Solusi Tuntas Atasi Remaja Bringas

Opini436 Views

 

 

Penulis : Eka Purwaningsih, S.Pd | Pegiat literasi, Aktivis Muslimah

__________

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Bulan Juli identik dengan tahun Ajaran Baru. Namun ironis, dibuka dengan maraknya aksi tawuran antar Remaja. Salah satunya seperti video yang viral di media sosial baru-baru ini yang terjadi di Sukabumi Jawa Barat.

Dikutip dari Kompas.com (21/07/2023) dalam video viral tersebut terlihat puluhan pelajar sekolah menengah kejuruan ini terlibat aksi tawuran di Jalan Bhayangkara, Kelurahan Sriwedari, Gunung Puyuh, Kota Sukabumi, Jawa Barat. Dalam video tersebut, kedua kubu saling kejar dan saling serang di tengah jalan hingga mengganggu arus lalu lintas.

Tawuran ini terjadi saat Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah, MPLS. Aksi tawuran tersebut terjadi saat dua kelompok pelajar ini saling bertemu di Jalan Bhayangkara. Warga yang resah langsung membubarkan tawuran ini, para pelajar langsung kabur menggunakan sepeda motor. belum diketahui secara pasti penyebab aksi tawuran. pihak kepolisian masih melakukan pemeriksaan dan sudah mengumpulkan kedua sekolah. Polisi berhasil mengamankan satu unit sepeda motor milik pelajar yang ditinggalkan di lokasi kejadian.

Kekerasan banyak dilakukan oleh generasi muda termasuk pelajar, dan jumlahya semakin hari semakin banyak. Bukannya berkurang, jenis dan kekerasan yang dilakukan malah semakin beragam.

Melihat potret remaja hari ini sangatlah miris, padahal Indonesia merupakan Negara yang memiliki jumlah generasi muda yang Banyak. Namun amat disayangkan kondisi saat ini terpaksa mendorong mereka untuk melepaskan diri dari nilai-nilai keutamaan dan idealisme.

Pola pikir tentang kebebasan juga menambah kusut kepribadian remaja dan pemuda. Bebas melakukan apapun asalkan tidak mengganggu orang lain, asalkan suka-sama suka, asalkan tidak di tempat umum, tanpa memandang itu halal ataukah haram dalam kacamata agama.

Kapitalisme-Sekuler membuat mereka menjadi generasi Pengekor, generasi Followers. Baik kalau lingkungan baik, buruk saat lingkungan buruk. Generasi ikut-ikutan, generasi Ima’ah. Generasi yang kebaikannya tidak menancap kuat. Kurang ajeg pendirian.

Ditambah dengan sistem pendidikan yang carut marut, mahal, Pelajaran dan pendidikan agama di Sekolah semakin di hilangkan bahkan di takuti. Dari sini muncul degradasi moral pemuda dan masyarakat yang memunculkan berbagai kasus seperti penyimpangan-penyimpangan yang telah dilakukan oleh kebanyakan remaja seperti narkoba, sex bebas, plagiat, aborsi,dan Tawuran, dan lain-lain.

Sistem pendidikan dalam sistem Kapitalisme-sekuler jelas-jelas telah gagal menjadikan generasi saat ini menjadi anak-anak yang berakhlak mulia.

Tentu berbanding terbalik dengan Generasi terdahulu yang memiliki Izzah. Memiliki arti kehormatan, kemuliaan, teguh dalam kebaikan walaupun sendirian. Generasi penuh Izzah yang di segani lawan, di hormati kawan. Generasi Berkarakter kuat yang di puji Rosulullah SAW.

Generasi terdahulu memiliki Izzah, tentu karena mereka teguh berdiri di atas landasan Islam.

Pemuda-pemuda seperti Saad bin Abi Waqqash yang masuk Islam saat berumur 17 tahun. Muhammad Al-Fatih, seorang Pemuda yang menjemput janji Rasulullah dan akhirnya mampu menaklukan Konstantinopel, sehingga namanya selalu menjadi motivasi untuk kita semua, Dia merupakan pemuda Visioner yang memiliki semangat yang sangat luar biasa.

Hal itu terjadi karena keyakinan yang mendalam terhadap Aqidah Islam, Mush’ab bin Umair yang dikenal sebagai duta Islam pertama, masuk Islam ketika berumur 18 tahun, terkenal dengan kezuhudannya dan terlibat aktif dalam menegakkan panji-panji Islam semasa hidupnya sampai Ia mati syahid di perang Uhud.

Potret Pemuda seperti inilah yang mampu membawa sebuah kebangkitan yang hakiki. Seorang matematikawan bernama Al- Khawarizmi, Ahli kedokteran seperti Al- Kindi mereka bukan hanya pintar dan ahli dibidang keilmuan sains namun mereka juga ahli fiqih dan juga seorang ulama. Mereka merupakan contoh output dari system pendidikan Islam.

Saat dalam naungan Islam, pemuda memiliki potensi dan peran yang sangat besar dalam bernegara. Potensi yang dimliki pemuda benar – benar dijaga dan dioptimalkan untuk meraih kebangkitan yang hakiki, dan kebangkitan yang hakiki hanya dapat diperoleh dari Islam sebagai mabda.

Semangat yang menggebu-gebu, sikap gigih, berani, bertanggung jawab dan energi juang yang tinggi, merupakan potensi alami yang dimiliki setiap pemuda. Potensi inilah yang kemudian dioptimalkan bagi keberlangsungan dakwah Islam.

Tentunya potensi-potensi ini dilandasi dengan akidah yang lurus pada Allah SWT dan kontribusi aktif dalam perjuangan dakwah Islam. Ikhlas mengemban amanah, selalu berstrategi dalam melakukan aktivitas dengan tujuan hanya mengharap keridhoan dari Allah SWT , ta’at dan takut hanya kepada Allah SWT bukan yang lain.

Pemuda memiliki potensi dan peran yang sangat besar untuk merubah dan mewujudkan generasi pemimpin.

Generasi pemimpin adalah generasi yang penuh harapan, semangat meraih cita-cita, cerdas menentukan pilihan, kreatif dalam memecahkan masalah, inovatif menemukan hal baru, sehat fisik dan psikis, pandai menjaga kesucian diri, serta ta’at dan takut hanya kepada Allah.

Di rumah, orang tua sudah mendidik anak sedemikian rupa dengan agama tapi ketika anak sudah bersosialisasi dengan lingkungan, bisa jadi sangat mudah goyah.

Ini membuktikan bahwa kita tidak bisa shalih sendiri. Keluarga shalih saja tidak cukup. Sebagai benteng terakhir, keluarga akan amat terasa berat bertahan di tengah gempuran rusaknya sistem hari ini.

Menyekolahkan anak di sekolah Islampun biasanya relatif lebih mahal dan tidak semua orang tua mampu.

Terlebih, sistem pendidikan akan selalu berhubungan dan berkaitan dengan politik dalam negeri.

Oleh karena itu tentulah mencetak generasi-generasi pemimpin yang berkualitas, harus ada kerjasama yang apik dan iklim yang kondusif yang di atmosferkan antara keluarga, masyarakat, lembaga pendidikan (sekolah) dan Negara yang menerapkan sistem Islam yang khas.

Hanya dengan kembali pada pangkuan Islam sajalah solusi untuk generasi negeri ini. Wallahu’alam bishawwab.[]

Comment