Startup, Antara Kerapuhan Dan Hegemoni Investasi

Opini573 Views

 

Oleh: Adira, S.Si, M.Pd, Praktisi Pendidikan

__________

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Beberapa bulan terakhir, kejayaan startup (perusahaan rintisan) terus meredup. Sejumlah startup sedang dilanda gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) karyawan  bahkan tak sedikit yang akhirnya gulung tikar.

Perusahaan Modal Ventura, Sequoia Capital, meminta para startup untuk berhemat demi kelangsungan hidup. Ini terjadi di tengah merosotnya pasar saham dan ekonomi yang suram. Permintaan itu disampaikan dalam presentase setebal 52 halaman yang dilaporkan cnbcindonesia.com (3/6/2022).

Startup Indonesia di tahun 2020 mengalami pertumbuhan yang sangat pesat, hingga melahirkan 5 daftar orang kaya baru. Lima startup dengan income yang menggiurkan antara lain Gojek oleh Nadiem Makarim, Tokopedia oleh William Tanuwijaya, Traveloka oleh Ferry Unardi Grup, Buka Lapak oleh Achmad Zaky Grup, Ovo oleh Adrian Suherman. Jumlah startup di Indonesia pun terus berkembang menjadi lebih dari 2000 dengan 7 startup berstatus unicorn dan 2 decacorn.

Gelontoran dana jorjoran terus diinjeksikan ke startup-startup unicorn atau bahkan yang belum masuk daftar unicorn. Investor asing begitu lihai melihat prospek bisnis yang menggiurkan di sektor ini. Potensi demografi Indonesia adalah lahan empuk untuk target pasar kapitalis. Tanpa disadari telah terjadi kolonialisme asing atas nama investasi. Startup menjadi perpanjangan tangan asing untuk bermain di negeri kita.

Sekilas, kucuran dana investasi menjadi berkah yang mendorong bertumbuhnya startup. Padahal, investor tidak serta merta memberikan suntikan dana jika tidak melihat prospek income besar yang dapat diraup dari perusahaan-perusahaan kecil ini. Investor pun tidak akan memberikan modal kecuali kepada startup yang diyakini memiliki potensi besar jangka panjang serta yang dapat mengembalikan dana di atas rata-rata.

Dalam sistem kapitalisme, tidak ada makan siang gratis, no free lunch. Para investor lebih cepat berpikir tentang keuntungan bisnis. Maka yang terjadi saat ekonomi global mengalami guncangan, para investor pun ramai-ramai menarik modalnya.

Banyak perusahan rintisan yang gagap kekurangan dana. Efisiensi ditempuh dengan berbagai cara, salah satunya dengan pemutusan hubungan kerja atas sebagian karyawan. Jelas ini memberi pukulan berat pada kehidupan dan ekonomi rakyat sehingga semakin terbuka pintu kemiskinan.

Kerapuhan startup juga disebakan karena perusahaan ini ditopang oleh sektor ekonomi yang tidak riil. Spekulasi ekonomi melalui permainan saham membuka peluang ketidakpastian nasib startup. Alih-alih menguatkan ekonomi bangsa, startup rawan terdampak buble burst.

Buble burst seperti dijelaskan detikfinance (3/6/2022), secara umum merupakan kondisi pasar naik dengan sangat cepat, terutama pada nilai aset dan diikuti oleh penurunan yang sangat cepat.

Ekspektasi terhadap bisnis kadang-kadang tidak sesuai dengan kondisi riil aset. Lonjakan harga aset didorong oleh prilaku pasar yang tinggi dan terkena euforia. Aset diperdagangkan dengan kisaran yang jauh lebih tinggi dari nilai instrinsik aset.

Jika terjadi guncangan di bidang ekonomi atau politik, misalnya harga saham bisa turun drastis seketika akibat kepercayaan (trust) publik yang anjlok. Kelabilan kondisi inilah yang menjadi penyebab utama mudahnya perusahan startup melakukan PHK massal (muslimahnews.com, 2/6/2022).

Tangguh tanpa Hegemoni

Fenomena badai PHK yang dialami startup adalah alarm bagi kita agar segera berlepas dari bayang-bayang asing. Selama ini, investor asing menjadi penentu perkembangan dan kemunduran perusahan startup. Deretan capital ventura asing sudah menggelontorkan dana dan meraup keuntungan besar dari startup Indonesia.

Mereka sudah jauh menjamah aset dan menguasai berbagai informasi penting negeri terkait peluang ekonomi. Sayangnya, ini tidak disadari sebagai sebuah invasi yang akan mengikis kedaulatan ekonomi negara.

Islam memelihara kedaulatan negara dan menutup peluang hegemoni asing di berbagai sektor. Allah Swt berfirman, “Dan sekali-kali Allah tidak memberi jalan bagi orang kafir untuk menguasai orang-orang beriman.” (QS. An-Nisa’: 141).

Ekonomi Islam tangguh meski tanpa campur tangan asing. Islam mengatur tata cara perolehan harta, pengelolaan harta dan distribusi harta berdasarkan aturan Ilahi. Islam tidak membenarkan harta dikembangkan melalui cara-cara yang spekulatif sebagaimana transaksi yang terjadi antara startup dan para investor melalui kepemilikan saham yang rawan guncangan.

Sebaliknya, ekonomi Islam lebih berfokus di sektor riil, industri-industri ringan dan berat akan distimulasi oleh negara untuk berkembang agar roda ekonomi berjalan seimbang.

Kemandirian ekonomi tanpa campur tangan asing dapat terwujud sebab pengelolaan sumber-sumber kepemilikan umum seperti Sumber Daya Alam (SDA) dikelola secara benar. Negara juga memiliki sumber pemasukan yang besar berupa harta zakat, ghanimah, fai, kharaj, jizyah dan ‘usyr. Baitul mal menjadi lembaga keuangan yang mengelolah pemasukan dan pembelanjaan negara.

Distribusi kekayaan negara sesuai dengan mekanisme yang ditetapkan syariat dan menjamin terpenuhinya  kebutuhan pokok dengan baik.

Islam membawa maslahat sebab bersumber dari wahyu, bukan produk akal yang hanya menciptakan kesengsaraan berkepanjangan.[]

Comment