Sherly Agustina, M.Ag*: Peristiwa Sejarah Di Bulan Rajab

Opini788 Views

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Doa ketika bertemu dengan bulan Ramadhan:

اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ

Artinya: “Ya Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab dan bulan Sya’ban dan pertemukanlah kami dengan bulan Ramadhan.”

Umat Islam sangat senang jika sudah bertemu dengan bulan Rajab, hal ini menunjukkan bahwa akan bertemu dengan Ramadhan, bulan yang sangat dinanti. Bulan Rajab memiliki keutamaan, di antaranya:

1. Peristiwa bersejarah Isra’ dan Mi’raj

Al’Isrā’ wal-Mi‘rāj adalah bagian kedua dari perjalanan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad S.A.W. dalam waktu satu malam saja.

Kejadian ini merupakan salah satu peristiwa penting bagi umat Islam, karena pada peristiwa inilah dia mendapat perintah untuk menunaikan salat lima waktu sehari semalam. Beberapa penggambaran tentang kejadian ini dapat dilihat di surah ke-17 di Al-Quran, yaitu Surah Al-Isra.

Menurut al-Maududi dan mayoritas ulama, Isra Mi’raj terjadi pada tahun pertama sebelum hijrah, yaitu antara tahun 620-621 M. Menurut al-Allamah al-Manshurfuri, Isra Mi’raj terjadi pada malam 27 Rajab tahun ke-10 kenabian, dan inilah yang populer. Hadis populer yang mengkisahkan Isra dan Mi’raj yaitu:

“… dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Aku telah didatangi Buraq. Yaitu seekor binatang yang berwarna putih, lebih besar dari keledai tetapi lebih kecil dari bighal. Ia merendahkan tubuhnya sehingga perut buraq tersebut mencapai ujungnya.”

Dia bersabda lagi: “Maka aku segera menungganginya sehingga sampai ke Baitul Maqdis.” Dia bersabda lagi: “Kemudian aku mengikatnya pada tiang masjid sebagaimana yang biasa dilakukan oleh para nabi. Sejurus kemudian aku masuk ke dalam masjid dan mendirikan salat sebanyak dua rakaat.

Setelah selesai aku terus keluar, tiba-tiba aku didatangi oleh Jibril dengan membawa semangkuk arak dan semangkuk susu, dan aku pun memilih susu.

Lalu Jibril berkata, ‘Kamu telah memilih fitrah’. Lalu Jibril membawaku naik ke langit. Ketika Jibril meminta agar dibukakan pintu, maka ditanyakan, ‘Siapakah kamu? ‘ Jibril menjawab, ‘Jibril’. Ditanyakan lagi, ‘Siapa yang bersamamu?’ Jibril menjawab, ‘Muhammad.’ Jibril ditanya lagi, ‘Apakah dia telah diutus? ‘ Jibril menjawab, ‘Ya, dia telah diutus.’

Maka dibukalah pintu untuk kami. Tiba-tiba aku bertemu dengan Nabi Adam, dia menyambutku serta mendoakanku dengan kebaikan. Lalu aku dibawa naik ke langit kedua. Jibril lalu minta supaya dibukakan pintu. Lalu ditanyakan lagi, ‘Siapakah kamu? ‘ Jibril menjawab.

‘Jibril’. Jibril ditanya lagi, ‘Siapa yang bersamamu? ‘ Jibril menjawab, ‘Muhammad.’ Jibril ditanya lagi, ‘Apakah dia telah diutuskan? ‘ Jibril menjawab, ‘Ya, Pintu pun dibukakan kepada kami.

Tiba-tiba aku bertemu dengan Isa bin Maryam dan Yahya bin Zakaria, mereka berdua menyambutku dan mendoakan aku dengan kebaikan. Aku dibawa lagi naik langit ketiga. Jibril pun meminta supaya dibukakan pintu.

Lalu ditanyakan, ‘Siapakah kamu? ‘ Jibril menjawab, ‘Jibril’. Jibril ditanya lagi, ‘Siapakah bersamamu? ‘ Jibril menjawab, ‘Muhammad’. Jibril ditanya lagi, ‘Apakah dia telah diutuskan? ‘ Jibril menjawab, ‘Ya, dia telah diutuskan’.

Pintu pun dibukakan kepada kami. Tiba-tiba aku bertemu dengan Nabi Yusuf Alaihis Salam, ternyata dia telah dikaruniakan dengan kedudukan yang sangat tinggi.

