Oleh: Rosmita, Penulis dan Pendidik Generasi
___________
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA –Hidup sejahtera dan terpenuhi gizi keluarga adalah impian setiap orang. Namun sayang tidak semua orang bisa meraihnya. Apalagi di tengah kondisi ekonomi yang terpuruk pasca pandemi, banyak kepala keluarga yang kehilangan sumber penghasilan sehingga tidak bisa menafkahi keluarganya. Ditambah beban kenaikan harga BBM yang diikuti dengan kenaikan harga berbagai kebutuhan pokok lainnya semakin menambah beban hidup masyarakat.
Meskipun Indonesia adalah negara yang kaya raya, tapi tidak semua rakyatnya hidup sejahtera. Buktinya, kemiskinan masih menjadi problem utama yang tidak bisa terselesaikan hingga saat ini. Lembaga Riset Institute for Demographic and Poverty Studies (IDEAS) memprediksikan tingkat kemiskinan Indonesia berpotensi melonjak menjadi 10,81 persen pada tahun 2022, atau setara dengan 29,3 juta penduduk Indonesia. (Kompas.com)
Di Surabaya saja tercatat 23.532 warga masuk ke dalam data kemiskinan ekstrem. (Detik.com). Ini baru satu kota, apalagi jika didata seluruh kota yang ada di Indonesia, sudah pasti jumlah warga miskin yang ada jauh lebih banyak.
Kemiskinan menyebabkan banyak keluarga mengalami stunting (gizi buruk) karena tidak terpenuhinya asupan nutrisi yang optimal. Kurang gizi ditambah kondisi cuaca yang tidak menentu mengakibatkan anak-anak rentan sakit.
Hal ini tentu akan menghambat tumbuh kembang mereka. Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Agus Suprapto menekankan pentingnya pemenuhan gizi keluarga guna mengoptimalkan tumbuh kembang anak. (Republika.co.id)
Seruan pemenuhan gizi di tengah kesulitan hidup yang dialami oleh rakyat Indonesia adalah narasi yang minim empati. Ibarat jauh panggang dari api, rakyat tidak akan bisa memenuhinya. Bukan tidak ingin, tapi karena memang kondisi ekonomi mereka benar-benar terpuruk sehingga mereka kesulitan bahkan untuk sekadar makan.
Ini yang harus dipahami oleh para petinggi negeri. Rakyat butuh solusi atas persoalan yang mereka hadapi bukan basa-basi.
Akar Masalah Kemiskinan yang Tersistemis
Indonesia adalah negara yang kaya hingga dijuluki gemah ripah loh jinawi yang artinya tentram dan makmur serta subur tanahnya. Namun faktanya, kekayaan alam yang berlimpah tidak serta merta membuat rakyatnya hidup sejahtera. Masih banyak rakyat Indonesia yang hidup di bawah garis kemiskinaan hingga mengalami kelaparan.
Kesenjangan sosial semakin tampak nyata, yang kaya makin kaya yang miskin makin sengsara. Rendahnya tingkat kepedulian terhadap sesama membuat orang kaya tidak peka dengan keadaan di sekelilingnya, mereka sibuk berfoya-foya dengan hartanya tanpa mau membantu orang miskin di sekitarnya.
Begitu pula dengan pemerintah yang belum maksimal untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Mereka sibuk memperkaya diri dan kelompoknya, tidak peduli dengan kesulitan yang dialami rakyat. Saat rakyat susah karena harga-harga melonjak, mereka hanya mengeluarkan statment yang menyakiti hati rakyat. Di saat rakyat kesulitan ekonomi, pemerintah malah sibuk dengan proyek infrastruktur yang irrelevan dengan kondisi rakyat.
Saat harga BBM subsidi dinaikkan karena dianggap beban, di saat yang sama dana parpol malah minta dinaikkan tiga kali lipat. Bahkan sering kali pemerintah mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang tidak populis seperti menaikkan harga BBM, TDL dan pajak.
Semua ini berawal dari kapitalisme yang mempengaruhi negeri ini. Sistem ini menyebabkan negara kehilangan sumber pendapatan terbesarnya karena dalam sistem kapitalisme sumber daya alam bebas dikelola oleh pihak swasta baik lokal maupun asing. Sehingga terjadilah kapitalisasi seluruh sumber daya alam yang dimiliki seperti emas, perak, minyak bumi, batubara dan masih banyak lagi.
