RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Ada kebiasaan yang patut ditiru dari siswa-siswi Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Cirebon. Selain membiasakan diri tadarusan (membaca) Alquran selama 10-15 menit sebelum kegiatan belajar mengajar (KBM), saat terlambat datang ke sekolah, siswa diharuskan tadarusan di lapangan madrasah.
Guru Bahasa Arab MAN 1 Cirebon, Ubaidillah SPdI menyampaikan, sebelum KBM, biasanya ada siswa yang ditunjuk untuk memimpin mengaji. Lalu guru yang mengajar pada jam pertama ikut mengaji dengan siswanya.
Secara tidak langsung, kebiasaan ini sangat bermanfaat tidak hanya untuk siswa, tetapi juga gurunya. Untuk siswa dan siswi, kebiasaan ini menuntut mereka bisa belajar dan terbiasa mengaji Alquran.
Karena di zaman seperti sekarang ini, belum tentu mereka mengaji di rumah pada sore atau malam hari. Karena sudah banyak godaan untuk tidak mengaji seperti menonton televisi, bermain dengan teman, dan menikmati kecanggihan teknologi. Seperti bermain social media, smartphone, tablet dan internetan. (Radar Cirebon, 22/11/2019)
Sebelumnya dikabarkan juga oleh Dejabar.id (25/10), Kemenag Majalengka akan pasok al-qur’an kepada seluruh pegawai dilingkungan Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Majalengka. Hal tersebut diungkapkan Kepala Kemenag Kabupaten Majalengka, Yayat Hidayat, Jumat (25/10/2019).
Menurut Yayat, pasok al-qur’an kepada seluruh pegawai tersebut untuk mendukung program tadarus al-quran yang wajib dilaksanakan oleh setiap pegawai dilingkungan Kemenag Majalengka, baik di Madrasah, KUA dan unit kerja lainnya. “Setiap meja pegawai harus ada al-quran dan luangkan waktu untuk membaca al-quran setiap hari,” ungkapnya.
Bahkan Yayat juga menekankan, agar setiap siswa/siswi madrasah agar membiasakan diri untuk membaca al-quran. “Proram ini juga selaras dengan Majalengka Raharja yang menekankan nilai-nilai religius,” jelasnya.
Tentang keutamaan mengemban Alquran (membaca, mengamalkan dan menerapkan Alquran), Anas bin Malik ra. menuturkan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda, “Allah SWT memiliki keluarga dari kalangan manusia.” Beliau ditanya, “Siapa mereka, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Para pembaca dan pengamal Alquran, itulah keluarga Allah; mereka termasuk yang Dia istimewakan.” (Al-Ajiri, Akhlaq Ahl al-Qur’an, I/3).
Abdullah bin Umar ra menuturkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Akan dikatakan kepada para pembaca Alquran pada Hari Kiamat, ‘Bacalah, naiklah beberapa derajat (di surga)…Sesungguhnya kedudukan kamu ada di akhir ayat yang kamu baca.’” (Ibn Abi Syaibah, Al-Mushannaf, VII/172).
Di surga nanti, bahkan para pembaca Alquran memiliki kedudukan yang istimewa. Ummu ad-Darda’ pernah bertanya kepada Aisyah ra tentang orang yang masuk surga dari kalangan pembaca Alquran, apa kelebihannya dibandingkan dengan orang yang tidak membaca Alquran. Aisyah ra. menjawab, “…Sesungguhnya orang yang masuk surga dari kalangan pembaca Alquran maka tidak ada seorang pun yang lebih tinggi dari diri mereka.” (Ibn Abi Syaibah, Al-Mushannaf, VII/155).
Hal ini wajar belaka. Pasalnya, sebagaimana dituturkan oleh Abdullah bin Umar ra, “Siapa saja yang membaca Alquran adalah seperti sedang meniti jalan kenabian, hanya saja Alquran tidak diwahyukan kepada dirinya.” (Ibn Abi Syaibah, Al-Mushannaf, VII/155).
Tentang keutamaan membaca Alquran, Ibrahim al-Hijri menuturkan dari Abu al-Ahwash dari Abdullah bin Mas’ud ra bahwa Rasulullah SAW juga pernah bersabda, “Pelajarilah oleh kalian Alquran dan bacalah.
Sesungguhnya kalian diberi pahala atas bacaannya setiap huruf dengan sepuluh kebaikan. Aku tidak menyatakan alif lam mim itu dibalas dengan sepuluh kebaikan, tetapi alif sepuluh kebaikan, lam sepuluh kebaikan dan mim sepuluh kebaikan.
Sesungguhnya Alquran adalah cahaya yang terang, obat yang bermanfaat, kesuksesan bagi siapa saja yang mengikutinya dan perlindungan bagi orang yang berpegang teguh padanya…” (Al-Ajiri, Akhlaq Ahl al-Qur’an, I/5).
Ali bin Abi Thalib ra menuturkan bahwa Rasulullah SAW juga bersabda, “Orang terbaik di antara kalian adalah yang mempelajari Alquran dan mengajarkannya.” (HR al-Bukhari dan Muslim).
Bahkan baik sekali jika membaca Alquran dilakukan secara bersama-sama di masjid dengan saling menyimak dan meluruskan bacaannya. Dalam hal ini, Abu Hurairah ra. menuturkan bahwa Rasulullah SAW pun pernah bersabda, “Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah, lalu mereka membaca dan saling mengajari Alquran di antara mereka, melainkan akan diturunkan kepada mereka ketentraman, diliputi rahmat, dinaungi para malaikat, dan akan disebut-sebut oleh Allah bersama-sama mereka di sisi-Nya.” (HR Abu Dawud dan Ahmad).
Alquran bahkan akan menjadi syafaat pada Hari Kiamat nanti bagi para pembacanya. Sabda Nabi SAW, “Bacalah oleh kamu Alquran, sesungguhnya (Alquran) itu datang pada Hari Kiamat menjadi syafaat bagi pembacanya.” (HR Muslim).
Dengan semua keutamaan itu, wajarlah jika para sahabat berlomba-lomba membaca, mempelajari dan mengamalkan kandungan Alquran. Dalam sebuah hadits shahih, Rasulullah SAW menyuruh Abdullah bin Umar agar mengkhatamkan Alquran seminggu sekali. Begitu pula para sahabat seperti Usman bin ‘Affan, Zaid bin Tsabit, Ibnu Mas’ud dan Ubay bin Ka’ab; telah menjadi wiridnya untuk mengkhatamkan Alquran pada setiap hari Jumat. Namun demikian, paling tidak, hendaknya setiap Muslim bisa mengkhatamkan Alquran sebulan sekali (HR Ahmad).
Itu baru keutamaan membaca dan mengkaji Alquran. Bagaimana dengan mengamalkan dan menerapkan Alquran dalam kehidupan? Tentunya, jauh lebih utama. Pasalnya, membaca Alquran adalah sunnah saja, meski mengkaji dan mempelajarinya adalah kewajiban karena termasuk dalam bab thalabul ilmi yang memang wajib. Namun, semua itu tentu tidak ada faedahnya jika Alquran tidak diamalkan dan diterapkan dalam kehidupan.
Bahkan, tidak mengamalkan dan menerapkan Alquran termasuk dalam tindakan mengabaikan Alquran yang nyata-nyata telah diharamkan oleh Allah SWT. Allah SWT berfirman yang artinya: Berkatalah Rasul, “Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Alquran ini sebagai sesuatu yang diabaikan.” (QS al-Furqan [25]: 30). Wallahu’alam[].
Tawati, Aktivis Muslimah Majalengka
Comment