RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Sudah tiga bulan sejak diumumkan pasien positif Covid-19 pertama diumumkan (2 Maret 2020) Indonesia diterpa “badai” corona. Imbauan social distancing dan aktivitas dari rumah (bekerja, belajar/ sekolah, hingga beribadah) sudah kita laksanakan. Semua kegiatan di luar rumah dibatasi.
Dampak dari kebijakan ini sudah meluas ke banyak aspek, seperti ekonomi, politik, sosial dan tentunya aspek psikologis seseorang yang bisa berlangsung dalam jangka panjang.
Psikolog dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Laelatus Syifa menyatakan ada tiga efek psikologis akibat pandemi corona yaitu krisis, uncertainty (ketidakpastian), dan loss of control (kompas.com, 14/04/2020).
Lalu apa yang bisa kita lakukan sebagai seorang muslim yang berdakwah?
Dakwah, mengajak kepada kebaikan, harus tetap berjalan. Menyeru kepada yang makruf, dan mencegah segala kemungkaran tetap harus kita lakukan. Kesemuanya tetap kita lakukan dengan memperhatikan protokol kesehatan yang ada dengan tetap menjaga prinsip social distancing di kala wabah corona. Dari ketiga efek psikologis yang diatas, kita sadari bahwa dakwah di tengah-tengah masyarakat sangat dibutuhkan saat ini.
Kebaikan-kebaikan nilai Islam dan solusi menyeluruh (dan parsial) dari konsep Islam kafah dalam menangani wabah harus terus kita sampaikan karena masyarakat sebenarnya butuh itu. Masyarakat haus akan nilai-nilai Islam spiritual dan politik.
Islam spiritual yang dimaksud adalah tentang bagaimana Islam mengatasi masalah akibat wabah dalam ranah individu. Termasuk di dalamnya adalah tentang konsep sabar, ikhtiar dan tawakal mengupayakan penyelesaian masalah yang menimpa diri dan keluarga.
Adapun Islam politik yang dimaksud adalah tentang bagaimana konsep syariat Islam yang kafah sejatinya bisa memberikan solusi mendasar bagi penanganan masa wabah dan paska wabah berlangsung agar negara tetap bisa survive menghadapi tantangan krisis global di depan mata.
Termasuk di dalamnya tentang bagaimana seharusnya negara melakukan mitigasi bencana, teknik praktis menekan laju penyebaran virus dengan upaya karantina (lockdown) serta peran negara dalam menyokong kebutuhan pokok rakyat selama masa pandemi agar tidak kelaparan atau kesusahan.
Pengemban Dakwah tidak boleh Putus Asa dalam Mendakwahkan Islam.
Dakwah kita saat ini tak boleh melemah, tapi sebaliknya justru harus lebih digencarkan. Dengan pembatasan kegiatan pertemuan langsung saat ini, kita tetap harus patuhi dan tetap bisa berdakwah melalui daring.
Kajian daring atau online tetap bisa kita laksanakan dengan perasaan gembira dan yakin bahwa ini semua adalah yang terbaik dari Allah Subhanahu wa ta’ala. Pasti ada hikmah positif yang luar biasa dari semua kondisi saat ini, khususnya bagi kaum muslimin di seluruh dunia.
Apakah memperjuangkan Islam sebuah pilihan?
Jawabannya bukan. Membela dan memperjuangkan Islam bukanlah pilihan melainkan kewajiban. Benar bila dikatakan Allah memberikan opsi pada siapa saja yang berakal untuk memilih antara jalan ketakwaan dan kejahatan. Firmannya:
Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya (TQS. Asy-Syams: 8).
Ayat ini seolah-olah Allah memberikan kebebasan pada manusia untuk mengambil pilihan berada dalam kefasikan atau kemaksitan, atau dalam ketaatan, dengan tanpa konsekuensi. Sehingga bagi orang-orang jahil dan penuh hawa nafsu berpikir bahwa tidak mengapa tidak menaati syariat Allah SWT.
Padahal ayat selanjutnya dijelaskan:
Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugikan orang yang mengotorinya (TQS. Asy-Syams: 9-10).
Dalam arti lain sesungguhnya Allah SWT menetapkan bahwa tak ada pilihan lain bagi umat manusia, apalagi seorang muslim, melainkan mengarahkan ketaatan di jalan Allah SWT. Karena mereka memilih jalan ketakwaan akan mendapatkan keberuntungan, dan yang memilih jalan sebaliknya dikatakan oleh Allah Ta’ala sebagai kelompok yang merugi.
Ketaatan pada Allah berlaku mutlak dalam setiap bidang kehidupan, termasuk di jalan dakwah. Berdakwah adalah kewajiban setiap muslim dan dakwah adalah ‘DNA’ agama ini. Sabda Nabi SAW:
Dari Abu Ruqayyah Tamim bin Aus ad-Dary radhiyallahu ‘anhu, bahwasaya Nabi SAW bersabda, “Agama itu nasihat”. Kami pun bertanya, “Hak siapa (nasihat itu)?”. Beliau menjawab, “Nasihat itu adalah hak Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, pemerintah kaum muslimin dan rakyatnya (kaum muslimin)” (HR. Muslim).
Apakah Anda pelajar, mahasiswa, belum bekerja, pekerja, karyawan dan buruh, manajer, ustadz atau bukan, sedikit atau banyak ilmu Anda, maka kewajiban dakwah itu telah berada di pundak sebagai taklif dari Allah SWT. Nabi SAW bersabda:
Jangan sekali-kali seseorang di antara kalian merendahkan dirinya bila ia melihat suatu perkara menyangkut (agama) Allah yang harus ia utarakan, lalu ia tidak mau mengatakannya. Maka akan dikatakan kepadanya pada hari kiamat, “Apakah yang mencegah dirimu untuk mengatakan begini dan begini?” Lalu ia menjawab, “karena takut kepada manusia” maka Allah berfirman, “sebenarnya yang harus kamu takuti hanyalah Aku” (HR. Ahmad).[]
*Guru SMK di Jambi dan Anggota Komunitas Jambi Menulis
Comment