Sumiati: Waktu Berlalu Ummat Semakin Tahu

Berita442 Views
Sumiati
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Al-Qur’an adalah kalamullah yang diberikan kepada Nabi Muhammad S.A.W. melalui perantara malaikat Jibril  untuk dijadikan sebagai pedoman Nabi Muhammad dan umat Nabi Muhammad SAW. Allah menurunkan Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad, agar beliau dapat  mensyiarkan agama Islam kepada umatnya. Karena di dalam Al-Qur’an berisi petunjuk bagi umat manusia dalam menjalani kehidupan dan agar memperoleh kebaikan hidup di dunia dan di akhirat kelak.
Sejak dahulu diturunkannya Al-Quran, Rasulullah langsung menyampaikan dakwah yang terdapat dalam Al-Qur’an kepada orang terdekatnya dan akhirnya sampai  kepada masyarakat. Nabi Muhammad menyampaikan ajarannya atas dasar perintah Allah SWT semata. Nabi Muhammad menyampaikan Al-Qur’an kepada sahabat dan kaumnya tanpa tulisan, dan langsung disampaikan dari lisan ke lisan sehingga ajaraan yang disampaikan beliau langsung diingat dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh oleh para sahabat, termasuk ajaran beliau dalam menyampaikan ayat-ayat Al-Qur’an kepada sahabatnya. 
Pada saat itu para sahabat walaupun tanpa membaca dan menulis mampu mengingat sabda-sabda dari Rasulullah termasuk dalam menyampaikan Firman Allah SWT. Sehingga dahulu  tidak sedikit orang yang mampu hafal Al-Qur’an dan mampu mengamalkannya. Pada saat itu masyarakat memiliki ingatan kuat dengan metode dakwah yang dilakukan Nabi Muhammad SAW saat itu banyak para sahabat yang dengan mudah mampu menghafal Al-Qur’’an dan sabda Nabi Muhammad SAW.
Metode yang Nabi gunakan  membantu para sahabat menerima ajarannya dan  dengan mudah mereka dapat menghafal Al-Qur’an. Mengingat begitu banyaknya faedah yang diperoleh oleh orang yang hafal Al-Qur’an, maka banyak umat Islam berlomba-lomba menghafal Al-Qur’an, tetapi dalam perjalanannya mereka banyak menemui kesulitan meghafal. Mungkin dengan dipaparkannya pembahasan tentang motode menghafal yang diterapkan oleh Nabi kepad para sahabat, nantinya juga dapat diterapkan oleh umat Islam yang berlomba-lomba dalam menghafal Al-Qur’an. 
Metode Rasulullah dalam pembelajaran menghafal Al-Qur’an.
Pengertian Metode
Metode berasal dari bahasa Yunani methodos yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Sedangkan menurut WJS. Poerwadarminta dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia.  Metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa metode merupakan jalan atau cara yang ditempuh seseorang untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Metode Rasul dalam Mengajar Al-Qur’an
Pada masa Rasulullah, al-Qur’an belum sampai kepada tahap penyusunan. Hal tersebut dikarenakan al Qur’an sendiri masih dalam proses diturunkan. Al Qur’an diturunkan tidak serta merta melainkan melalui jalan mutawatir atau berangsur-angsur. Setiap kali Nabi menerima wahyu berupa ayat al Qur’an, Nabi kemudian bergegas menyampaikan kalam tersebut kepada para sahabat agar mereka ikut menghafalkannya. Selain menghafal, sebagian sahabat juga menulis ayat-ayat tersebut. Ada beberapa faktor yang melandasi mengapa pada masa itu al Qur’an tidak dibukukan. Faktor-faktor tersebut antara lain:
Dilihat dari kondisi orang-orang Arab yang cenderung kepada menghafal dari pada menulis. Para sahabat pada masa itu sedikit sekali yang pandai menulis. Sedangkan dalam penggunaan metode, Rasul menggunakan beberapa metode dalam mengajarkan al Qur’an kepada para sahabat. Metode yang digunakan Rasulullah tersebut antara lain :
Metode Talaqqi
Talaqqi yaitu cara pertemuan guru dan murid secara face to face. Jadi ketika ayat di turunkan maka Rasulpun segera menyampaikannya langsung kepada para sahabat, lalu para sahabat menyampaikannya kepada sahabat lain yang saat Rasul menyampaikan secara langsung itu mereka tidak sedang berada dalam majelis tersebut.