Kemudian negara mengambil pajak dan utang luar negeri berbasis riba sebagai sumber pendapatan utama. Utang yang jumlahnya trilyunan rupiah tentu memiliki bunga yang besar, maka terpaksa sebagian besar APBN dialokasikan untuk membayar utang negara. Sehingga negara melakukan berbagai macam cara untuk mendapatkan uang, mulai dari meningkatkan pajak, mengurangi subsidi dan lain-lain.
Selain itu kapitalisme juga melahirkan mental korup yang hanya sibuk memperkaya diri tak punya empati terhadap rakyat. Apalagi ditambah mahalnya biaya politik di negeri ini membuat para pejabat terpilih hanya memikirkan bagaimana cara balik modal dan mendapat keuntungan sebesar-besarnya ketika mereka berkuasa atau sibuk memenuhi keinginan para pengusaha yang telah mendukungnya meraih kursi kekuasaan.
Sistem ini juga mencetak masyarakat individualis yang hanya sibuk memikirkan diri dan kesenangannya tanpa mau peduli dengan kesulitan orang lain. Sehingga harta kekayaan yang mereka gunakan hanya untuk memenuhi gaya hidup mereka tanpa mau berbagi kepada sesama.
Islam Solusi Seluruh Problematika Umat
Islam adalah agama yang sempurna dan paripurna. Islam mengatur seluruh urusan manusia dalam hal ibadah, muammalah, hingga bernegara. Jika Islam diterapkan dalam seluruh lini kehidupan, maka kesejahteraan akan dirasakan oleh seluruh alam.
Terbukti, selama lebih dari 13 abadnya lamanya Islam berjaya menguasai 2/3 dunia. Selama itu pula umat Islam maupun umat non-Islam yang hidup di bawah naungannya hidup sejahtera. Bahkan pada masa Umar bin Abdul Aziz tidak ada yang mau menerima zakat karena sudah tercukupi segala kebutuhannya.
Dalam Islam negara wajib menjamin rakyatnya agar terpenuhi segala kebutuhannya baik sandang, pangan dan papan. Maka negara harus memastikan setiap kepala keluarga memiliki penghasilan agar bisa menafkahi keluarganya.
Apabila tidak ada kepala keluarga, maka dicari siapa walinya. Namun jika walinya juga tidak bisa menafkahi, maka negara akan mengambil alih. Selain itu, negara memberikan jaminan pendidikan, kesehatan, keamanan dan pelayanan publik secara gratis kepada rakyat.
Sumber pendapatan utama negara Islam berasal dari zakat, jizyah, ganimah, kharaj, shadaqah taththawu, harta warisan yang tidak habis dibagikan, dan sumber daya alam yang dimiliki. Maka negara tidak akan mengambil pajak dan ULN sebagai sumber pendapatan.
Dalam Islam sumber daya alam adalah harta milik umum yang tidak boleh dikelola oleh pihak swasta, hanya negara yang boleh mengelolanya.
Rasulullah saw. bersabda: “Kaum muslimin berserikat dalam tiga hal yaitu air, rumput dan api.” (HR. Ahmad). Bila sumber daya alam dikelola dengan baik oleh negara, maka negara akan memiliki sumber pendapatan yang besar yang bisa dimanfaatkan untuk kesejahteraan rakyat.
Islam juga melahirkan pemimpin amanah yang tulus meriayah rakyat. Pemimpin dalam Islam takut berbuat zalim kepada rakyat, takut memakan harta yang bukan miliknya, takut menyimpang dari syariat. Karena dia sadar bahwa kekuasaan adalah amanah yang pasti akan dimintai pertanggung-jawaban oleh Allah.
Maka apabila Islam diterapkan di negeri ini tentu akan dapat mengatasi seluruh problematika umat termasuk masalah kemiskinan. Setiap kepala keluarga akan mampu menafkahi dan memenuhi kebutuhan gizi keluarganya sehingga tidak ada lagi anak-anak yang kurang gizi atau ibu-ibu yang stress bunuh diri. Karena Islam, kesejahteraan dan keberkahan hidup dapat dirasakan oleh seluruh rakyat yang hidup di bawah naungan daulah. Wallahualam bissawab.[]
Comment