Oleh: Ariefdhianty V. H, Muslimah Cinta Islam
__________
RADARINDNESIANEWS.COM, JAKARTA — Beberapa minggu terakhir, berita-berita terkait terorisme terus meramaikan media massa. Hampir keseluruhan berita tersebut, terduga teroris berasal dari kelompok Islam. Mulai dari lembaga MUI hingga pengelola lembaga amil zakat serta kebun kurma.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Boy Rafli Amar memaparkan setidaknya ada sekitar 216 orang terlibat dalam aksi terorisme sejak Januari hingga Mei 2021 (nasional.kompas.com, 27/05).
Berita terbaru, setidaknya ada tiga orang yang ditangkap oleh Densus 88, salah satunya adalah anggota komisi fatwai MUI, pada akhirnya menghebohkan jagat maya dan nyata (galamedia.pikiran-rakyat,16/11).
Belum lagi dengan Lembaga Amil Zakat dan kebun kurma di Lampung sedang ditelusuri oleh Densus karena ada kaitannya dengan pendanaan kelompok teroris (new.detik.com, 12/11).
Tentu saja berita ini menghebohkan masyarakat. Ada pro dan kontra. Ada juga mereka yang percaya dengan berita ini dan yang tidak. Tagar #BubarkanMUI heboh di media sosial, karena menganggap MUI sebagai sarang terorisme.
Sebagian lain berpendapat bahwa isu ini adalah isu lawas yang sengaja digaungkan demi kepentingan tertentu, yang pasti punya tujuan khusus. Dengan ditangkapnya tiga ustadz, kemudian lembaga amil zakat dan proyek lahan kebun kurma yang diisukan menjadi sumber dana terorisme. Hal ini membentuk stigmatisasi terhadap Islam pada sebagian masyarakat dan melahirkan islamofobia yang semakin akut.
Terorisme bukan isu baru. Setiap tahun, isu ini sering berhembus di tengah isu atau berita lain yang sedang panas. Sebagian masyarakat menganggap isu terorisme adalah sebagai upaya pengalihan isu saja. Namun tampaknya kali ini, narasi terorisme dan radikalisme terus diaruskan demi moderasi Islam di Indonesia. Ini merupakan ancaman nyata, karena sejatinya moderasi Islam atau menjadikan Islam itu modern dengan cara berpikir kaum liberal dan Barat, merupakan tindakan perusakan terhadap ajaran agama Islam itu sendiri.
Banyak nilai-nilai Islam yang akan digerus dan didegradasi sesuai dengan para pemilik kepentingan atau mereka yang tidak menghendaki bangkitnya Islam. Ajaran Islam seperti jihad dan khilafah akan terus dicitraburukkan dengan arus moderasi. Islam kaffah pun akhirnya akan semakin dijauhkan dari penganutnya. Masyarakat, khususnya umat Muslim di Indonesia harus cerdas dalam menyikapi isu ini.
Umat Islam jangan terjebak atau malah diadu domba oleh para pemilik kepentingan. Narasi terorisme dan radikalisme yang dikaitkan dengan Islam justru menjauhkan umat dari agamanya sendiri. Allah mewahyukan Islam kepada Rasulullah dengan akidah dan segudang aturan sempurna yang mesti diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.” (QS Al-Anbiya: 107).
Islam datang untuk memperbaiki manusia dan mengatur dunia sesuai dengan apa yang Allah perintahkan. Allah menurunkan seperangkat aturan yang akan didapatkan maslahatnya oleh seluruh manusia. Jadi seharusnya, sebagai umat Islam, narasi-narasi semacam ini jangan sampai menjebak pada propaganda melawan Islam.
Karena narasi ini dibuat memang untuk memojokkan Islam dan menjauhkan umat dari kesadaran untuk bangkit dengan Islam.
Islam tidak akan tegak melalui jalan kekerasan atau menebar kebencian seperti yang diisukan oleh terorisme atau radikalisme, karena memang tidak sejalan dengan Islam. Kemunculannya adalah fitnah keji demi menghadang kebangkitan Islam sekaligus melanggengkan agenda penjajahan.
Cukuplah umat meneladani kisah perjuangan Rasulullah saw. dan para sahabat beliau yang dimuliakan. Karena sejatinya setiap perbuatan yang dilakukan oleh Rasulullah saw. adalah hukum syara bagi seluruh umat Muslim. Dakwah secara politik melalui pemikiran akan mengantarkan pemahaman masyarakat menuju Islam kaffah.
Sudah seharusnya umat Muslim menjaga Islam dan mengembalikan kejayaan Islam dengan berjuang bersama menumpas kedzaliman dari sistem kapitalisme yang terus merongrong dan merusak kehidupan manusia.[]
Comment