Dia terus menyambut aku dan mendoakan aku dengan kebaikan. Aku dibawa lagi naik ke langit keempat. Jibril pun meminta supaya dibukakan pintu. Kedengaran suara bertanya lagi, ‘Siapakah kamu? ‘

Jibril menjawab, ‘Jibril’. Jibril ditanya lagi, ‘Siapakah bersamamu? ‘ Jibril menjawab, ‘Muhammad’. Jibril ditanya lagi, ‘Apakah dia telah diutuskan? ‘ Jibril menjawab, ‘Ya, dia telah diutuskan’. Pintu pun dibukakan kepada kami. Tiba-tiba aku bertemu dengan Nabi Idris Alaihis Salam, dia terus menyambutku dan mendoakan aku dengan kebaikan. Allah berfirman: ‘(…dan kami telah mengangkat ke tempat yang tinggi darjatnya) ‘. Aku dibawa lagi naik ke langit kelima.

Jibril lalu meminta supaya dibukakan pintu. Kedengaran suara bertanya lagi, ‘Siapakah kamu? ‘ Jibril menjawab, ‘Jibril’. Jibril ditanya lagi, ‘Siapakah bersamamu? ‘

Jibril menjawab, ‘Muhammad’. Jibril ditanya lagi, ‘Apakah dia telah diutuskan? ‘ Jibril menjawab, ‘Ya, dia telah diutuskan’.

Pintu pun dibukakan kepada kami. Tiba-tiba aku bertemu dengan Nabi Harun Alaihissalam, dia terus menyambutku dan mendoakan aku dengan kebaikan. Aku dibawa lagi naik ke langit keenam. Jibril lalu meminta supaya dibukakan pintu. Kedengaran suara bertanya lagi, ‘Siapakah kamu? ‘

Jibril menjawab, ‘Jibril’. Jibril ditanya lagi, ‘Siapakah bersamamu? ‘ Jibril menjawab, ‘Muhammad’.

Jibril ditanya lagi, ‘Apakah dia telah diutuskan? ‘ Jibril menjawab, ‘Ya, dia telah diutuskan’. Pintu pun dibukakan kepada kami. Tiba-tiba aku bertemu dengan Nabi Musa, dia terus menyambutku dan mendoakan aku dengan kebaikan.

Aku dibawa lagi naik ke langit ketujuh. Jibril meminta supaya dibukakan. Kedengaran suara bertanya lagi, ‘Siapakah kamu? ‘ Jibril menjawabnya, ‘Jibril’. Jibril ditanya lagi, ‘Siapakah bersamamu? ‘ Jibril menjawab, ‘Muhammad’. Jibril ditanya lagi, ‘Apakah dia telah diutuskan? ‘ Jibril menjawab, ‘Ya, dia telah diutuskan’.

Pintu pun dibukakan kepada kami. Tiba-tiba aku bertemu dengan Nabi Ibrahim Alaihissalam, dia sedang berada dalam keadaan menyandar di Baitul Makmur. Keluasannya setiap hari bisa memasukkan tujuh puluh ribu malaikat. Setelah keluar, mereka tidak kembali lagi kepadanya (Baitul Makmur). Kemudian aku dibawa ke Sidratul Muntaha.

Daun-daunnya besar seperti telinga gajah dan ternyata buahnya sebesar tempayan.” Dia bersabda: “Ketika dia menaikinya dengan perintah Allah, maka sidrah muntaha berubah. Tidak seorang pun dari makhluk Allah yang mampu menggambarkan keindahannya karena indahnya.

Lalu Allah memberikan wahyu kepada dia dengan mewajibkan salat lima puluh waktu sehari semalam. Lalu aku turun dan bertemu Nabi Musa Alaihissalam, dia bertanya, ‘Apakah yang telah difardukan oleh Tuhanmu kepada umatmu? ‘ Dia bersabda: “Salat lima puluh waktu’. Nabi Musa berkata, ‘Kembalilah kepada Tuhanmu, mintalah keringanan karena umatmu tidak akan mampu melaksanakannya.

Aku pernah mencoba Bani Israel dan menguji mereka’. Dia bersabda: “Aku kembali kepada Tuhan seraya berkata, ‘Wahai Tuhanku, berilah keringanan kepada umatku’. Lalu Allah subhanahu wata’ala. mengurangkan lima waktu salat dari dia’. Lalu aku kembali kepada Nabi Musa dan berkata, ‘Allah telah mengurangkan lima waktu salat dariku’. Nabi Musa berkata, ‘Umatmu tidak akan mampu melaksanakannya. Kembalilah kepada Tuhanmu, mintalah keringanan lagi’.

