Siti Masliha, S.Pd*: Bansos Dipolitisir, Rakyat Semakin Terzhalimi

Opini580 Views

 

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Pandemi corona belum berakhir. Angkanya masih tinggi dan jumlah korbannya pun tak terelakkan. Hampir seluruh daerah yang ada di Indonesia merasakan ganasnya virus ini. Selain itu corona juga melumpuhkan sendi-sendi kehidupan. Mulai dari pendidikan, perekonomian, sosial dan lain sebagainya.

Perekonomian adalah sektor yang paling terdampak atas pandemi corona ini. Banyak perusahaan-perusahaan yang gulung tikar. Hal ini berimbas PHK besar-besaran.

Pasalnya perusahaan tidak dapat mengampu karyawannya. Akhirnya terjadi penganguran yang cukup tinggi. Selain itu industri rumahan pun merasakan dampak yang cukup signifikan. Banyak yang gulung tikar karena daya beli masyarakat turun secara drastis.

Inilah sekelumit kisah efek pandemi corona di negeri kita. Rakyat membutuhkan uluran tangan dari pemerintah secara langsung. Hal ini sebagai bukti bahwa pemerintahan penganyom rakyat. Namun faktanya bantuan dari pemerintah tidak sesuai dengan harapan.

Hal ini sebagaimana terjadi di kota Bekasi Jawa Barat. Menyediakan bahan pangan yang layak makan untuk rakyat adalah kewajiban penguasa di tengah pandemi. Namun faktanya rakyat harus gigit jari karena menerima bahan pangan yang tak layak dikonsumsi.

Kepala Seksi Data Bidang Penanggulangan Masyarakat Miskin Dinas Sosial (Dinsos) Kota Bekasi, Tentrem, mengatakan, aduan bansos yang masuk langsung ke kantor Dinsos Kota Bekasi biasanya terkait  bantuan presiden.

Sejumlah petugas saat mendistribusikan Bantuan Sosial (Bansos) Presiden di kawasan Kebon Jeruk, Jakarta. Sejumlah petugas saat mendistribusikan Bantuan Sosial (Bansos) Presiden di kawasan Kebon Jeruk, Jakarta.

Jenis aduannya macam-macam, misalnya kualitas komoditas yang jelek serta belum pernah sama sekali mendapat bantuan. “Kalau komplain, kebanyakan bansos dari presiden. Kalau dari kota engga ada, mereka biasanya komplain karena belum dapat,” terang Tentrem.

“Mereka biasanya ngadu komoditinya jelek, ada yang datang langsung. Berasnya hitam dan ada kutunya. Minyak yang itu terus sardennya juga jelek,” ujar Tentrem.

Aduan yang dilaporkan itu kemudian ditindaklanjuti oleh Dinsos Kota Bekasi ke pemerintah pusat. Dalam hal ini, Dinsos Kota Bekasi tak bisa mengganti langsung sebab bukan pihak penyedia. (REPUBLIKA.CO.ID Sabtu, 12/12/2020)

Itulah kondisi negeri kita saat ini. Di saat rakyat menjerit kelaparan penguasa masih tega memberikan makanan tak layak buat rakyat. Hal ini semakin menyakiti hati rakyat.

Selain itu, sudah menjadi rahasia umum dana Bansos disunat untuk kepentingan pribadi sebelum sampai ke tangan rakyat. Apa yang ada di benak kepala pejabat negeri ini yang masih saja mengambil jatah rakyat untuk kepentingan pribadi.

Inilah sesungguhnya wajah demokrasi kapitalis yang telah lusuh saat ini. Negara tidak signifikan mengurus rakyatnya. Rakyat diminta untuk berjuang sendiri untuk menyambung hidupnya.

Seharusnya penguasa hadir dalam pengurusan terhadap rakyat. Kebutuhan rakyat dipenuhi dan membuka lapangan pekerjaan untuk rakyatnya.

Rakyat hanya dilibatkan dalam politik hanya untuk kepentingan penguasa. Hanya diambil suaranya saat pemilihan Pilkada,  DPR maupun Pilpres. Setelah singgah di kursi kekuasaan rakyat ditinggalkan begitu saja. Hari ini rakyat kecewa. Mereka merasa ditipu oleh pengusa. Rakyat sudah cerdas dan mereka mulai berfikir.

Pemilu ternyata tidak membawa perubahan yang berarti dan mendasar. Hal ini terbukti pada pemilu tahun ini angka golput masih menjadi tren dikalangan masyarakat. Golput terjadi akibat ketidakpercayaan masyarakat terhadap politik baik dalam bentuk partai maupun kandidat pemimpin yang akan bersaing.

Hari ini rakyat butuh sosok Umar bin Khatab yang mengayomi rakyat dan mengurus kepentingan rakyat. Umar memanggul sendiri gandum untuk rakyatnya yang membutuhkan. Sosok Penguasa seperti Hal ini mustahil lahir dari rahim sistem kapitalisme. Pasalnya demokrasi kapitalis meminggir peran tuhan. Hasilnya penguasa abai terhadap rakyatnya.

