RADARINDONESIANEWS.COM, SUKABUMI – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Sukabumi mulai meningkatkan kewaspadaan terhadap setiap gejala alam yang berpotensi menimbulkan bencana di masa peralihan musim, dari penghujan ke musim kemarau.
Berdasarkan hasil pemetaan BPBD, dari tujuh kecamatan yang ada di wilayah Kota Sukabumi, tiga kecamatan diantaranya merupakan daerah rawan bencana kekeringan, yakni Kecamatan Baros, Kecamatan Cibeureum dan Kecamatan Lembursitu atau Bacile.
Kepala Unsur Pelaksana BPBD Kota Sukabumi, Asep Suhendrawan mengaku berdasarkan data yang ada menunjukan pada musim kemarau setiap tahunnya, bencana kekeringan kerap melanda wilayah bacile. Dalam situasi tersebut, warga biasanya mengalami krisis air bersih.
“Sejauh ini belum ada laporan mengenai terjadinya bencana kekeringan maupun kesulitan air bersih di seluruh wilayah Kota Sukabumi,” ungkap Asep, Rabu (18/7).
Guna mengantisipasi dampak kemarau tersebut, saat ini BPBD tengah meningkatkan kewaspadaan serta kesiapsiagaan. Langkah itu diantaranya dengan melakukan pemantauan secara rutin terhadap kondisi hidrometeorologi atau mengenai perkembangan cuaca, iklim dan perubahan iklim yang berlangsung untuk zona Sukabumi.
“Dengan mengamati hidrometeorologi ini maka perkembangan di setiap wilayah Kota Sukabumi yang menunjukan terjadinya kekeringan bisa lebih terpantau,” tandas Asep.
Disebutkannya upaya yang ditempuh pemerintah daerah dalam menanggulangi kekeringan yang terjadi yaitu dengan cara memberikan pasokan air bersih. Secara teknis proses tersebut melibatkan seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), khususnya PDAM Tirta Bumi Wibawa sebagai lembaga yang berperan dalam pengolahan air bersih.
Menghadapi hal ini BPBD menghimabu segenap lapisan warga agar waspada dan berhati-hati saat memasuki musim kemarau. Karena sangat berpotensi terjadinya kekeringan. Hal ini bukan hanya terjadi di Kota Sukabumi saja, tetapi juga melanda daerah lainnya di seluruh Indonesia.
“Terpenting lagi supaya warga bisa optimal menjaga dan memelihara sumber air yang ada, termasuk melakukan penghematan dalam menggunakan air,” ujar Asep melalui wibesite resmi Pemda kota Sukabumi.
Sementara itu, di kabupaten Sukabumi yang dikenal sebagai daerah yang memiliki sumber daya air melimpah. Namun warga yang bermukim di wilayah inipun mengalami krisis air hingga mengakibatkan mereka harus mengantri siang dan malam di sekitar sumber mata air.
Krisis air tersebut melanda warga Kampung Cikiwul dan Kampung Bantarmuncang, Desa Sekarwangi, Kecamatan Cibadak. Sejak tiga bulan terakhir ini, warga kesulitan mendapatkan air bersih. Sumur dangkal yang selama ini menjadi sumber pemenuhan kebutuhan air sehari-hari, mengering akibat minimnya pasokan dari mata air pegunungan.
“Sarana air berupa selokan tersumbat lantaran mengalami kerusakan. Dampaknya saluran air tersebut tidak bisa mendistribusikan pasokan air hingga ke sumur milik warga,” ungkap Pepen. Akibatnya, sudah beberapa bulan terakhir ini warga mengalami krisis air bersih guna memenuhi kebutuhan air sehari-hari seperti mandi, cuci dan kakus.
Untuk memenuhi kebutuhan air bersih, mereka harus rela mengambilnya di salah satu sumber air yang jaraknya sekitar setengah kilometer dari permukiman. Lokasinya di sekitar perbukitan Ciamblas, tepatnya di Kampung Cikiwul, Desa Sekarwangi.
“Kekeringan yang sudah berlangsung selama tiga bulan ini merupakan bencana yang pertamakali dialami oleh warga. Sumur yang dimiliki hampir setiap warga sudah tidak bisa dimanfaatkan lagi,” terang Pepen. (MTR*)
Comment