Dia bersabda: “Aku masih saja bolak-balik antara Tuhanku dan Nabi Musa, sehingga Allah berfirman: ‘Wahai Muhammad! Sesungguhnya aku fardukan lima waktu sehari semalam. Setiap salat fardu dilipatgandakan dengan sepuluh kali lipat. Maka itulah lima puluh salat fardu.

Begitu juga barangsiapa yang berniat, untuk melakukan kebaikan tetapi tidak melakukanya, niscaya akan dicatat baginya satu kebaikan. Jika dia melaksanakannya, maka dicatat sepuluh kebaikan baginya. Sebaliknya barangsiapa yang berniat ingin melakukan kejahatan, tetapi tidak melakukannya, niscaya tidak dicatat baginya sesuatu pun.

Lalu jika dia mengerjakannya, maka dicatat sebagai satu kejahatan baginya’. Aku turun hingga sampai kepada Nabi Musa, lalu aku memberitahu kepadanya. Dia masih saja berkata, ‘Kembalilah kepada Tuhanmu, mintalah keringanan’. Aku menjawab, ‘Aku terlalu banyak berulang-ulang kembali kepada Tuhanku, sehingga menyebabkanku malu kepada-Nya’.” ( Shahih Muslim, Kitab Iman, Bab Isra’ Rasulullah ke langit, hadits nomor 234).

2. Berpindahnya kiblat dari Baitul Maqdis ke Masjidil Haram

Perubahan arah kiblat berdasarkan perintah Allah SWT sebagaimana tercantum dalam surah Al-Baqarah [2] ayat 144.

”Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al-Kitab (taurat dan Injil) memang mengbetahui bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.”

Secara tegas, ayat ini menerangkan perintah kepada Nabi Muhammad SAW untuk memalingkan wajah (kiblat)-nya ke arah masjidil Haram. Awalnya, sebagaimana diriwayatkan dalam Shahih Bukhari, Rasulullah SAW menghadap ke Al-Quds (Al-Aqsha) ketika melaksanakan shalat semasa di Madinah.

Melaksanakan shalat dengan menghadap ke Al-Quds itu berlangsung selama lebih kurang 16-17 bulan, sebelum datang perintah untuk memalingkan arah kiblat ke Ka’bah, Masjidil Haram. Namun, Rasulullah SAW menginginkan kiblatnya umat Islam, sama seperti kiblatnya Nabi Adam Alaihissalam (AS) dan Ibrahim AS.

Rasulullah berharap, Allah mengabulkan permohonannya. Karena itu, Rasul senantiasa menengadahkan wajahnya ke langit dengan harapan turun wahyu yang memerintahkan mengalihkan arah kiblat dari Masjid Al-Aqsha ke Masjidil Haram. Hingga akhirnya turunlah wahyu, sebagaimana tersebut diatas.

Menurut Imtiaz Ahmad, dalam bukunya Lesson for Every Sensible Person, yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul Tempat-tempat Bersejarah di Madinah Al-Munawwarah, yang menjadi kiblat seluruh Nabi untuk melaksanakan shalat adalah Ka’bah yang dibangun sejak masa Nabi Adam AS.

”Sesungguhnya, rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadah) manusia adalah Baitullah yang di Bakkah (Makkah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.” (QS Ali Imran [3]: 96).

Nabi Ibrahim AS dan putranya Ismail AS, juga menjadikan Ka’bah (Baitullah) sebagai kiblat. ”Sedangkan Al-Quds ditetapkan sebagai kiblat hanya untuk sebagian para Nabi dari bangsa Israel. Dan para Nabi itu ketika shalat di dalam Al-Quds, biasa menghadap pada arah sedemikian rupa sehingga kedua-duanya, Al-Quds dan Baitullah di Makkah, saling berhadapan,” ujar Imtiaz.

Perubahan arah kiblat ini terjadi pada bulan Rajab tahun 12 Hijriyah (H). Ketika itu Rasulullah SAW sedang melaksanakan shalat zuhur dengan menghadap ke arah Masjid al-Aqsha. Dalam riwayat lain saat shalat Ashar.

