Takwa Rejeb, 22, seorang mahasiswi pariwisata yang penuh semangat, menjadi berita utama di seluruh negeri ketika ia mengecam sebuah sekolah di Valencia, di pantai timur Spanyol, yang melarang dia mengenakan jilbab, lansir World Bulletin beberapa waktu lalu.
“Saya tidak bisa menemukan kelas saya, jadi saya menemui kepala sekolah, yang saat itu ada di sana, dan dia mengatakan kepada saya kelas saya mulai di sore hari. Lalu dia berkata, “Asal tahu saja, Anda tidak akan dapat belajar dengan itu, dan aku bertanya, dengan apa?” Dan dia menjawab, “Dengan jilbab itu,” Rejeb mengatakan kepada media Jumat lalu.
Meskipun sekolah itu, Benlliure High School, mengatakan ada tiga siswi lain yang tidak diizinkan belajar dengan jilbab, ia merasa itu adalah pelanggaran hak-haknya. Alih-alih menerima atau pindah ke sekolah lain, ia memutuskan untuk menantang larangan tersebut.
Bersama-sama dengan pengacara dari SOS Racismo, sebuah organisasi payung kelompok anti-rasis, ia membawa kasus ini ke Departemen Pendidikan Valencia. Otoritas Valencia awalnya mengatakan kepada harian Spanyol, El Pais bahwa sekolah berhak memutuskan dress code (aturan berpakaian).
Kepala Sekolah Benlliure mengatakan aturan berpakaian di sekolah itu “masuk akal dan secara luas diterima” oleh siswa, dengan alasan “homogenitas dan kesehatan” untuk membenarkan larangan bagi semua tutup kepala, menurut El Pais.
Namun, pemerintah Valencia mengumumkan pada hari Senin bahwa mereka akan “menjamin hak pendidikan” bagi siswa. Pada hari Kamis, seorang pejabat pemerintah Valencia mengatakan kepada El Pais bahwa pemerintah daerah akan menjamin jilbab diizinkan di setiap lembaga yang didanai oleh pemerintah Valencia.[JI]
Comment