Dalam Islam nyawa manusia sangatlah diperhatikan. Satu nyawa yang meninggal lebih baik dunia dan isinya hancur. Hal ini sebagaimana dalam hadits “Hilangnya dunia, lebih ringan bagi Allah dibandingnya terbunuhnya seorang mukmin tanpa hak.” (HR. Nasai 3987, Turmudzi 1455, dan dishahihkan al-Albani). Sangat disayangkan, nyawa seorang muslim harus hilang untuk sesuatu yang sangat tidak jelas

Oleh karena itu ketika ada wabah penyakit maka Islam memiliki tindakan preventif agar wabah tidak semakin menyebar. Hal ini sebagaimana yang dilakukan oleh Umar bin Khatab ketika menghadapi wabah penyakit.

Dalam kitab Ash-Shahihain diceritakan, suatu ketika Khalifah Umar bin Khattab Ra mengunjungi negeri Syam. Dia kemudian  bertemu dengan Abu Ubaidah dan sahabat-sahabat lainnya.

Umar mendapat laporan bahwa negeri tersebut sedang terkena wabah penyakit, seperti wabah kolera. Beliau bermusyawarah dengan mendengar masukan dari para sahabat-sahabatnya dan kaum Muslim saat itu.

Abdurrahman lalu berkata, “Saya tahu tentang masalah ini. Saya pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Jika kalian berada di suatu tempat (yang terserang wabah), maka janganlah kalian keluar darinya. Apabila kalian mendengar wabah itu di suatu tempat, maka janganlah kalian mendatanginya.

”Dalam kondisi di tengah merebaknya wabah penyakit ini, Umar bin Khattab telah mengambil keputusan  yang berbobot. Tujuannya tak lain adalah menyelamatkan lebih banyak kaum Muslimin dan manusia secara umum agar tidak dibinasakan oleh wabah penyakit.

Selain tindakan preventif Islam juga menjamin kebutuhan rakyat. Melaui Baitul Maal negara akan memenuhi kebutuhan individu perindividu. Untuk menjamin kebutuhan pokok rakyatnya maka negara Islam akan melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Mewajibkan laki-laki untuk bekerja.
Dalam hal memenuhi kebutuhan pokok ini Islam telah mewajibkan kaum laki-laki untuk bekerja. Hal ini bertujuan untuk mencukupi kebutuhan pokok dirinya, sanak kerabatnya yang tidak mampu, serta isteri anak-anaknya. Allah SWT berfirman:

“Dan kewajiban ayah memberikan makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang ma’ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya” (QS. al Baqarah: 233)

2. Sanak keluarga akan menanggung kebutuhan dasar sanak keluarganya yang tidak mampu.

Bagi yang tidak mampu bekerja, Islam telah menetapkan nafkah mereka akan dijamin oleh sanak kerabatnya. Jika sanak kerabatnya juga tidak mampu memenuhi kebutuhannya, maka beban menafkahi diserahkan kepada negara.

Negara Islam dengan Baitul Maalnya akan menanggung nafkah bagi rakyatnya yang tidak mampu bekerja dan berusaha. Rasulullah SAW bersabda: “Seorang Imam adalah pemimpin dan pengatur urusan rakyatnya, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban terhadap rakyatnya” (HR. Bukhari dan Muslim)

3. Negara menyediakan lapangan pekerjaan.

Negara selayaknya juga menciptakan lapangan kerja bagi rakyatnya. Hal ini bertujuan agar rakyat bisa bekerja dan berusaha. Selain itu negara juga mendorong rakyatnya agar giat bekerja. Hal ini agar mereka bisa memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.

4. Negara menjamin kebutuhan pokok rakyatnya.

Fakta bahwa pemerintahan Islam saat itu telah bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan pokok rakyatnya. Hal ini tercermin dengan apa yang dilakukan oleh Umar Bin Khatab. Beliau telah membangun suatu rumah yang diberi nama “daar Al-daaqiq (rumah tepung).

Di dalam rumah itu tersedia berbagai macam jenis tepung, kurma, dan barang-barang kebutuhan lainnya. Tujuan dibangunnya rumah itu adalah untuk menolong orang-orang yang singgah dalam perjalanan dan memenuhi kebutuhan pokok rakyat sampai kebutuhannya terpenuhi.

5. Menarik pajak ketika negara dalam kondisi krisis

Jika negara tidak mampu, maka seluruh kaum muslimin wajib menanggungnya. Ini direfleksikan dengan cara penarikan pajak oleh negara dari orang-orang yang mampu. Setelah itu didistribusikan kepada orang-orang yang membutuhkan.

Demikianlah Islam mengurus rakyat dengan baik. Negara turun langsung sehingga tidak ada rakyat terjebak dalam kesengsaraan. Waulahu A’lam Bi Showab.[]

Comment