Oleh: Puput Hariyani, S.Si, Pendidik Generasi
__________
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Setiap bangsa tentu menginginkan kehidupan seluruh warganya aman, damai, tentram, sejahtera dan diliputi kebaikan serta keberkahan. Namun hari ini rasanya kondisi itu bagaikan mimpi di siang bolong.
Kemiskinan, kerusakan, pertikaian, kriminalitas, kriminalisasi, hutang menggunung, krisis ekonomi akibat pandemi dan segudang masalah bangsa masih menjadi PR yang tak berkesudahan. Tentu kondisi ini harus segera diakhiri menuju bangsa besar dan mandiri.
Anggota Dewan Pakar Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) mengungkapkan bangsa besar itu memiliki impian, gagasan, dan pemikiran terhadap keberlangsungan masa depan.
Sukidi Muyadi mengajak seluruh komponen bangsa untuk berfikir tentang Indonesia yang kita cita-citakan bersama. Dia menyebutkan ada 10 nilai dalam The Indonesian Dream yang harus diwujudkan, yakni kebinekaan, negara berkeTuhanan, gotong royong, kebebasan, kemanusian, persatuan, keadilan, kesetaraan, kesejahteraan, serta negara berdaulat, maju, adil dan makmur (Ciprit.com)
Sementara Kepala Bappenas Suharso Monoarfa seperti dilansir CNN Indonesia.com mengungkapkan agar RI bisa menjadi negara maju maka harus mampu berlepas dari jebakan negara pendapatan kelas menengah (middle income trap) dan pertumbuhan ekonomi Indonesia harus mencapai 6 persen pada 2022 mendatang. Dengan begitu Indonesia akan naik kelas menjadi negara maju pada 2045.
Pernyataan para tokoh besar bangsa ini menunjukkan adanya semangat mengakhiri kondisi buruk hari ini menuju kondisi yang jauh lebih baik di masa yang akan datang dengan berbagai gagasan, rumusan dan pemikiran untuk mewujudkannya.
Bahkan ada seruan untuk mengajak seluruh elemen bangsa bahu membahu mewujudkan cita-cita besar bangsa. Semangat inilah yang biasa kita kenal dengan semangat hijrah.
Secara bahasa hijrah adalah berpindah dari sesuatu ke sesuatu yang lain atau meninggalkan sesuatu menuju sesuatu yang lain. Jadi hijrah itu identik dengan perubahan. Tentu perubahan ke arah yang baik.
Ibnu Rajab al-Hanbali dalam Fath al-Bârî menjelaskan, asal dari hijrah adalah meninggalkan dan menjauhi keburukan untuk mencari, mencintai dan mendapatkan kebaikan.
Seiring dengan bulan kelahiran bangsa Indonesia tepat di bulan Agustus, kaum muslimin juga merayakan momentum perubahan di bulan Muharram.
Mereka berbondong-bondong mengaktualisasikan semangat hijrah bareng-bareng agar lebih bermakna. Tentu semangat hijrah ini harus terus digelorakan dan tetap terjaga keistiqamahannya.
Namun sepatutnya semangat hijrah pada kaum muslimin tidak hanya berhenti pada perbaikan individu semata tapi sudah seharusnya diarahkan untuk mewujudkan harapan terwujudnya cita-cita besar sebuah bangsa untuk menjadikan negeri baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur.
Sayyid Quthub dalam Tafsir fi Zilal Al-Qur’an menyebut bahwa baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur merupakan negeri yang mendapatkan kemakmuran di bumi dan di akhirat. negeri yang menjadi dambaan dan impian seluruh umat manusia.
Oleh karenanya hijrah menjadi aktivitas yang sangat urgen untuk dilakukan baik hijrah individu maupun hijrah menuju perubahan sebuah bangsa dalam rangka mewujudkan cita-cita mulia.
Pertama yang dilakukan adalah meninggalkan apa saja yang wajib ditinggalkan, yakni apa saja yang dilarang oleh Allah SWT.
Kedua, segera menjalankan berbagai ketaatan kepada-Nya. Bersegeralah kembali kepada Allah. Sungguh aku seorang pemberi peringatan yang nyata dari Allah untuk kalian. (TQS. adz-Dzariyat: 50).
Dengan dua spirit ini, setiap Muslim akan menjadi sosok yang makin taat. Ketaatannya juga makin total, makin menyeluruh, makin kâffah.
Selanjutnya untuk menuju perubahan bangsa maka kita seluruh kaum muslimin harus melakukan muhasabah atau interospeksi atas keadaan umat Islam hari ini. Kita perlu merenungkan bagaimana keadaan umat Islam.
Bagaimana keadaan yang seharusnya dan langkah apa yang harus ditentukan untuk merealisasikan rancangan ke depan dari hasil instropeksi secara keseluruhan.
Padahal Allah telah menyifati kaum muslimin sebagai khoiru ummah (umat terbaik) sebagaimana dalam firman Allah SWT dalam surat Ali Imran: 104, yang artinya Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia; melakukan amar makruf nahi munkar dan mengimani Allah.
Di dalam ayat ini, Allah SWT menyebut karakteristik umat terbaik itu, yaitu: melakukan amar makruf nahi mungkar dan mengimani Allah. Artinya, kondisi umat yang terpuruk dan jauh dari predikat sebagai umat terbaik ini bisa jadi karena syarat-syaratnya tidak terpenuhi. Sehingga Kondisi ini harus diubah. Aktivitas perubahan harus gencar dilakukan di tengah umat ini.
Amar makruf nahi Munkar harus digelorakan tidak hanya bagi individu namun juga seluruh lapisan masyarakat agar meninggalkan kemaksiatan dan menuju ketaatan total kepada Allah SWT.
Ketaatan total harus diwujudkan baik di level individu, masyarakat maupun negara dengan mengambil seluruh hukum-hukum Allah dalam setiap inci kehidupan. Dengannya, semoga terwujud cita-cita bangsa yang mulia, menjadi negeri baldhatun thoyibah wa rabbun ghafur. Wallah a’lam bi ash-shawab.[]
Comment