Oleh: Desi Nurjanah, S.Si, Mahasiswi S2 Gazi University, Ankara, Turki
_____
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Serangan utama Rusia ke Ukraina akibat rencana Ukraina yang ingin bergabung dengan NATO. Dikutip dari laman CNN, Presiden Rusia sempat mengatakan bahwa ekspansi NATO adalah ancaman eksistensi. Jika Ukraina bergabung dengan aliansi militer Barat, hal ini adalah sebuah tindakan permusuhan yang bisa memberikan ancaman bagi Rusia.
Ukraina adalah bagian dari Rusia secara budaya, bahasa dan politik. Karena itulah, Rusia menentang bergabungnya Ukraina kedalam NATO. Rusia bahkan menuntut jaminan hukum bahwa Ukraina tidak akan pernah diterima oleh NATO, namun tuntutan tersebut ditolak.
Sejauh ini upaya presiden Rusia untuk menarik kembali Ukraina ke wilayah Rusia telah mendapat banyak reaksi. Dalam tiga dekade terakhir, Ukraina telah berusaha merapat ke lembaga-lembaga Barat seperti Uni Eropa dan NATO. Akibat tindakannya, Rusia mendapat kecaman internasional dari Amerika Serikat, Uni Eropa, Jepang, Australia dan Inggris (Kompas.com, 04/03/22).
Alasan Rusia ingin menarik Ukraina kembali ke orbit Rusia, karena jika Rusia tidak melakukan hal ini maka Rusia akan hancur di masa depan. Posisi Ukraina bagi Rusia bagaikan taman di depan rumah.
Dalam konstelasi politik internasional Ukraina merupakan bekas Uni Soviet tapi Ukraina memiliki keistimewaan yang beda dari Georgia dan Uzbekistan, yaitu tidak terletak pada garis kontak dengan Barat sehingga tidak ada bahaya untuk Rusia.
Hal ini terjadi karena, posisi Ukraina menghadap ke laut hitam sehingga menjadi penghalang serta pemisah antara Rusia dan negara-negara Eropa yang menjadi anggota NATO.
Jadi jika Rusia dapat menguasai wilayah ini, maka memudahkan Rusia mengontrol wilayah Kaukasia Islami dan menjadi benteng perlindungan dari ancaman Uni Eropa dan NATO (AS).
Betapa tidak, Ukraina memiliki kekayaan yang melimpah seperti komoditas pangan yang mampu melindungi Rusia dari fluktuasi hubungannya dengan Barat.
Selain itu, Ukraina juga memiliki jalur pipa gas ke Eropa. Inilah yang menjadi catatan mengapa Rusia ingin dan serius mempertahankan pengaruhnya di Ukraina. Karena, jika Ukraina jatuh di tangan NATO artinya jatuh pula garis pertahanan terakhir Rusia menghadapi AS dan Barat.
Sementara Amerika, sebagai negara adidaya menginginkan posisinya di kawasan Eurasia semakin kokoh. Amerika berusaha menekan Rusia melalui penguasa Ukraina yang pro kepada Amerika yaitu penguasa yang berdiri pasca jatuhnya presiden Ukraina pro-Rusia, Viktor Yanukovych. Amerika tidak keberatan jika harus berbagi wilayah dengan Rusia, yaitu Rusia mengambil provinsi Timur Ukraina sementara Amerika mengambil sisanya.
Selain menekan penguasa boneka Amerika di Ukraina, Amerika juga ingin Rusia tenggelam dalam lumpur konflik Ukraina sehingga akan selalu membutuhkan bantuan Amerika.
Amerika memiliki kepentingan terhadap Rusia, karena Rusia sebagai pemain internasional untuk melawan Eropa dan Cina termasuk melawan mereka di wilayah Timur Tengah dan Afrika. Oleh karena itu, Amerika tidak akan memberi sanksi Rusia seperti pengusiran dari sistem pembayaran internasional SWIFT. Presiden Amerika berkata “melarang Rusia dari sistem SWIFT tidak ada di meja saat ini dan lebih mengutamakan sanksi yang lain”.
Sistem Asosiasi Komunikasi antar Bank ini, ibarat urat nadi keuangan global yang memungkinkan pengiriman uang lancar dan cepat lintas batas. Setiap harinya, triliunan dolar disirkulasikan diantara perusahaan dan pemerintah. Sistem ini bisa menguhubungkan 11.000 bank dan institusi di lebih dari 200 negara serta mengirimkan lebih dari 40 juta pesan.
Selain itu, posisi Rusia adalah pemasok utama minyak dan gas alam di Uni Eropa. Belum lagi, produk penting di sektor energi, pertanian dan barang ekspor-impor lainnya. Maka, dapat dibayangkan betapa kacaunya jika Rusia diberi sanksi pengusiran dari sistem SWIFT. Justeru konflik di Ukraina terus dipanaskan oleh Amerika sebagai jebakan untuk Rusia. Begitulah jika sebuah kepemimpinan diatur oleh sistem kapitalisme.
Demi mempertahankan hegemoni dan eksistensi kekuasaan di wilayah strategis, mereka tidak akan sungkan untuk saling menghasut bahkan melakukan peperangan. Sekalipun rakyat sipil yang harus menjadi korban atas keserakahan mereka.
Sangat berbeda, saat dunia berada dalam sistem kepemimpinan Islam yang disebut Khilafah. Khilafah tidak boleh netral, tapi harus menjelaskan dengan benar bahwa tidak boleh ada intervensi kedaulatan negara lain seperti yang dilakukan Rusia dan Amerika terhadap Ukraina.
Selain itu, Khilafah akan membongkar modus di balik diplomasi dan persekutuan militer NATO yang dikendalikan Amerika. Hal ini dilakukan Khilafah karena posisinya sebagai junnah (pelindung) yang membawa rahmat bagi seluruh alam.
Khilafah adalah pemecah masalah yang dengan kekuatannya dalam konstelasi politik internasional sanggup mencegah dan menumpas kezaliman negara adidaya. Contohnya seperti ketika Khilafah menyelamatkan rakyat Palestina dari kezaliman politik penguasa Romawi dan membebaskan rakyat Andalusia (Spanyol) dari kekuasaan zalim visigoths serta masih banyak bukti historis lainnya.[]
Comment