, pada Senin, 17 Januari 2022.

Pernyataan tersebut dinilai rasis. Sikap Arteria Dahlan mengundang ragam komentar warganet di jagat Twitter. Selain Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, pejabat, dan selebriti, serta masyarakat Sunda ikut meramaikan hastag Sunda di Twitter. Hingga 19 Januari hastag Sunda telah mencapai 34,8 ribu retweet. (deskjabar.com, 19/01)

Jika ditelusuri, sentimen kesukuan semacam ini tidak pernah keluar dari lisan aktivis Islam, pengemban dakwah, ulama atau siapapun yang belajar Islam secara mendalam. Islam hadir justru menghapus rasisme yang menjadi akar masalah perang saudara sejak ribuan tahun. Mulai dari mengubah mindset dan pemikiran dangkal hingga memberikan kesempatan yang sama dalam berkarya dan berkuasa.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Sungguh yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah yang paling bertakwa. Sungguh Allah Mahatahu lagi Mahateliti.” (QS al-Hujurat [49]: 13).

Nabi saw. bersabda, “Tidak ada keutamaan orang Arab atas non-Arab, juga tidak ada keistimewaan orang kulit putih atas kulit hitam, kecuali dengan takwa.” (HR Muslim).

Konsep ini dibuktikan oleh Islam pada masa kejayaannya. Negara Islam saat itu mampu mencetak ulama dan para pemimpin hebat dari berbagai bangsa, ras dan warna kulit yang berbeda. Banyak ulama kaum Muslim lahir dari bangsa non-Arab seperti: Imam Mazhab; Imam Abu Hanifah [Persia], Imam Syafii [Arab], Imam Ahmad [Syam]. Ahli bahasa seperti Imam Sibawaih [Persia], bapak Nahwu, Zamakhsyari [Asia Tengah], bapak Balaghah. Bahkan al-Waqidi, dulunya budak, menjadi ulama top di bidang sejarah.

Tidak hanya itu, banyak penguasa kaum muslim pun hasil perkawinan antar bangsa, suku dan warna kulit, seperti Khalifah al-Ma’mun, putra Harun ar-Rasyid [Arab] dengan istri Barbar [Afrika]. Bahkan Dinasti Mamalik dulunya adalah budak, yang kemudian berhasil menjadi penguasa kaum Muslim. (Media Alwa’ie, Pebruari 2021).

Comment