Oleh: Sri Gita Wahyuti A. Md,
Ibu Rumah Tangga
__________
RADARINDONESIANEWS.XOM, JAKARTA– Taqwa menjadi main goal dilaksanakannya saum Ramadhan sesuai dengan ayat Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 183, “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”
Menjadi orang yang bertakwa yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah takwa dalam segala aspek kehidupan. Tak lekang oleh waktu dan tempat. Tak hanya di bulan Ramadhan kita taat sedangkan di bulan lain dipenuhi dengan maksiat.
Kata takwa berasal dari kata waqa, yang berarti melindungi. Kata tersebut digunakan untuk menunjuk pada sikap dan tindakan melindungi diri dari azab Allah Swt. Tentu dengan cara menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
Pengertian tersebut sebagaimana yang dikatakan oleh Thalq bin Habib, seorang Tabi’in, murid Imam Ibnu Abbas ra., “Takwa adalah mengerjakan ketaatan kepada Allah Swt. berdasarkan cahaya-Nya dengan mengharap pahala-Nya dan meninggalkan kemaksiatan kepada Allah berdasarkan cahaya-Nya karena takut terhadap azab-Nya.” (Tafsir Ibnu Katsir, 1/2440).
Menurut Imam Ali bin Abi Thalib, takwa memiliki ciri, yakni:
1. Al-Khaufu minal-Jalil, yakni manusia yang merasa takut kepada Allah Swt.
2. Al-‘Amalu bi At-Tanzil, manusia yang beramal dengan apa yang diwahyukan oleh Allah Swt
3. Ar-Ridha bil-Qalil, merasa cukup dan ridha dengan pemberian Allah Swt., banyak maupun sedikit
4. Al-Isti`dadu li Yaumir-Rahil, yakni manusia yang senantiasa mempersiapkan bekal untuk menghadapi kematian dan kembali menghadap Allah.
Orang yang takut kepada Allah adalah orang yang senantiasa merasa diawasi oleh Allah Swt. Ia menyadari bahwa Allah senantiasa melihatnya, mengetahui setiap rahasianya, dan Maha Tahu atas segala apa yang diperbuatnya. Saat terlintas dalam benaknya untuk melakukan maksiat, Ia akan segera membuang jauh-jauh pikiran tersebut tersebab Ia menyadari bahwa Allah pasti mengetahuinya dan akan meminta pertanggungjawaban di akhirat kelak.
Melalui bimbingan wahyu Allah Swt., Rasulullah Saw. telah menjadikan bulan Syawal yang mengiringi bulan Ramadhan sebagai momentum mengawali dan menjaga konsistensi ketaatan umat pasca Ramadhan, yakni dengan disyariatkannya puasa 6 hari di bulan Syawal yang memiliki keutamaan dan Fadhilah yang sangat besar.
Rasulullah Saw. bersabda,”Barangsiapa yang berpuasa pada Bulan Ramadhan kemudian diikuti dengan puasa enam hari pada bulan Syawal puasanya itu seperti puasa sepanjang tahun”. (HR. Muslim).
Puasa Syawal saja tentu tidak cukup. Masih banyak aktivitas lain yang bisa dilakukan dalam rangka menjaga ketaatan kita kepada Allah Swt. Di antaranya:
1. Menjaga salat berjamaah dan salat- salat sunnah
Pada bulan Ramadhan, salat tarawih yang hukumnya sunnah saja selalu dilakukan berjamaah di masjid. Apatah lagi salat wajib berjamaah tentu harus makin ditingkatkan. Pun demikian salat sunnah yang pada saat Ramadhan sering dilakukan maka selepas Ramadhan harus terus kita gencarkan., seperti salat sunnah rawatib, salat duha dan tahajud.
2. Melanjutkan kebiasaan tilawah Al-Quran
Pada bulan Ramadhan, setiap hari kita mendawamkan tilawah dan tadabbur Al-Quran. Hal ini insya Allah tetap bisa dilakukan. Jika pada saat Ramadhan dilakukan bersama Majelis Ta’lim, maka diluar bulan Ramadhan bisa dilakukan bersama keluarga. Selain mendapat pahala juga akan makin mempererat hubungan antar anggota keluarga.
3. Memperbanyak puasa sunnah
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa puasa adalah perisai bagi seorang Muslim. Perisai dari perbuatan-perbuatan maksiat dan di akhirat nanti menjadi penghalang dari api neraka. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw., “Maukah aku tunjukkan kepadamu pintu-pintu kebaikan? Puasa adalah perisai….” (HR. at-Tirmidzi).
4. Memperbanyak amalan sunnah lainnya
Untuk menjaga ketaatan kita kepada Allah di luar bulan Ramadhan, bisa dengan cara memperbanyak amalan sunnah seperti dzikir dan sedekah. hal itu pun akan semakin mendekatkan kita kepada Allah dan meningkatkan ketaatan kita kepada-Nya.
5. Menuntut ilmu dan menghadiri majelis ilmu
Menuntut ilmu adalah kewajiban kaum Muslimin. Menuntut ilmu bisa dilakukan dengan cara mempelajari buku-buku keislaman, mengikuti atau hadir di majelis-majelis ilmu atau dengan berguru untuk meningkatkan tsaqofah Islam.
6. Mendakwahkan Islam
Fenomena kembalinya manusia kepada aktivitas maksiat pasca Ramadhan haruslah menjadi pendorong bagi kita untuk medakwahkan Islam.
Menyampaikan kepada umat agar senantiasa memuliakan agama-Nya, menyadarkan umat akan pentingnya penerapan syariah Islam secara kaffah. Karena tanpa penerapan Islam secara kaffah, ketaatan kepada Allah akan sulit dijaga.
Demikianlah, begitu banyak aktivitas yang bisa dilakukan agar ketaatan kepada Allah Swt. semakin menguat. Rasulullah pernah bersabda, “Amal ibadah yang paling dicintai Allah adalah amal yang dilakukan secara terus-menerus meskipun hanya sedikit”. Wallahua’lam bishshawwab.[]
Comment