Tawuran, Potret Buram Remaja ala Kapitalisme

Opini253 Views

 

 

 

Penulis: Bazlina Adani | Alumni UMN Medan

___________

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA–  Laman medanbisnisdaily (10/07/2023) menulis bahwa sebanyak 17 anak di bawah umur diamankan dari 2 wilayah hukum Polres Pelabuhan Belawan, karena terlibat tawuran. Dijelaskannya, ke 17 orang yang diamankan itu berasal dari Tempat Kejadian Perkara (TKP) tawuran. Dari tawuran kelompok Erlangga dan Lingkungan 7 di wilayah Kecamatan Medan Deli pada 7 Juli 2023 malam lalu, diamankan 11 anak di bawah umur, satu di antaranya positif narkoba.

Lagi-lagi publik dikejutkan dengan kasus tawuran yang melibatkan remaja bahkan anak di bawah umur. Kasus ini memang bukan kali pertama terjadi di tanah air bahkan nampaknya dari hari ke hari kasus tawuran semakin mencuat seolah tidak pernah padam.

Betapa memilukan para remaja yang seharusnya memiliki plan di kehidupan emasnya agar dapat belajar dan berkontribusi banyak untuk masa depannya kelak, kini mereka justru mencoreng dirinya sendiri bahkan telah menyia-nyiakan waktu produktifnya. Mereka terjerumus dalam aktivitas pacaran, seks bebas, geng motor, tawuran bahkan narkoba di usianya yang masih belia.

Padahal keberadaan mereka adalah tonggak bagi berdirinya sebuah peradaban. Namun inilah fakta yang terjadi – seolah sedang menunjukkan sistem sosial yang lemah.

Bila dicermati tentu kasus tawuran yang menimpa remaja bahkan dewasa tidak terjadi begitu saja. Bukan hanya sekadar dipicu dendam ataupun saling ejek satu dengan lainnya. Ada faktor lain yang membuat kasus ini tiada hentinya.

Acapkali kasus tawuran maupun tindak kejahatan lainnya terjadi karena masalah ekonomi, rendahnya tingkat pendidikan, dan minimnya kontrol serta pengawasan orang tua terhadap anak. Bagaimana tidak, sulitnya kehidupan membuat orang tua tersibukkan mencari nafkah hingga akhirnya anak tak mendapatkan pembinaan langsung dari orang tua.

Ditambah lagi jika mereka hidup di lingkungan yang tidak kondusif tentu akan membawa pengaruh negatif yang berdampak pada mental dan moral yang buruk. Alhasil mereka tumbuh dan berkembang tanpa jati diri.

Dari faktor yang terjadi, kesemuanya bersumber dari kelemahan sistem kapitalisme yang berasaskan sekulerisme yang memisahkan aturan agama dari kehidupan. Sistem inilah yang membentuk individu-individu amoral. Sebab sistem kapitalis-sekuler telah mendesain paham kebebasan sebagai cara pandang kehidupan.

Tak jarang aktivitas yang dilakukan cenderung pada tindak kejahatan yang berujung pada kehancuran. Krisis identitas, dan pemandulan aktivitas produktif para remaja kerap terjadi akibat sisi spiritual tak lagi dijadikan sebagai benteng. Sederet potret buram para remaja menunjukkan bukti kegagalan sekularisme mencetak remaja berkualitas dan membentuk pribadi kuat.

Di sisi lain, penguasa hadir mengatasi persoalan sosial ini baru sebatas bertindak di ranah kuratif tanpa bersungguh-sungguh pada ranah preventifnya.

Tim Penyelesaian Konflik yang dibentuk pemerintah dengan posko-posko di titik rawan tawuran bahkan membuat program Pemuda Bela Negara (BPN) agaknya belum mampu menjawab tantangan dan persoalan yang menimpa remaja atas kasus tawuran yang terjadi.

Padahal seharusnya sebagai pembuat dan pelaksana hukum negara mengambil langkah tegas dalam mengatasi masalah sosial khususnya tawuran yang kerap terjadi lingkungan masyarakat.

Tak sedikit para remaja terjerumus dalam perilaku menyimpang sampai merenggut nyawa seseorang. Persoalan ini menjadi begitu kompleks karena terjadi secara sistemik akibat sistem kapitalis-sekularisme negeri ini.

Maka dari itu perlu adanya sistem kehidupan yang shahih yang mengatur kehidupan manusia serta melindungi masyarakat dari segala bentuk kemaksiatan.

Dalam kondisi ini, sejatinya kita jadikan islam sebagai sebuah sistem kehidupan yang mengatur seluruh aspek kehidupan baik individu maupun masyarakat luas.

Islam memberikan penyadaran melalui penanaman aqidah sebagai bentuk pengokohan jati diri sebagai seorang hamba yang wajib terikat dengan aturan Allah SWT. Di samping itu ada peran orangtua yang turut mengajarkan prinsip-prinsip aqidah Islam agar kelak mereka memiliki gambaran mengenai tujuan hidupnya.

Dalam hal ini, orangtua harus bekerja sama dalam hal kepenguruan anak-anak mereka. Sebagaimana seorang ayah memiliki tugas dan peran memberikan nafkah begitupun ibu sebagai sekolah pertama bagi anaknya.

Tak cukup sampai di situ, untuk membentuk remaja yang memiliki kepribadian Islam tentu ditopang oleh sistem pendidikan dengan kurikulum yang sesuai dengan aqidah Islam. Dari sistem pendidikan inilah remaja yang dihasilkan akan memiliki pola pikir dan pola sikap Islam.

Tidak diperkenankan adanya tindak kejahatan yang merajalela di lingkungan masyarakat karena tindakan tersebut merupakan sebuah keharaman. Karena tidak jarang segala bentuk tindak kejahatan akan membawa bahaya hingga merenggut nyawa.

Sudah saatnya kita kembali pada Islam dan tidak menjadikan sistem kapitalis-sekuler sebagai pedoman  menyelesaikan setiap permasalahan kehidupan.

Anak-anak kaum muslimin harus segera diselamatkan dari arus sistem kapitalis sekuler ini melalui penegakan kembali sistem Islam di tengah-tengah kehidupan. Wallahua’lam.[]

Comment