Sifilis Meruak, Akankah Free Seks Segera Ditumpas?

Opini223 Views

 

 

Penulis: Jelvina Rizka |Mahasiswa USN Kolaka

_________

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Sifilis atau raja singa kembali menghantui pergaulan generasi saat ini. Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung Anhar Hadian seperti ditulis cnn Indonesia mengatakan bahwa kurun waktu 2020-2022 kasus sifilis di Bandung terus meningkat seiring peningkatan pemeriksaan yang dilakukan sejumlah fasilitas kesehatan.

Berdasarkan data, pada tahun 2020 terdapat 11.430 orang yang diperiksa, ditemukan 300 yang positif sifilis. Kemudian pada 2021 ada sebanyak 12.228 orang yang diperiksa, dan ditemukan 332 yang positif sifilis. Lalu pada 2022 pemeriksaan yang dilakukan meningkat menjadi 30.311 orang, dan ditemukan 881 orang positif sifilis.

“Setiap tahunnya itu dari 2020 sampai 2022, positivity rate sebesar tiga persen,” katanya.

Pihaknya menilai tingginya kasus sifilis di Kota Bandung antara lain karena tingginya angka pemeriksaan, perilaku seks masyarakat di perkotaan, dan hubungan seksual yang dilakukan secara tidak aman. Selain itu, menurutnya, 30 persen dari total kasus positif sifilis itu merupakan warga yang berdomisili di luar Kota Bandung.

Hal ini tentunya akan menimbulkan permasalahan baru yang menjadi lebih buruk di tengah maraknya kasus LGBT apabila direalisasikan oleh perizinan hukum. Meruaknya gaya hidup free seks merupakan bukti nyata semakin buruknya sistem sekuler yang dijunjung negeri ini.

Pop Culture Merusak Generasi

Tidak dapat dipungkiri, bahwa pop culture membawa pengaruh buruk ditengah merosotnya pemikiran generasi. Budaya barat yang menjadi kiblat masyarakat saat ini berhasil mengintai dan mengalihkan fokus masyarakat untuk memaklumi berbagai kemudharatan termasuk free seks yang dianggap lumrah, sekalipun mengancam keselamatan diri mereka sendiri.

Penanganan dan pencegahan yang dilakukan oleh pihak pemerintah memang patut diberi apresiasi, sebab berupaya baik agar masalah ini tidak terus menerus bertambah. Namun jika kita menelaah dengan kritis, bentuk pencegahan melalui screening saja sebenarnya tidak cukup mampu untuk menumpas peningkatan kasus penyakit sifilis.

Solusi yang diberikan seolah masih berkutat pada penyelesaian permasalahan yang sifatnya itu-itu saja, belum sampai pada inti atau akarnya. Terbukti, free seks yang menjadi dalang dalam kasus sifilis ini masih belum dapat ditumpas oleh pemerintah.

Meningkatnya kasus sifilis dari tahun ke tahun menunjukkan betapa buruknya system liberalisasi pergaulan saat ini. Generasi muda yang diharapkan mampu menjadi agen of chance, justru dirusak dan ditakhlukkan oleh system sekuler yang melahirkan gaya hidup liberal. Menuhankan hawa nafsu, menormalisasikan kezaliman hanya demi kebahagiaan sesaat.

Syariat Dilahirkan Sebagai Penyelamat

Pola hidup sehat yang diserukan oleh pemerintah tidak akan cukup untuk meretas permasalahan peningkatan kasus penyakit sifilis. Islam hadir sebagai jawaban, memberikan solusi terbaik dalam setiap permasalahan. Ingatkah kita ketika Islam berjaya selama 1300 tahun, kasus yang demikian sangat minim terjadi sebab sistem sosial dan tata pergaulan yang diberikan islam untuk menjaga dan melindungi ummatnya bersifat menyeluruh. Mulai dari bagaimana pola pergaulan yang semestinya – dalam hal ini adanya larangan untuk berkhalwat, berikhtilat dan berzina serta sanksi yang diberikan apabila terjadi pelanggaran sebagai bentuk penebusan dosa agar pelakunya jera, sehingga kasus-kasus yang demikian tentu tidak akan terulang sebanyak ini.

Maka dari itu, segala bentuk rupa permasalahan dalam system kehidupan yang ada saat ini akan terselesaikan apabila hukum islam direalisasikan secara keseluruhan. Keamanan dan ketentraman seluruh lapisan masyarakat menjadi prioritas hingga mereka hanya disibukkan dengan tujuan hidup yang lebih terarah.[]

Comment