Metode Talaqqi memudahkan pengajar memilih cara yang tepat dalam menyampaikan ilmu, karena dengan bertemu langsung antara guru dan murid, membuat guru lebih mudah mengenali kepribadian murid. Hal ini sudah dilakukan Rasulullah SAW seperti memilih hari-hari yang tepat dalam menyampaikan ilmu, dalam sebuah hadits :

عن عبد الله ابن مسعود رضي الله عنه قال : كان النبي صلى الله عليه وسلم

يتخولنا بالموعظة في الأيام, كراهة السا مة علينا (أ خرجه البخاري(
Dari Abdullah ibnu Mas’ud Ra berkata : Adalah Nabi SAW memberikan nasehat kepada kami di beberapa hari, karna takut kami akan jenuh atau bosan. (HR. Bukhori)
Penentuan hari dalam metode pengajaran beliau ini di karenakan Nabi mengerti situasi dan kondisi para sahabat. Bagaimana mungkin bisa mencapai hati dan fikiran seseorang jika hati mereka bosan dan jenuh,dan apabila jiwa telah bosan maka terputuslah manfat sesuatu.
Dari sini kita bisa melihat salah satu kelebihan dari talaqqi, Rasulullah dalam mengajari para sahabat, beliau mengajarkan Al- Quran dengan cara pertemuan secara langsung dan menyampaikannya pada hari-hari tertentu, dan Rasulullah sangat teliti tentang perkembangan para sahabat melalui pertemuan itu. 
Berbeda dengan cara belajar sekarang seperti melalui media internet, yang seorang guru tidak secara langsung bertemu murid, sehingga guru hanya mentitik beratkan pada tugas dan IQ murid, dan selebihnya guru tidak mengetahui tentang kepribadian murid-muridnya, tetapi Islam terutama cara mengajar Rasulullah berbeda, karena Rasulullah mengerti bahwa membentuk karakter itu penting di samping ilmu yang tinggi, kita juga tidak boleh melupakan bahwa Al-Quran juga disampaikan kepada Nabi yang salah satunya melalui jalur talaqqi dari Malaikat Jibril, bahkan setiap tahun Nabi mengulang hafalan Al-Quran yang telah diturunkan kepada beliau di depan Malaikat Jibril. 
Inilah metode Nabi Muhammad SAW dalam mengajarkan al-Qur’an dan dengan metode ini lebih leluasa mengawasi perkembangan para sahabat, tidak hanya para sahabat tapi Nabi juga mengajari para shahabiyah tentang agama Islam dengan pertemuan pada hari- hari tertentu. Dalam sebuah hadits, dari Abu Sa’iid berkata, kaum wanita berkata kepada Nabi SAW; Para laki-laki telah mengalahkan kami, maka jadikanlah untuk kami hari darimu, maka Nabi SAW menjanjikan kepada mereka di salah satu hari di mana mereka akan bertemu, lalu Nabi menasehati dan memerintah mereka di hari itu. (HR. Bukhori)
Metode  Pengajaran Secara Bertahap.
Dalam menghafal al-Qur’an dengan bertahap dan perlahan dapat memudahkan para sahabat untuk menghafal ayat-ayat al-Qur’an tersebut dan mempelajarinya dengan baik.
Metode Memotivasi
Metode memotivasi ini digunakan oleh Nabi agar para sahabat agar  tidak mudah putus asa dalam belajar dan menghafal al-Qur’an.
Metode Tes dan Melempar Pertanyaan.
Metode tes dan melempar pertanyaan ini digunakan Rasulullah untuk merangsang keingintahuan para sahabat, menarik perhatian  dan memunculkan hasrat para sahabat untuk cepat dan segera mengetahui apa yang hendak disampaikan kepadanya.
Metode Penyegaran.
Rasulullah menggunakan metode penyegaran untuk menjaga agar rasa jemu dan lelah tidak menyelinap masuk dalam hati para pendengarnya atau para sahabat. Rasul memberi kesempatan kepada para sahabat untuk melepas lelah agar hati mereka tetap terbuka dan dapat menerima ayat atau pelajaran yang akan disampaikan oleh Rasul. Ibnu Mas’ud berkata, “Nabi S.A.W, tidak setiap waktu atau setiap hari memberikan wejangan dan penerangan agama. Beliau melakukannya secara berkala sebab beliau khawatir kami merasa bosan.
Hadits tersebut merupakan dasar bahwasannya Nabi juga menngunakan metode penyegaran agar sahabt tidak mudah merasa jenuh dan bosan.
