Sherly Agustina, M.Ag*: Merdeka itu Apa Sih?

Opini649 Views

 

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (QS al-Dzâriyât [51]: 56).

Tak terasa, bertemu kembali dengan moment kemerdekaan di negeri ini yang sering diperingati pada tanggal 17 Agustus. Sejak kemerdekaan 17 Agustus 1945, sudah 75 tahun sampai 2020 tahun ini. Namun, pada tahun ini banyak sekali masalah yang dirasakan.

Mulai dari pandemi ketika virus Corona masuk ke negeri ini di awal Maret. Hingga hari ini kasus positif tak kunjung berkurang malah semakin bertambah.

Dampak dari pandemi ini menjalar ke bagian lain, di antaranya krisis di bidang ekonomi bahkan diprediksi resesi. PHK di mana-mana berakibat pada pengangguran meningkat. CEO dan Co-Founder Grab, Anthony Tan juga mengirimkan pesan kepada karyawannya. Intinya sama, soal keputusan perusahaan untuk mem-PHK karyawannya. Sebanyak 380 karyawan yang merepresentasikan 5% karyawannya terkena imbasnya (tirto.id, 28/6/20).

Efek dari pengangguran meningkat, kemiskinan di Indonesia kembali mengalami kenaikan setelah berhasil ditekan sejak 2017 lalu. Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut, naiknya tingkat kemiskinan diakibatkan oleh pandemi Covid-19 yang berdampak pada ekonomi masyarakat.

Kepala BPS, Suhariyanto, menyampaikan, persentase penduduk miskin per Maret 2020 sebesar 9,78 persen atau naik dari posisi September 2019 sebesar 9,22 persen.

Secara jumlah, penduduk miskin bertambah menjadi 26,42 juta orang. Jumlah tersebut naik 1,63 juta orang dari bulan September 2017 (Republika.co.id, 15/7/20).

Pasca merebaknya virus corona atau Covid-19 di Indonesia sejak Maret lalu, laju inflasi cenderung terus bergerak rendah.

Bahkan, pada bulan Juni, saat pemerintah sudah mulai melonggarkan berbagai kebijakan pembatasan pergerakan, inflasi masih bulanan masih berada di level 0,18 persen. Peneliti Departemen Ekonomi Center for Strategic and International Studies (CSIS),  Haryo Aswicahyono mengatakan, pergerakan indeks harga konsumen (IHK) yang relatif rendah diakibatkan melemahnya permintaan masyarakat (Kompas.com, 3/7/20).

Adapun hutang Indonesia, Bank Indonesia menyatakan utang luar negeri (ULN) Indonesia per Juni 2020 atau kuartal II (Q2) 2020 mencapai 408,6 miliar dolar AS. Angka ini terdiri dari ULN sektor publik (pemerintah dan bank sentral) 199,3 miliar dolar AS dan ULN swasta termasuk BUMN senilai 209,3 miliar dolar AS (tirto.id, 14/8/20).

Kondisi SDA di negeri ini masih dikuasai asing. Di antaranya:

Pertama, tambang Emas di Papua. Papua memiliki kekayaan alam yang luar biasa. Setidaknya di dalam bumi Papua terkandung berton-ton emas murni yang akhirnya dikeruk ke permukaan. Indonesia tidak bisa melakukannya hingga Freeport mengambil alih sejak tahun 60-an. Selama 50 tahun lebih, Freeport terus mengambil keuntungan yang tak ada habisnya sementara Indonesia hanya bisa melongo.

Coba kita tengok masyarakat Papua saat ini. Kehidupan mereka benar-benar mengenaskan. Bisa dibilang Papua adalah daerah Indonesia yang paling tak tersentuh pemerintah.

Namun pengorbanan yang mereka lakukan sangat banyak. Tergusur dari hutan yang jadi tempat tinggal hingga harus hidup dengan serba kekurangan.

Kedua, tambang Geothermal di Jawa Barat. Indonesia memiliki potensi besar dalam bidang geothermal atau panas bumi.

Banyaknya gunung api aktif membuat wilayah di Indonesia berpotensi untuk digali sebagai ladang geothermal. Salah satu yang terbesar di Indonesia berada di Gunung Salak, Jawa Barat. Perusahaan yang mengelola tambang ini adalah PT Chevron.

