Oleh: Analisa*
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Selama ini masyarakat menganggap bahwa hidup di bumi Sriwijaya ini suatu kebanggaan. Kekayaan sumber daya alamnya melimpah ruah menjadikan setiap orang terpesona, terlebih memiliki hasil bumi yang lengkap seakan masyarakat hidup tidak akan kekurangan.
Namun, kenyataannya berbalik arah, masyarakat tidak dapat menikmati kekayaan itu. Malah semua hidup dalam kemiskinan, kekurangan serta sulitnya mendapatkan pekerjaan. Alhasil, masyarakat di Sumsel yang hidup dalam taraf pendidikan yang rendah terpaksa hidup nelangsa. Sebuah paradoks yang menyedihkan.
Seperti dikutip laman kompas.com, Jum’at 19 Februari 2021, Sumsel masuk 10 besar provinsi termiskin di Indonesia. Ini jelas sangat mengejutkan masyarakat. Padahal kita ketahui bahwa Sumsel memiliki potensi SDA yang sangat kaya.
Paradoks yang mungkin memapar provinsi selain Sumsel itu terjadi akibat sistem yang memposisikan kita berada dibawah payung kendali investor asing. Hasil bumi dikelola oleh investor kapitalistik yang lebih menguntungkan mereka, sementara kita hanya mendapat secuil ampas saja.
Namun demikian kita baik masyarakat awam dan para penyelenggara negara belum juga terbangun dari tidur panjang yang melelapkan dan menyadari diri bahwa kita sedang berada diambang bahaya dan kemiskinan secara global.
Kemiskinan di negeri ini akan tetap berulang selama sistem dan aturan yang bersebrangan dengan aturan Sang Pencipta alam diterapkan. Karena sistem kapitalis hanya mengambil keuntungan tanpa melihat akibat yang dihasilkan, sehingga kemiskinan terjadi di masyarakat.
Kapitalisme penyebab kemiskinan
Kapitalisme global telah menjadi racun yang merusak dan mematikan kehidupan berkeadilan. Tidak terdapat pertimbangan manusiawi di dalamnya karena tidak ada ruang agama. Kalaupun ada, sebatas formalitas dan tidak lebih sebatas fatamorgana.
Kapitalisme secara perlahan mengebiri sendi-sendi kehidupan sehingga lumpuh dan tidak mampu berjalan normal dan optimal.
Materi dalam pandangan kapitalis lebih penting daripada nilai nilai agama dan kemanusiaan. Jangankan agama, Pancasila yang mengajarkan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia itu pun hanya sekedar cerita bagi mereka.
Begitu banyak kerusakan terjadi akibat diterapkannya sistem yang lebih mengutamakan materi ini. Kapitalisme merusak sistem ekonomi, kesehatan, pendidikan, sosial, dan keamanan.
Islam Sebagai Solusi
Saatnya kita kembali pada aturan Sang Pencipta alam. Sungguh, kita membutuhkan sistem yang mengatur kehidupan secara keseluruhan, mulai dari urusan pribadi, keluarga hingga negara.
Sistem itu bernama Islam. Islam saja yang mampu mengungguli kapitalisme. Dengan islam yang dikenal sebagai rahmatan lil alamin ini akan menjaga, mengayomi dan mensejahterakan kehidupan masyarakat secara keseluruhan tanpa perbedaan latar belakang suku dan agama.
Islam mampu memberantas kemeskinan tanpa menzholimi satu dan yang lainnya.
Islam memiliki manajemen pengelolaan SDA yang lebih unggul dibanding kapitalisme. Pengelolaan SDA tidak diserahkan kepada individu, swasta maupun asing.
SDA dikelola dengan baik baik dan hasilnya dinikmati oleh rakyat bukan untuk segelintir orang atau kelompok.
Dengan begitu, penyelenggaraan pendidikan dan kesehatan yang murah dan terjangkau dapat diimplementasikan secara menyeluruh untuk semua jenis dan tingkatan.
Semua itu, ditanamkan atas dasar ketakwaan dan keimanan kepada Allah tanpa campur tangan manusia. dalam membuat hukum dan sanksi kehidupan.
Oleh karena itu, saatnya kita kembali kepada sistem yang dahulu telah menaungi dunia selama 13 abad lamanya, sejahtera tanpa paradoks. Wallahu a’lam bishowab.[]
* Muslimah Peduli Generasi
_____
Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat menyampaikan opini dan pendapat yang dituangkan dalam bentuk tulisan.
Setiap Opini yang ditulis oleh penulis menjadi tanggung jawab penulis dan Radar Indonesia News terbebas dari segala macam bentuk tuntutan.
Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan dalam opini ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawab terhadap tulisan opini tersebut.
Sebagai upaya menegakkan independensi dan Kode Etik Jurnalistik (KEJ), Redaksi Radar Indonesia News akan menayangkan hak jawab tersebut secara berimbang
Comment