SW. Retnani S. Pd |
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Hujan merupakan salah satu peristiwa di bumi yang paling sering kita jumpai. Indonesia adalah negara yang memiliki dua musim, yakni musim kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau merupakan musim yang panas dimana hujan jarang sekali turun. Sementara musim penghujan merupakan suatu musim dimana hujan seringkali turun. Sehingga kita akan sering mendengar berita banjir dimana-mana.
Seperti yang dilansir dari TRIBUNJABAR.ID, CIMAHI – Sejumlah ruas jalan di Kota Cimahi terendam banjir saat hujan deras mengguyur Kota Cimahi sejak pukul 17.00 WIB hingga pukul 21.00 WIB, Jumat (14/12/2018).
Berdasarakan informasi yang dihimpun, ruas jalan yang terendam banjir tersebut diantaranya, Jalan Amir Machmud, Cibabat, Cilember, Jalan Kolonel Masturi, Cihanjuang, Jalan Pesantren dan Jalan Mahar Martanegara.
Pantauan Tribun Jabar, hingga pukul 21.00 WIB, sebagian ruas Jalan Amir Machmud masih terendam banjir, sehingga menyebabkan kemacetan karena pengendara harus berhati-hati ketika melintas genangan air.
Komandan Regu 1 Pemadam Kebakaran Kota Cimahi, Indra Hadi, mengatakan, petugas Damkar Kota Cimahi langsung turun ke titik banjir yang paling parah diantaranya Jalan Cihanjuang dan Jalan Mahar Martanegara.
Jalan Mahar Martanegara terendam banjir sekitar 50 sentimeter dan Jalan Cihanjuang sudah mulai surut, tapi air sempat setinggi paha orang dewasa,kata beliau saat dihubungi, Jumat (14/12/2018) malam.
Penyebab banjir di sejumlah ruas jalan tersebut, lanjutnya, rata-rata drainase di sekitar jalan tidak berfungsi secara maksimal, akibatnya air meluap ke ruas jalan.
Untuk mengatasi banjir itu, Petugas Damkar Kota Cimahi menurunkan tiga unit dengan 9 orang personel untuk membersihkan sampah yang ada di dalam drainase.
Selain itu, pihaknya juga menutup akses jalan yang paling parah terendam banjir untuk antisipasi terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti kecelakaan lalu lintas.
Banjir pun melanda daerah Rancaekek pada hari minggu kemarin (10/02/2019). Hingga daerah linggar dan sekitarnya. Kelas IX MTs PPI 24 Rancaekek yang dijadwalkan ada ujian TO(Try Out) pada hari senin (11/02/2019)pun terpaksa diundur. Karena akses jalannya tertutup banjir yang lumayan tinggi.
Banjir yang melanda tepat di tahun politik, seakan mengingatkan rezim untuk bisa mencari solusinya. Tidak hanya mempersiapkan pestanya saja.
Sebab seluruh kaum kapitalis negeri ini sebentar lagi akan menyambut pesta demokrasi yang bisa terus menjaga keberlangsungan sistem kapitalis- Liberalisme
Sistem yang membuat negeri ini menjadi budak negara- negara maju. Sistem yang telah merusak generasi bangsa kita, merusak tatanan kehidupan beragama dan merusak nilai – nilai ketimuran serta adab- adabnya. Menguras dan menghabisi seluruh sumber daya alamnya, sehingga banjir kerap kali menjadi problematika yang tidak kunjung ada solusinya. Tak hanya banjir yang menerjang, bencana lain akibat sistem liberalisme pun terus menggerus negeri ini. Angin puting beliung, longsor, gempa bumi, tsunami dll
Sistem kapitalisme yang rusak telah melahirkan paham sekulerisme, yaitu paham yang memisahkan agama dari kehidupan. Hingga masyarakat digiring untuk menjauhi aturan- aturan agama oleh rezim pengusung sekulerisme. Rezim yang hanya mementingkan kepentingan pribadi dan golongannya. Hingga banjir pun seakan hanya dipandang sebelah mata. Sebab dampak buruk banjir hanya dirasakan masyarakat kecil.
Air banjir yang kotor penuh dengan wabah penyakit. Timbulnya penyakit diare, gatal bahkan demam berdarah. Banjir juga melumpuhkan seluruh aktivitas masyarakat, sekolah dll. Kerugian ekonomi seperti rumah roboh, perabot rusak dll. Kesulitan air bersih sebab seluruh wilayah tergenang air kotor. Bahkan ada yang sampai menelan korban jiwa.
Salah satu penyebab banjir adalah tatanan kota yang salah, akibat banyaknya permintaan dari pihak- pihak yang memiliki kepentingan. Mereka adalah para pemilik modal dan penguasa, misalnya para pengusaha pemilik perumahan atau pabrik. Ditambah dengan tata ruang dan tata air yang tidak sesuai dengan kondisi lahan. Inilah bukti nyata sistem kapitalis yang menghasilkan pemimpin yang dzalim dan tidak mampu meri’ayah umat. Pemimpin yang mengingkari janji- janji kampanye.
Sangat berbeda jauh dengan sistem Islam. Islam tidak akan membolehkan kekayaan negerinya disentuh oleh swasta, asing maupun aseng. Khilafah akan mengolah dan menjaga kelestarian sumber daya alam, terutama hutan. Dengan cara melakukan reboisasi atau penghijauan kembali dengan biaya dari hasil pengolahan sumber daya alam. Karena seluruh aspek negeri Islam paham apabila alam rusak maka bencana melanda umat. Seperti banjir pun akibat dari kerusakan alam oleh tangan- tangan manusia. Allah SWT berfirman:
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”(QS. Ar-Rum 30: Ayat 41)
Dengan penerapan Sistem Islam, hujan yang begitu banyak manfaatnya akan semakin bertambah keberkahannya. Beberapa manfaat hujan antar lain: Hujan mampu menyuburkan tanaman, persediaan air didalam tanah bertambah, sumber perekonomian sebagian masyarakat ( ojeg payung, penjual makanan dan minuman hangat, taksi, penjual perlengkapan kita saat hujan ). Hujan pun sangat dinanti para petani, sumber tenaga listrik, memperbaiki kwalitas udara dari polusi.
Maka berkat penerapan hukum- hukum Alloh swt negeri semakin bertambah rahmat-Nya. Inilah janji Alloh swt di dalam kitab suci umat Islam. Allah SWT berfirman:
وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰۤى اٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَـفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَآءِ وَالْاَرْضِ وَلٰـكِنْ كَذَّبُوْا فَاَخَذْنٰهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ
“Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al-A’raf 7: Ayat 96)
Jadi, jangan pernah menyalahkan Sang Maha Pencipta, Alloh azza wa Jalla ketika banjir melanda.
Renungkanlah, seberapa banyak rezim ini telah berbuat dzalim dan maksiat di bumi Alloh swt. Koruptor dilindungi, penista agama diampuni, pembakar bendera Rasululloh saw dibela, zina dan riba difasilitasi, ulama dihinakan, penipu serta pembohong dipuja dll. Allah SWT berfirman:
وَمَاۤ اَصَابَكُمْ مِّنْ مُّصِيْبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ اَيْدِيْكُمْ وَيَعْفُوْا عَنْ كَثِيْرٍ
“Dan musibah apa pun yang menimpa kamu adalah karena perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan-kesalahanmu).”(QS. Asy-Syura 42: Ayat 30)
Maka solusi banjir yang melanda negeri kita hanya satu, yaitu penerapan Sistem Islam dalam naungan Khilafah Rasyidah ‘ala Minhaj an-Nubuwwah. Wallohu a’lam bish showab.[]
Comment