Tak Ada Pundak untuk Bersandar, Masih Ada Sajadah untuk Bersujud

Berita636 Views
ilustrasi:Karisa/radarindonesianews.com
RADAROMDONESIANWQS.COM, JAKARTA – Kisah nyata ini diawali ketika NASA mengumumkan mencari warga untuk
ikut dalam penerbangan pesawat luar angkasa Challanger. Seorang guru
mendaftar. Dari 43.000 pendaftar, ia lolos menjadi 10.000 kandidat, dan
menjadi 100 orang yang berkumpul untuk penilaian akhir. Ia berdoa
“Biarlah diriku yang terpilih karena itu adalah anugerah yang terbesar
dalam hidupku.” Namun, NASA memilih orang lain.

Selasa, 28
Januari 1986, ia berkumpul bersama kandidat lain untuk melihat
peluncuran pesawat luar angkasa Challanger. Ia masih berdoa, “Aku
bersedia melakukan apa saja agar berada di dalam pesawat itu. Kenapa
bukan aku?” 73 detik kemudian, Allah menjawab semua pertanyaannya dan
menghapus semua keraguannya. Pesawat luar angkasa Challanger meledak dan
menewaskan semua penumpang.

Kawan, sering kita beranggapan bahwa
sesuatu yang baik itu yang mengenakkan, menguntungkan, memudahkan.
Sementara sesuatu yang buruk adalah sesuatu yang tidak mengenakkan,
merugikan, dan menyulitkan. Tapi Allah melihat sesuatu yang baik itu
adalah sesuatu yang membawa kebaikan hakiki. Bisa saja tampak tidak
mengenakkan, tampak merugikan, dan tampak menyulitkan. Itu alasan kenapa
terkadang yang baik kita sangka buruk dan yang buruk kita sangka baik.

Foto: copyright themuslimvibe.comFoto: copyright themuslimvibe.com

Kita
manusia hanya mampu melihat dengan apa yang kita lihat, tapi Allah Maha
Melihat, melihat jauh dari apa yang kita lihat. Hal tersebut memang
manusiawi, namun seorang muslim tidak selayaknya berprasangka buruk
bahwa Allah memberikan sesuatu yang tidak baik bagi hamba-Nya yang taat.
Adakalanya yang terindah bukanlah yang terbaik.
 
 
Kita
harus meyakini bahwa semua yang Allah berikan adalah yang terbaik untuk
kita. Apapun yang menimpa diri kita, apakah enak atau tidak,
menguntungkan atau merugikan, mudah atau sulit, maka itulah yang terbaik
bagi kita menurut-Nya. Memang tidak mudah menganggap segala sesuatu
yang terjadi itu terbaik untuk kita, tapi seperti yang termaktub dalam
surat Asy-Syura ayat 19, bukankah Allah Maha Lembut terhadap
hamba-hamba-Nya? “Boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu padahal itu
baik bagimu, boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik
untukmu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” 
 
Sesiapa
mengenal Allah, dia akan lihat segala sesuatu indah tampaknya. Jika
keinginannya dikabulkan, ia senang. Jika tidak dikabulkan, ia lebih
senang lagi, karena itu keinginan dan pilihan Allah. Mungkin suatu
ketika Allah tidak kabulkan doa kita, tapi yakinlah Allah sedang
merencanakan sesuatu yang lebih baik dari yang kita minta. Hingga, suatu
hari nanti, kita akan bersyukur karena doa kita tidak dikabulkan.

Nikmat
yang menjauhkan kita dari Allah adalah musibah, sedangkan  musibah yang
mendekatkan kita pada Allah adalah nikmat. Cobaan yang terlihat buruk
di mata kita bisa saja menghilangkan rasa sombong dari hati kita dan
mendekatkan kita dengan Allah.

Keadaan takluk, pasrah dan tak
berdaya adalah pertanda baik, karena Allah suka kita bergantung
kepadaNya. Pada saat itu kita akan menyadari, jika tak punya pundak
untuk bersandar, kita masih punya sajadah untuk bersujud. Percayalah,
jika kita mengerjakan apa yang kita bisa, maka Allah akan mengerjakan
apa yang tidak bisa kita kerjakan. Oleh karena itu, jangan pernah
lupakan tawakal dan doa. Karena usaha tanpa doa adalah salah satu cabang
kesombongan dan penyebab kehancuran.

La haula wa la Quwwata illaa billah
Tidak ada kekuatan selain dari Allah,

Duhai Allah, Wahai Pemilik Segala Kejadian,
terkadang Engkau tolak doaku,
karena Kau ingin hadiahkan lebih dari yang kupanjatkan.

*Artikel ini ditulis oleh dr. Gamal Albinsaid, CEO Indonesia Medika & Motivator Internasional.[vem]

Comment