Penulis: Mansyuriah, S. S | Alumnus Sastra Arab UNHAS
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Agresi Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 45.400 jiwa. Setidaknya 17.492 anak Palestina dilaporkan tewas dalam perang ini.
Dari laporan Badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) memperingatkan bahwa anak anak di Gaza menghadapi resiko kematian akibat cuaca dingin karena kurang perlindungan dan ketiadaan tempat tinggal memadai. Bahkan tiga anak Palestina meninggal di kamp pengungsian sementara karena kedinginan.
Hal ini disebabkan blokade wilayah Palestina sehingga bantuan kiriman perlengkapan tertahan selama berbulan bulan yang harus menunggu persetujuan Israel untuk memasuki Gaza.
Kondisi Gaza terutama anak anak semakin mengenaskan, menurut Direktur Eksekutif UNICEF Catherine Russell, “Dari hampir semua ukuran, tahun 2024 menjadi tahun terburuk yang pernah tercatat bagi anak anak dalam sejarah UNICEF, baik dalam hal jumlah anak yang terkena dampak maupun tingkat dampaknya terhadap kehidupan mereka. (cnnindonesia, 28-12-2024)
Sampai Kapan Anak Anak Gaza Menderita?
Tidak dimungkiri beragam bantuan kemanusian telah dilakukan untuk membantu anak anak dan kaum muslim di Gaza. Mulai dari donasi, hingga pada aktivitas boikot terhadap produk yang berafiliasi kepada Israel.
Tapi jika ditelisik segala upaya tersebut hanya bersifat parsial dan tidak menyentuh substansi permasalahan yang sedang terjadi di Palestina.
Sisi lain saat pemimpin-pemimpin Muslim hanya diam menyaksikan saudara kita di Palestina dibantai oleh Yahudi secara kejam dan biadab.
Mereka hanya menggunakan mulut-mulut mereka untuk mengecam, mengutuk dan menyerukan upaya perundingan atau sejenisnya. Mereka tidak memaksimalkan perannya untuk melenyapkan dan mengusir entitas penjajah dari tanah kaum Muslimin.
Secara garis besar ada dua faktor mengapa para pemimpin negeri Islam tidak mengirim bantuan militer kepada kaum muslim Palestina.
Pertama, karena mereka telah mengalami kelemahan mental yang sangat gawat yang disebut al-wahn, yaitu cinta dunia (hubbu al-dunyā) dan benci mati (karāhiyat al-maut).
Kedua, karena mereka telah tunduk dan patuh mengikuti kaum Yahudi dan Nasrani, yakni negara-negara Barat, khususnya Amerika Serikat. Akibatnya posisi dan sikap yang diambil oleh para pemimpin negeri Islam juga menyesuaikan dengan garis politik Amerika Serikat.
Sejauh ini resolusi yang ditawarkan bagi krisis Palestina masih sebatas solusi dua negara, seolah tidak ada solusi lain yang mampu menuntaskan genosida di sana.
Untuk menyolusi krisis Palestina seharusnya fokus pada fakta yakni terjadinya gelombang migrasi warga Yahudi ke Palestina sekaligus menjadi cikal bakal berdirinya entitas Zionis.
Saat terjadi eksodus otomatis terjadi tindakan perampasan dan pengusiran yang dilakukan terhadap warga Palestina. Mereka terusir dari rumah dan tanah mereka.
Oleh karena itu solusi atas krisis Palestina sejatinya adalah merebut kembali tanah dan rumah warga Muslim Palestina dari tangan Yahudi.
Butuh Tentara dan Negara
Kaum muslim tidak bisa mengharapkan solusi dari dunia internasional. Palestina membutuhkan adanya pergerakan dunia Islam untuk membangkitkan umat yang mampu mewujudkan bantuan nyata dari negeri-negeri Muslim berupa pengiriman tentaranya, sebab perang ini bukanlah perang yang akan dimenangkan oleh individu atau kelompok.
Individu tidak mampu berperang melawan negara seperti Zionis beserta negara sekutunya AS. Perang ini seharusnya dilawan dan diperjuangkan oleh negara juga, dengan kekuatan tentaranya, yakni tentara tentara muslim.
Palestina membutuhkan konsolidasi umat Islam secara global sehingga perlu adanya solusi untuk melawan entitas Yahudi di bumi Al-Aqsha. Solusi ini tidak lain adalah jihad. Allah Swt. berfirman dalam Al-Qur’an :
“Perangilah mereka, niscaya Allah akan menghancurkan mereka dengan (perantaraan) tangan-tanganmu dan Allah akan menghinakan mereka dan menolong kamu terhadap mereka, serta melegakan hati orang-orang yang beriman”. (At-Taubah ayat 14).
Sudah selayaknya kapasitas para penguasa negeri-negeri Muslim untuk memobilisasi pasukan militer mereka ke Palestina. Permasalahan mendasar atas berbagai problem umat Islam saat ini karena ketiadaan institusi pemersatu, yakni pemerintahan Islam. Institusi yang diruntuhkan melalui konspirasi Yahudi ini sesungguhnya merupakan kunci bagi kemenangan kaum muslim.
Langkah konkret pertama adalah negeri-negeri kaum muslim harus terlebih dahulu melepaskan belenggu nasionalisme yang menjerat mereka. Di sinilah urgensi upaya-upaya strategis untuk mengembalikan institusi pemersatu umat Islam yang akan menjadi pelindung mereka dari berbagai bentuk penjajahan kaum kuffar.
Sehingga solusi tuntas pendudukan Palestina hanya dengan menerapkan kepemimpinan Islam yang akan menyatukan umat, menyelamatkan kaum muslim, bukan hanya di Palestina, tetapi di seluruh negeri kaum muslim, termasuk di negeri yang dijajah oleh Amerika dan antek-anteknya.
Keberadaannya bukan turun dari langit sebagai sebuah bantuan dari Allah, tetapi harus diperjuangkan dan itu menjadi kewajiban umat Islam.
Wallahu a’lam bish Showab.[]
Comment