Pusat-pusat pengajaranDarul Arqam
Darul Arqam ialah sebuah rumah sahabat yang di jadikan Rasul untuk menyampaikan ajaran islam pertama kali. Rumah yang dipilih oleh Rasulullah adalah rumah milik seorang sahabat yang bernama al-Arqam bin Abil Arqan al-Makhzumi yang terletak di safa. Rasul sengaja memilih rumah sebagai tempat menyampaikan ajaran islam pertama kali, guna untuk menghindari perlakuan buruk dari kaum Quraisy. Ditempat tersebut membimbing para sahabat untuk menghafal, menghayati dan mengamalkan ayat-ayat suci al-Qur’anyang diturunkan kepada Nabi Muhammad S.A.W.
Masjid
Besarnya peran masjid dalam membangun umat, sejak awal telah menjadi perhatian Rasulullah. Setelah hijrah ke Madinah, tempat yang prtama kali Beliau bangun adalah masjid, Nabi memusatkan pendidikan kaum muslim di masjid-masjid. Didalam masjid Rasulullah mengajar dan memberi khutbah dalam bentuk halaqah, dimana para sahabat duduk mengelilingi beliau untuk mendengar dan melakukan Tanya jawab yang berkaitan dengan urusan agama dan kehidupan sehari-hari.
Suffah
Suffah merupakan ruang atau bangunan yang tersambung dengan masjid. Suffah dapat dilihat sebagai sekolah pada masa itu, karena kegiatan pengajaran dan pembelajarannya dilakukan secara teratur dan sistematik. Misalnya Masjid Nabawi yang mempunyai suffah yang digunakan untuk majelis ilmu. Selain berfungsi sebagai pengajaran berbagai ilmu pengetahuan, suffah juga sebagai tempat tinggal atau asrama untuk orang yang tidak punya tempat tinggal permanen, umumnya mereka adalah orang yang berasal dari luar kota Madinah atau orang yang diusir oleh keluarganya karena memeluk agama islam.
Kuttab
Penggunaan kuttab sebagai tempat belajar, sebenarnya telah ada sebelum agama islam datang. Bangsa Arab mendirikan kuttab untuk memberikan pendidikan kepada anak-anaknya. Keberadaan kuttab pada masa Rasul difungsikan untuk belajar dan mempelajari al-Qur’an. Pada suatu riwayat disebutkan, Ummu Salamah mengirimkan utusan kepada pengajar al-Qur’an untuk menyampaikan pesan, “ kirimkanlah untukku anak-anak kecil”. Di dalam kitab Adabul Mufrad karya Al-Bukhari diriwayatkan bahwa, Ibnu ‘Umar mengucapkan salam penghormatan kepada anak-anak kecil di kuttab. Kisah ini membuktikan bahwa Kuttab pada masa Rasulullah merupakan pusat pendidikan bagi umat islam.
Akhir-akhir ini dunia pendidikan anak-anak Indonesia semakin meningkat diberbagai level, baik TK, SD, SMP, SMA. Dari hal yang terkait dengan agama fitrahnya yaitu Islam. Bagi para orang tua banyak yang mencari sekolah yang memiliki keunggulannya adalah Tahfidz al Quran. Banyak  sekolah yang mengambil unggulannya adalah Tahfidz al Quran semakin banyak,  bukan hanya di Kota tapi hingga pelosok desa. Ini menunjukkan bahwa masyarakat kita semakin sadar akan fitrahnya.
Di beberapa sekolah memiliki target-target tertentu, ada yang menargetkan dari kelas satu sampai enam dengan target santrinya ketika lulus hafal 1 juz, dua juz, tiga juz dan lain-lain.
Ada juga di usia TK targetnya dua juz, pihak sekolah mempunyai komitmen yang tinggi agar anak-anak didiknya mendapatkan peringkat terbaik dihadapan Allaah SWT.
Namun ada juga sekolah Tahfid al Quran yang memiliki target enam tahun di SD itu targetnya enam juz seperti di STPKU SD Rancaekek Bandung.
Di sekolah ini membuat program yang sangat luar biasa.  Tentu enam juz dalam waktu enam tahun bukan hal yang mudah untuk diselesaikan. Maka kedisiplinan guru dan muridpun terhadap metode yang diadopsi sangat menentukan hasil yang memuaskan dan sesuai target yang ditetapkan. 
Dari level 1 yang juz 30, level 2 juz 29, level 3 juz 28, level 4 juz 1, semuanya menjalankan aturan yang ditetapkan. Bagi level 4 untuk mengejar 6 juz ketika lulus SD, harus menghafal 1 lembar 1/2 / minggu yang diselingi murajaah bukan setoran terus. Dengan demikian target akan tercapai sesuai harapan. Kedisiplinan yang Rasulullah saw contohkan senantiasa diterapkan. InsyaAllah wallaahu a’lam bishawab.[]
Penulis adalah member AMK  (Akademi Menulis Kreatif )

Comment