RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Pembangunan Bandara Kulon Progo masih menyisakan persoalan. Hal ini ditunjukkan dengan terjadinya peristiwa dorong-mendorong antara warga dan pihak kepolisan saat pemasangan pagar pembatas Bandara, Sabtu (14/4/2018).
Saat ditanya apakah penyebab peristiwa tersebut lantaran kurangnya sosialisasi dan atau ganti rugi yang kurang, Hasto Wardoyo, Bupati Kulon Progo, saat ditemui di Studio Silver, Kompas TV, Jl. Palmerah Selatan, Jakarta, Rabu (18/4/2018), menjelaskan bahwa jumlah yang dibebaskan 2600 dan kini tinggal 37 orang yang tidak setuju.
“Wajar saja menurut saya. Sosialisasi sejak tiga tahun berjalan baik. dan hanya menyisakan sekitar 1 %. Tidak mungkin 100 persen setuju kalau dimintai persetujuan. Dan dorong mendorong terjadi saat pemagaran dilakukan oleh mereka yang tidak setuju.”
Ditambahkan Hasto yang juga seorang dokter ini, secara pribadi dirinya telah melakukan pendekatan kepada warga secara persuasif, Puluhan bahkan ratusan dari mereka yang datang dilayani untuk berdiskusi dan kadang dirinya juga mendatangi warga. Bahkan saat bulan puasa bupati lakukan buka bersama warga.
Namun katanya, ada kendala yang dihadapi dalam upaya pembebasan tanah warga.”Sebaik dan seperti apapun kita melakukan upaya persuasif pasti masih ada orang yang berat dan baginya hal itu wajar.
“Kendala paling berat buat saya adalah orang yang hanya “Pokoke Tidak Mau” tanpa alsan sementara nilai ganti rugi sudah luar biasa.” Tegasnya.
Menurut Hasto, tanah yang dulunya seharga Rp100 ribu sekarang harganya Rp800 ribu/meter. Artinya sudah berlipat-lipat dan ini bukan ganti rugi tapi ganti untung.
Alasan dipilihnya Kulon Progo untuk pembangunan Bandara Yogya International Airport (YIA) menurutnya karena Bandara Adi Sucipto sudah overload dan tidak layak lagi.[Gf]
Comment