Sulistiana, S.Sn: Kemiskinan Sistemik Merenggut Jiwa

Opini601 Views

 

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Seperti tikus mati di lumbung padi. Tragis, pribahasa tersebut menggambarkan bagaimana seseorang mati kelaparan dalam lingkungan yang serba berkecukupan atau mungkin berlimpah.

Mungkin begitulah kondisi rakyat Indonesia saat ini. Di mana sumber kekayaan alam berlimpah ruah dianugerahkan oleh Allah yang Mahakuasa tetapi kondisi rakyatnya banyak yang hidup di bawah garis kemiskinan. Pandemi yang masih mewabah dan himpitan ekonomi yang semakin sulit membuat masyarakat semakin menjerit karena beban hidup yang kian menghimpit.

Dikutip dari laman kompas.com, yang memberitakan kisah pilu seorang ibu yang kehilangan bayinya berusia dua tahun, meninggal dunia saat diajak ibunya mengemis di Pasar Bantar Gebang, Bekasi, Jawa Barat. Bayi tersebut memang dalam keadaan sakit sejak empat hari sebelumnya, tetapi sang ibu tidak membawa bayinya untuk diperiksa oleh dokter karena tidak memiliki biaya pengobatan (29/11/2020).

Di lansir dari tribunnews.com, kasus yang terjadi di kawasan Bantar Gebang, Kota Bekasi, diakui Pemkot Bekasi sebagai kelalaian pihaknya dalam menanggani warga miskin.Wali Kota Bekasi, Rahmat Effendi, mengaku bahwa pihaknya kurang melakukan antisipasi terhadap hal-hal semacam itu dan berjanji akan lebih meningkatkan penanganan warga miskin agar peristiwa seperti itu tak terjadi lagi.

Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Bekasi, Choiruman J Putro sebelumnya mengatakan, ada kesan Pemkot tidak terbuka terkait data orang miskin di setiap wilayah Kota Bekasi dan mereka merasa seperti aib soal data jumlah orang miskin.

Karena itu, Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) yang masuk ke Dinas Sosial pun tak maksimal sehingga bantuan kepada masyarakat miskin tidak merata atau tidak tepat sasaran. Mereka yang tidak dapat bantuan, dipastikan kesulitan mencari nafkah dan mau tidak mau terlantar di jalanan.

Choiruman menekankan betapa pentingnya keterbukaan data tersebut agar masyarakat miskin bisa mendapatkan bantuan dan fasiltas kesehatan. Karena tidak punya akses, mau program sebaik apapun dari pemerintah tidak akan menjangkau juga. Kami berharap bangun database kesejahteraan sosial secara sungguh-sungguh.” imbuhnya (1/12/2020).

Sebenarnya kejadian seperti ini bukanlah yang pertama kalinya, entah berapa banyak kasus yang serupa terulang. Jerat kemiskinan kian menghantui masyarakat sehingga membuat nyawa seakan tak berharga. Jangankan untuk berobat, sekedar untuk mengganjal perut pun begitu berat.

Mengapa Kemiskinan Sulit Untuk dientaskan?

Adanya kasus kematian balita ini dan pengakuan secara langsung oleh Wali Kota Bekasi adalah bukti pemerintah abai terhadap kesejahteraan rakyatnya. Rakyat seolah dibiarkan hidup mandiri seperti saling membantu antar tetangga. Sementara dalam kasus ini tetangga korbanpun dalam keadaan kurang mampu.

Susahnya mencari pekerjaan serta tingginya biaya kebutuhan pokok membuat rakyat tidak mampu memenuhi kehidupan mereka dengan layak. Belum lagi mahalnya biaya kesehatan sehingga membuat warga kurang mampu tidak bisa mengaksesnya.

Semua ini semakin nampak jelas bahwa kebijakan pemerintah terhadap pembangunan ekonomi belum dirasakan rakyat secara signifikan kalau tidak mau dikatakan kurang peduli terhadap rakyat.

Inilah bukti bahwa sistem kapitalis telah gagal mengatasi kemiskinan dan kesenjangan sosial kian menganga di tengah masyarakat membentuk jurang yang dalam.

