SW. Retnani S. Pd: Di Balik Harga BBM Turun Saat Tahun Politik

Berita540 Views
  SW. Retnani S. Pd
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) akhirnya turun juga. Setelah beberapa kali hingga membikin para konsumennya pusing tujuh keliling. Sebab, BBM menjadi salah satu faktor yang bisa menaikkan harga bahan pokok secara otomatis hingga berakibat memicu krisis keuangan rumah tangga.
Turunnya harga BBM, sedikit membuka himpitan ekonomi rakyat. Namun, kebijakan seperti ini apabila muncul disaat tahun politik rentan dimanfaatkan oleh pihak- pihak tertentu demi kepentingan individu ataupun kelompok.
Seperti dilansir dari m.detik.com bahwa Hari ini, Sabtu (5/1/2019) harga bahan bakar minyak (BBM) Pertamax Cs turun. Penurunan hargaPertamax Cs tersebut bervariatif.
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zonmenilai Pertamina lamban menyikapi harga minyak dunia. Menurutnya, lanjut Fadli, Pertamina bisa menurunkan harga Pertamax Cs sejak dulu.
Fadli mengatakan saat ini harga kebutuhan pokok di Indonesia masih belum stabil, karena masih lebih mahal dibandingkan dengan negara lainnya. Tak hanya itu, Fadli menilai turunnya harga Pertamax Cs merupakan kebijakan yang politis.
Berdasarkan fakta di atas, apabila turunnya harga BBM saat ini mengandung unsur politis alias diniatkan untuk pencitraan apalagi memang sekarang tepat di tahun politik, sungguh sangat tidak bijak. Bahkan terkesan curang dan menipu. Alloh swt dan Rosul-Nya sangat membenci seorang pemimpin yang gemar menipu rakyatnya. Sabda Rasululloh saw:
“Tidaklah seorang pemimpin mengurusi rakyat kaum Muslim lalu mati dalam keadaan menipu mereka kecuali Alloh swt mengharamkan bagi dia surga (HR. Al Bukhari).
BBM adalah kebutuhan dasar rakyat yang tidak layak dipermainkan untuk kepentingan siapapun. Maka apabila ada seorang pemimpin yang mempermainkannya tentu termasuk pemimpin yang dzalim.
Naik turunnya harga BBM yang tidak stabil akibat dari sistem kapitalis- sekuler. Sistem yang mencetak orang-orang yang abai terhadap nilai- nilai agama, termasuk tindakan dan perbuatan pemimpin ketika mengambil kebijakan serta membuat aturan pemerintahan. Semata- mata hanya bertumpu pada keuntungan individu ataupun golongan.
Ideologi kapitalisme- sekuler selalu menjauhkan bahkan menghilangkan peran agama dalam konteks pribadi, masyarakat dan negara. Beginilah buruknya sistem kapitalis -sekuler, negara selalu mengutamakan kepentingan kaum kapitalis, yaitu kaum pemilik modal. Sehingga, menjalankan pemerintahannya bukanlah berdasarkan keberpihakan pada rakyat. Tetapi, untuk kepentingan para elit dan kroni yang berkuasa serta para pemilik modal. Faktor inilah yang menjadikan pemimpin negeri antek asing dan aseng hingga berakibat mengingkari amanah dari rakyatnya bahkan tak segan mendzaliminya.
Jadi jangan merasa heran bila harga BBM turun, ketika harga minyak dunia sedang naik. Begitupun sudah tak aneh lagi, ketika pemimpin di dunia kapitalis sekuler lebih menonjolkan pencitraan dari pada prestasi.
Tentu sangat berbeda dengan sosok pemimpin yang lahir dari sistem Islam. Karakter pemimpin yang amanah, sanggup memberikan kesejahteraan serta perbaikan nasib rakyat. Pemimpin yang mampu meri’ayah umat, bukan sekedar pencitraan. Pemimpin yang bertanggung jawab atas dasar keimanan dan ketakwaan kepada Alloh swt. Hukum dan Syariat-Nya senantiasa menjadi tolak ukur setiap pengambilan kebijakan seraya mereka pun paham akan dimintai pertanggung jawaban langsung oleh Alloh swt. Bahkan anggota tubuhnya lah yang akan menjadi saksi atas segala perbuatan dan perkataannya di dunia. Allah SWT berfirman:
اَلْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلٰۤى اَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَاۤ اَيْدِيْهِمْ وَتَشْهَدُ اَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ
“Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; tangan mereka akan berkata kepada Kami dan kaki mereka akan memberi kesaksian terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.” (QS. Ya-Sin 36: Ayat 65)
Alloh swt menurunkan Al Qur’an sebagai solusi atas semua masalah kehidupan, baik dalam aspek pribadi, masyarakat dan negara. Allah SWT berfirman:
وَيَوْمَ نَـبْعَثُ فِيْ كُلِّ اُمَّةٍ شَهِيْدًا عَلَيْهِمْ مِّنْ اَنْفُسِهِمْ وَجِئْنَا بِكَ شَهِيْدًا عَلٰى هٰۤؤُلَآ ءِ ۗ وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْـكِتٰبَ تِبْيَانًا لِّـكُلِّ شَيْءٍ وَّ هُدًى وَّرَحْمَةً وَّبُشْرٰى لِلْمُسْلِمِيْنَ
“Dan (ingatlah) pada hari (ketika) Kami bangkitkan pada setiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri, dan Kami datangkan engkau (Muhammad) menjadi saksi atas mereka. Dan Kami turunkan Kitab (Al-Qur’an) kepadamu untuk menjelaskan segala sesuatu, sebagai petunjuk, serta rahmat dan kabar gembira bagi orang yang berserah diri (muslim).”(QS. An-Nahl 16: Ayat 89).
Kembalinya kita pada aturan dan petunjuk Al Qur’an akan melahirkan pemimpin- pemimpin yang amanah dan mampu meri’ayah umat. Sebagaimana penerapan sistem Islam dulu, yang telah melahirkan para khalifah tangguh. Sebagian dari mereka adalah khalifah Abu Bakar Ash- shidiq ra, khalifah Umar bin Al khatab ra, khalifah Ustman bin Affan ra, khalifah Ali bin Abi thalib ra, khalifah Abdul Hamid dll.
Dengan demikian mewujudkan negeri yang adil sejahtera hanya bisa dengan penerapan Syariat Islam secara Kaffah. Wallohu a’lam bish showab.[]

Comment