Ketika ayat tersebut turun, Rasulullah baru melaksanakan shalat dua rakaat. Kemudian, dengan turunnya ayat itu, maka beliau segera menghentikan shalat sebentar, kemudian Rasulullah berputar 180 derajat menghadap arah baru, sehingga jamaah yang ikut shalat itu terpaksa jalan memutar dan tetap berada di belakang Nabi.

3. Salah satu bulan-bulan Haram. Bulan Haram dalam Islam terdiri dari 4 bulan yaitu Muharram, Rajab, Dzulqaidah, dan Zulhijah. Hal ini disebutkan dalam al-Quran:

“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.” (QS: at-Taubah: 36)

Lebih lanjut empat Bulan Haram tersebut dijelaskan juga dalam Hadits:
“Sesungguhnya zaman ini telah berjalan (berputar), sebagaimana perjalanan awalnya ketika Allah menciptakan langit dan bumi, yang mana satu tahun ada dua belas bulan. Di antaranya ada empat bulan haram, tiga bulan yang (letaknya) berurutan, yaitu Dzulkaidah, Dzulhijah, dan Muharam. Kemudian Rajab yang berada di antara Jumadil (Akhir) dan Syaban.” (HR Bukhari dan Muslim).

4. Perang Tabuk Yang Menggetarkan Romawi pada tahun 9 H

Perang Tabuk (bahasa Arab:غَزوَة تَبوك) adalah perang terakhir yang diikuti Rasulullah saw yang terjadi pada bulan Rajab dan Syakban tahun ke 9 H di kawasan Tabuk. Nabi Muhammad saw bermaksud berperang dengan pasukan Romawi sehingga mengerahkan pasukan perang ke kawasan Tabuk, namun sebagian dari pasukan yang bersama Nabi saw khususnya kaum munafikin Madinah berkhianat dan memilih untuk kembali.

Sebelum berangkat ke Tabuk, Nabi Muhammad saw menetapkan Ali bin Abi Thalib as sebagai wakilnya di Madinah. Pasukan Islam setelah beberapa hari menginap di Tabuk, karena tidak terjadi peperangan dengan pasukan Roma akhirnya kembali ke Madinah.

Sejumlah ayat Alquran turun berkenaan dengan perang Tabuk, khususnya menyinggung mengenai eksistensi kaum Munafikin, maksud dan strateginya dalam menghancurkan umat Islam dari dalam. Misalnya di dalam surat At Taubah ayat 79 dan 123.

5. Pembebasan kota Damaskus (Syam) 14 H. Pembebasan kota damaskus dari kekuasaan bangsa Romawi pada bulan Rajab, tepatnya pada tahun 14 H/635 M. Pasukan umat Islam di bawah komando panglima Abu Ubaidah bin Al Jarrah dan Khalid bin Walid, berhasil menaklukkan kota Damaskus dan menguasainya.

6. Pembebasan Irak oleh Khalid bin Walid. Terjadinya pembebasan kota Hirrah di Irak di bulan Rajab, yang dilakukan oleh Khalid bin Walid. Sebagaimana yang dijelaskan Ibnu Katsir dalam Bidayah wa an-Nihayah nya.

7. Baitul Maqdis berhasil direbut kembali pada bulan Rajab. Pembebasan Baitul Maqdis dari cengkraman tentara salib. Pada 27 rajab 583 H/2 Oktober 1187 M, panglima perang umat Islam pada saat itu, Shalahuddin Al Ayyub bersama pasukan umat Islam mengepung kota Yerusalem.

8. Runtuhnya Daulah Khilafah. Runtuhnya khilafah Turki Utsmani. Sejarah yang terjadi pada 28 Rajab 1342 H/03 Maret 1924 M.

Ada rahasia apa di balik bulan Rajab dengan banyak peristiwa sejarah yang telah mencatatnya, hanya Allah Swt yang tahu. Dan peristiwa sejarah tersebut sebagian besar terjadi ketika khilafah tegak di muka bumi.

Sebagai muslim, sejarah cemerlang ini sebagai contoh dan motivasi bagi umat Islam dalam memperjuangkan kembali khilafah dan menaklukkan Roma sebagaimana hadis Baginda Rasulullah Saw. Dan, apakah khilafah kedua akan tegak di bulan Rajab? Hanya Allah yang tahu. Allahu A’lam bi Ash Shawab.[]

 

*Penulis adalah anggota evowriter Waringin Kurung

Comment