Kemiskinan yang menimpa rakyat lebih merupakan kemiskinan struktural/sistemik, yakni kemiskinan yang disebabkan oleh sistem.

Sistem kapitalisme-liberal-sekuler yang diterapkan oleh pemerintah tidak menyentuh keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Sistem yang berasaskan sekuler ini menapikan peran agama dalam mengatur kehidupan. Prinsip liberalisme dalam kepemilikan telah membuat kekayaan milik rakyat dikuasai dan dinikmati oleh segelintir orang.

Sistem ekonomi kapitalisme berorientasi pada materi dan menihilkan peran pemerintah mengurusi rakyat termasuk dalam distribusi kekayaan. Karena negara dalam hal ini hanya berfungsi sebagai regulator saja.

Di negeri ini telah lama terjadi privatisasi sektor publik seperti pertambangan gas, air, jalan tol, minyak bumi dan mineral. Akibatnya, jutaan rakyat terhalang untuk bisa menikmati hak mereka atas sumber-sumber kekayaan tersebut.

Sehingga yang kaya semakin kaya dan yang miskin kian miskin. Hal ini pada akhirnya kian melebarkan ketimpangan sosial di masyarakat.

Dalam konteks global, semua negara yang menganut kapitalisme-liberal-sekularisme telah menciptakan kemiskinan dan kesenjangan sosial. Kemiskinan struktural yang menimpa negeri ini merupakan konsekuensi logis dari penerapan sistem demokrasi kapitalis, sehingga upaya apapun yang dilakukan oleh negara untuk mensejahterakan rakyatnya dipastikan akan gagal.

Cara Islam Mengentaskan Kemiskinan

Islam adalah agama yang datang dari Allah SWT, memiliki seperangkat aturan yang jika diterapkan akan membawa kemaslahatan bagi umat manusia dan mampu menjamin kesejahteran setiap individu.

Hal ini telah terbukti bahwa selama berabad-abad lamanya Islam mampu mensejahterakan rakyatnya. Islam memiliki cara khas dalam mengentaskan kemiskinan.

Sistem ekonomi Islam tegak atas kepemilikan negara, kepemilikan umum dan kepemilikan individu. Kepemilikan umum di antaranya adalah kekayaan alam yang jumlahnya tidak terbatas, tidak boleh dikuasai oleh individu bahkan oleh negara.

Tugas negara adalah mengelolanya dan menggunakan hasilnya untuk mensejahterakan rakyat khususnya melalui jaminan pemenuhan hak kolektif rakyat yaitu kesehatan, pendidikan, keamanan, layanan infrastruktur dan fasilitas umum lainnya sehingga tercipta lingkungan hidup yang layak juga kondusif.

Islam memberlakukan pendidikan dan kesehatan secara gratis. Sebab, keduanya adalah hal yang wajib dipenuhi pemerintah.

Mengenai lapangan kerja, Islam juga akan memberi ruang seluasnya bagi kaum laki-laki untuk mencari nafkah dengan cara negara mengelola secara mandiri sumber daya alam yang dimiliki sehingga tersedia lapangan pekerjaan bagi rakyatnya.

Negara akan menjamin setiap laki-laki yang berkewajiban untuk mencari nafkah bagi dirinya sendiri dan keluarga yang menjadi tanggungannya. Bagi mereka yang tidak memiliki penanggung jawab nafkah seperti anak-anak yatim, para janda, orang-orang tua dan orang-orang yang memiliki kebutuhan khusus, maka negara bertanggung jawab penuh untuk mengurusi mereka.

Inilah gambaran global bagaimana Islam menjamin kesejahteraan rakyatnya. Dengan kembali pada penerapan syariat Islam yang berasal dari Allah SWT lah yang bisa menjamin keberkahan hidup manusia.

Syariah akan menjadi rahmat bagi mereka. Lebih dari itu penerapan syariah islam secara kaffah dalam seluruh aspek kehidupan adalah wujud ketakwaan yang hakiki kepada Allah SWT. Wallahu’alam bishawab.[]

Comment