Panas bumi yang diolah oleh PT Chevron digunakan untuk pembangkit listrik. Energi panas bumi mampu dikonversi menjadi energi listrik dalam jumlah yang besar.

Sayangnya, banyak penduduk di sekitar Gunung Salak justru tidak merasakan listrik. Mereka masih menggunakan penerangan seadanya. Padahal alam mereka lah yang memberikan banyak sekali sumber daya tak terbatas itu.

Ketiga, tambang Batu bara di Kalimantan. Indonesia dikenal sebagai negara yang menghasilkan banyak sekali tambang batu bara. Sayangnya hampir semua tambang batu bara justru dikuasai oleh asing. Meski perusahaan dibentuk di Indonesia, tapi hampir semua orang di dalamnya adalah dari luar negeri. Itulah hal yang sering membuat rakyat Indonesia sering tidak dapat memanfaatkan apa yang mereka punyai.

Batubara banyak sekali dimanfaatkan untuk pembangkit listrik. Namun di daerah Kalimantan, justru sering terjadi pemadaman listrik. Di sana listrik seperti hal yang mewah dan ada di saat tertentu saja. Padahal mereka sudah seharusnya bisa menikmati hasil buminya sendiri. Sudah hasil bumi dikeruk besar-besaran tapi tidak mendapatkan apa-apa.

Keempat, tambang Minyak Bumi di banyak tempat. Meski telah memiliki Pertamina, Indonesia masih belum bisa mengelola semua tambah minyaknya. Bahkan tambang-tambang dengan potensi besar justru dilempar ke perusahaan asing seperti Shell atau Chevron. Semuanya adalah perusahaan asing yang datang dan menguasai tambang di Indonesia secara perlahan-lahan.

Jika saja Indonesia bisa mengelola semua tambang minyaknya, maka hal ini tak akan terjadi. Indonesia akan menjadi negara yang minyaknya melimpah tapi tetap impor dari luar negeri untuk memenuhi semua kebutuhan BBM di dalam negeri.

Kelima, tambang Nikel di Sulawesi. Salah satu tambang unggulan di Indonesia adalah Nikel. Tambang ini termasuk dalam kelas A sejajar dengan emas dan minyak bumi.

Sayangnya tambang-tambang nikel banyak sekali disusupi oleh kepentingan asing. Akhirnya hasil yang diterima Indonesia sangatlah sedikit, semua dikeruk untuk kepentingan perusahaan (Bombastis.com).

Jika seperti ini kondisi di negeri ini, apakah benar sudah merdeka bahkan yang ke-75? Jadi merdeka itu apa sih? Dalam KBBI, merdeka adalah bebas dari penghambaan, penjajahan.

Apabila dikaitkan dengan akidah Islam, maka bebas dari penghambaan terhadap makhluk atau aturan selain dari Khalik menuju penghambaan hanya pada Sang Khalik. Bebas dari penjajahan dalam bentuk apapun, sehingga bisa benar-benar menjadi hamba-Nya yang patuh dan taat menjalankan syariat.

Allah Swt. berfirman, “Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum engkau (Muhammad), melainkan Kami wahyukan kepadanya, bahwa tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Aku, maka sembahlah Aku.” (QS al-Anbiyâ` [21]: 25).

Ayat lain menyatakan: “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):

‘Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu,’ maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).” (QS al-Nahl [16]: 36).

Nah, sudahkah negeri ini patuh dan taat hanya pada-Nya dan aturan-Nya? Nyatanya belum, karena aturan yang dipakai masih aturan buatan manusia yang serba lemah dan terbatas. Padahal, Allah sudah mengingatkan lewat makhluk mungil bernama corona.

Hingga berdampak resesi dunia, agar manusia sadar untuk segera kembali pada-Nya. Corona ciptaan Allah, mengapa cara menyelesaikannya tidak mengikuti aturan Allah?

Moment kemerdekaan ini hendaknya menjadi renungan bagi umat Islam. Bukan hanya sekadar merayakan ceremonial yang sebenarnya tak ada hubungannya sama sekali dengan kemerdekaan.

Misi penciptaan manusia di muka bumi untuk beribadah semata kepada Allah dan menjalankan syariah-Nya belum benar-benar terwujud. Maka fokus utama adalah bagaimana hal tersebut segera terwujud dan terealisasi sehingga rahmat bagi seluruh alam dapat dirasakan. Allahu A’lam Bi Ash Shawab.[]

Comment