RADARINDONESIANEWS.COM, JAKSRTA – Dari hari ke hari, kondisi masyarakat Indonesia makin memprihatinkan. Di tengah pandemi seperti ini, semua menjadi serba salah.
Besar harapan masyarakat, ketika tiba wabah, maka lockdown yang diharapkan, serta semua kebutuhan pokok ditanggung oleh pemerintah sebagai bentuk tanggung jawabnya sebagai pemimpin. Namun, rupanya hal itu hanya mimpi, karena satu bulan sudah terlewati, dan tidak ada solusi yang pasti.
Dilansir katadata.co.id pada tanggal 26/04/2020. Para pekerja membawa paket bantuan sosial (bansos) yang akan disalurkan ke masyarakat untuk menanggulangi dampak negatif pandemi Covid-19.
Indef mencatat persepsi publik terkait program bansos berubah dari positif menjadi negatif, karena implementasi penyaluran di lapangan tidak tepat sasaran.
Perspektif publik terkait program pemberian bantuan sosial (bansos) untuk menanggulangi dampak negatif pandemi virus corona (Covid-19) berubah dari positif menjadi negatif. Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto mengungkapkan, melalui pemantauan media sosial Twitter awalnya terlihat publik menyambut baik kebijakan pemerintah menetapkan sejumlah bansos, mulai dari bansos sembako hingga bansos tunai.
“Di awal-awal orang dapat pengumuman ini berkomentar di sosial media cukup positif, tapi kemudian keluhan di tingkat daerah cukup banyak terkait pelaksanaannya, sehingga persepsi publik pun turun,” kata Eko dalam video conference, Minggu 26/04/2020.
Dengan maraknya berita di media sosial terkait penyaluran BLT yang salah sasaran, membuat geram rakyat. Mengapa?
Karena banyak diberitakan penerimanya adalah orang-orang yang mampu, rumah mewah, mobil mewah, bahkan di dinding rumah mereka terpampang pemberitahuan “Orang miskin yang mendapatkan bantuan”. Bagi rakyat hal itu tidak menjadikan mereka berfikir jernih, misalnya : Apakah itu hoax dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab? Atau apa pun itu, yang ada masyarakat geram dengan kondisi yang ada.
Terlebih, para perantau di kota yang dirumahkan atau PHK, mudik dilarang, di rantau tidak punya uang untuk membeli makan, tidak ada untuk membayar kontrakan. Sehingga memaksa mereka tidur di mana saja, yang penting mereka dapat berteduh.
Hal ini semakin membuat rakyat marah, kemanakah janji-janji penguasa yang akan membantu korban terdampak Covid -19, sementara orang-orang yang mampu banyak yang mendapatkan bantuan.
Sungguh tampak buruk periayahan penguasa kepada rakyatnya. Ditambah masalah syarat dan prasyarat berbelit-belit, membuat banyak rakyat miskin menjadi tidak menerima bantuan.
Semua kebijakan banyak menuai protes dari aparat daerah dan juga rakyat. Ini adalah kondisi yang sangat buruk serta berpengaruh pada lemahnya kepercayaan publik terhadap penguasa. Dan membuktikan dengan nyata bahwa sistem kapitalis demokrasi telah merusak tatanan sebuah negara.
Cara Islam mengatasi ekonomi rakyat yang terpuruk karena wabah.
Pertama : Secara individual, Allah Swt. memerintahkan setiap muslim yang mampu untuk bekerja mencari nafkah untuk dirinya dan keluarga yang menjadi tanggungannya.
Jika dalam kondisi normal, bukan kondisi saat ini, yang mana negeri sedang diuji dengan wabah. (Lihat: QS al-Baqarah [2]: 233). Rasulullah saw. juga bersabda:
“Mencari rezeki yang halal adalah salah satu kewajiban di antara kewajiban yang lain” (HR ath-Thabarani).
Jika seseorang miskin, ia diperintahkan untuk bersabar dan bertawakal seraya tetap berprasangka baik kepada Allah sebagai Zat Pemberi Rezeki. Haram bagi dia berputus asa dari rezeki dan rahmat Allah Swt. Nabi saw. bersabda :
“Janganlah kamu berdua berputus asa dari rezeki selama kepala kamu berdua masih bisa bergerak. Sungguh manusia dilahirkan oleh ibunya dalam keadaan merah tanpa mempunyai baju, kemudian Allah Azza wa Jalla memberi dia rezeki” (HR. Ahmad, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban).
Kedua : Secara jamai (kolektif), Allah Swt. memerintahkan kaum muslim untuk saling memperhatikan saudaranya yang kekurangan dan membutuhkan pertolongan. Rasulullah saw. bersabda :
“Tidaklah beriman kepadaku siapa saja yang tidur dalam keadaan kenyang, sementara tetangganya kelaparan, padahal ia tahu (HR. ath-Thabrani dan al-Bazzar).
Rasulullah saw. juga bersabda :
“Penduduk negeri mana saja yang di tengah-tengah mereka ada seseorang yang kelaparan (yang mereka biarkan) maka jaminan (perlindungan) Allah terlepas dari diri mereka” (HR. Ahmad dan Ibnu Abi Syaibah).
Ketiga : Allah Swt memerintahkan penguasa untuk bertanggung jawab atas seluruh urusan rakyatnya, termasuk tentu menjamin kebutuhan pokok mereka. Rasulullah saw. bersabda:
“Pemimpin atas manusia adalah pengurus dan ia bertanggung jawab atas rakyat yang dia urus” (HR. al-Bukhari, Muslim dan Ahmad).
Saat menjadi khalifah, Amirul Mukminin Umar bin al-Khaththab biasa memberikan insentif untuk setiap bayi yang lahir demi menjaga dan melindungi anak-anak. Beliau juga membangun rumah tepung (dar ad-daqiq) bagi para musafir yang kehabisan bekal.
Khalifah Umar bin Abdul Aziz membuat kebijakan pemberian insentif untuk membiayai pernikahan para pemuda yang kekurangan uang.
Pada masa kekhalifahan Abbasiyah dibangun rumah sakit-rumah sakit lengkap dan canggih pada masanya yang melayani rakyat dengan cuma-cuma.
Hal di atas hanyalah sekelumit peran yang dimainkan penguasa sesuai dengan tuntunan syariah Islam untuk menjamin kesejahteraan rakyatnya.
Pentingnya Penerapan Syariah
Atas dasar kondisi saat ini saatnya kita mencampakkan sistem selain Islam yang telah terbukti mendatangkan musibah demi musibah kepada kita. Sudah saatnya kita kembali pada syariah Islam yang berasal dari Allah Swt. Hanya syariah-Nya yang bisa menjamin keberkahan hidup manusia. Syariah akan menjadi rahmat bagi mereka (Lihat: QS al-Anbiya [21]: 107).
Lebih dari itu, penerapan syariah Islam secara kâffah dalam seluruh aspek kehidupan adalah wujud ketakwaan yang hakiki kepada Allah Swt. Dengan diterapkannya sistem Islam, insya Allah masalah ekonomi di tengah pandemi pun akan terselesaikan. Wallaahu a’lam bishshawab.[]
*Prsktisi pendidikan
Comment