Penulis: Iin Karlina | Aktivis Muslimah
__________
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Tahun ini gelombang panas kembali menerpa beberapa negara di Asia. Ilmuwan iklim memprediksi tahun 2023 sebagai tahun terpanas di dunia bahkan sampai merenggut banyak korban jiwa.
Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), seperti ditulis databoks (26/4/2023), suhu panas pada April 2023 secara klimatologis disebabkan oleh gerak semu matahari. Namun lonjakan panas di wilayah sub-kontinen Asia Selatan, Indocina, dan Asia Timur belakang paling signifikan. Para pakar menyimpulkan bahwa pemanasan global (global warming) dan perubahan iklim (climate change) menjadi kontributor terbesar.
Hampir sebagian negara Asia Selatan terdampak gelombang panas (heatwave). Lembaga-lembaga meteorologi di negara-negara Asia Selatan melaporkan kejadian peningkatan suhu di atas 40°C.
Bangladesh menjadi daerah terpanas di Asia dengan suhu maksimum harian mencapai 51,2°C pada 17 April 2023.
disusul rekor suhu terpanas yakni India dan Myanmar yang masing-masing memiliki suhu 44-45°C.
Meski Indonesia sendiri bukan termasuk dalam daftar negara yang dilanda suhu panas ekstrem akibat gelombang panas namun suhu maksimum udara permukaan tergolong panas yang berdampak juga pada petani dan petambak.
Gelombang panas yang menerpa negara Asia selatan itu tentu saja bukan semata fanomena alam saja. Para ilmuwan telah lama memperingatkan bahwa gelombang panas akan menjadi lebih buruk karena dampak krisis iklim yang disebabkan oleh manusia. Misalnya, efek rumah kaca akibat pembakaran bahan bakar fosil (kendaraan dan pabrik) serta pembakaran hutan yang telah merusak lapisan ozon. Padahal, itu adalah lapisan pelindung bagi bumi dari sinar matahari yang merusak.
Akibatnya, bumi mengalami kenaikan suhu dan terjadi pemanasan global. Kemudian es dan gletser mencair, terjadi perubahan cuaca ekstrem. Apabila hal ini dibiarkan berlarut, kerusakan akan semakin parah terutama bagi industri pertanian, energi, dan infrastruktur.
Jika kita cermati ada paradigma mendasar dan memerlukan kajian sistemis terkait tata kelola lingkungan kita. Paradigma kapitalisme yang mengutamakan kepentingan korporasi adalah faktor yang menyulitkan niat untuk mewujudkan kelestarian lingkungan. Hasrat meraup keuntungan telah mengerdilkan kesadaran korporasi untuk memperhatikan lingkungan. Alhasil, hutan digunduli bahkan dibakar dan berganti kebun kelapa sawit, sumber daya alam dikeruk, reklamasi dengan dalih pembangunan masif, pengabaian analisis dampak lingkungan dalam pembangunan dan seabrek dosa kapitalis terhadap lingkungan lainnya. Jadi, selama negara masih memberikan peluang individu untuk menguasai aset-aset umum, selama itu pula masalah lingkungan senantiasa hadir.
Namun sebaliknya dalam paradigma islam pelestarian lingkungan adalah point penting dalam pembangunan. Allah swt. berfirman, “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah (Allah) memperbaikinya…” (QS Al-A’raf:56).
Rasulullah saw. sendiri senantiasa mengingatkan para sahabat untuk menjaga lingkungan. Saat hendak melakukan perang Rasulullah memerintahkan agar tidak menebangi pohon dan merusak lingkungan. Para sahabat sendiri menyadari hakikat firman Allah, “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia…(QS Ar-Ruum: 41).
Dalam tataran regulasi, Islam telah membagi konsep kepemilikan menjadi tiga yakni kepemilikan individu, umum dan negara. Hal ini menjadikan penguasa tak boleh menyerahkan pengelolaan kepemilikan umum kepada individu seperti pengelolaan hutan maupun ekosistem lainnya. Ini adalah tindakan preventif agar tidak terjadi eksploitasi lingkungan yang berdampak pada kerusakan.
Islam mengajarkan ketika kita memanfaatkan alam ini tidak boleh merusaknya. Kita harus menjaganya. Jika kita padukan dengan ilmu pengetahuan maka akan dikerahkan segala kemampuan (uang, alat, ilmuwan) untuk menemukan teknologi ramah lingkungan. Seluruh biaya berasal dari Baitul Maal yang memiliki pemasukan dari banyak pintu, seperti zakat, jizyah, fai’, kharaj, ganimah, pemanfaatan SDA, dll.. Dengan demikian, para ilmuwan akan fokus melaksanakan penelitiannya dan berkonsentrasi agar dapat menyelamatkan umat manusia.
Demikianlah solusi handal sistem islam dalam upaya mengatasi gelombang panas dampak dari krisis iklim akibat penerapan sistem kapitalisme. Masihkah kita ragu bahwa islam adalah solusi dari semua problematika umat manusia saat ini? Wallahu a’lam bish-shawab.[]
Comment