Sekularisme Racun Utama Ketahanan Keluarga

Opini145 Views

 

 

Penulis: Dinar Khair | Novelis

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA–  Keluarga adalah tempat berpulang teraman dan ternyaman bagi manusia. Hingga banyak sekali lirik lagu tersohor yang melantunkan makna yang sama, yaitu keluarga tempat kembali paling hangat. Fitrahnya memang Allah rancang demikian.

Ayah, ibu, anak, dan anggota keluarga lain diikat oleh rasa kasih sayang besar yang sulit untuk diputuskan atau dihilangkan. Hal itu mengalir begitu saja, tanpa bisa direka-reka.

Namun belakangan ini, berita yang seharusnya tidak pernah didengar sering muncul ke permukaan. Dilansir oleh Kompas.com, Muhamad Rauf (13), warga Desa Parigimulya, Kecamatan Cipunagara, Kabupaten Subang, Jawa Barat ditemukan tewas di saluran irigasi atau sungai di Blok Sukatani, Desa Bugis, Kecamatan Anjatan, Kabupaten Indramayu, Rabu (4/10/2023).

Rauf ditemukan di tepi sungai dalam kondisi berlumuran darah dengan tangan terikat ke belakang. Rauf ternyata dihabisi nyawanya oleh ibu kandungnya N (43), paman S (24) serta kakeknya, W (70).

Berita di atas merupakan kejahatan besar yang seharusnya tidak pernah terjadi dalam sejarah manusia. Namun kini terdengar biasa saja karena banyaknya peristiwa serupa. Anak bayi dibunuh ibunya, gadis kecil diperkosa pamannya sendiri, atau seorang kakek yang tega merudapaksa cucunya yang masih usia SD.

Berita memilukan itu faktanya terjadi di dunia nyata. Rusak sudah generasi yang diharapkan bisa menyambung estafet perjuangan untuk memperbaiki peradaban.

Sekularisme Biang Kerok Perusak Keluarga

Pandangam sekularisme yang mengakar di tengah masyarakatlah yang menjadi penyeban dan menjadi kambing hitam. Sekularisme telah memisah peran dan fungsi agama dalam kehidupan sehingga membuat muslim kehilangan tujuan hidup mereka.

Sekulerisme mengajarkan manusia hanya berfokus pada kehidupan dunia dan menjadikan agama hanya urusan pribadi yang hanya diimani di dalam hati. Padahal Islam Allah turunkan bukan hanya untuk membersihkan hati manusia, tetapi juga mengemban visi mulia, yaitu meluruskan peradaban manusia jahiliyah menuju cahaya.

Rasulullah shalallahua’laihi wassalam berdakwah dengan segenap tenaga, darah dan air mata tentu untuk menegakkan agama, sekaligus mentauhidkan manusia. Dari gaya hidup yang semula menyembah berhala, kemudian agama mengajak manusia mengenal Allah yang Maha Menciptakan alam semesta.

Kita semua diajarkan untuk menjalani kehidupan dengan agama, mulai dari memasuki kamar mandi hingga bagaimana mengimplementasikan kehidupan berbangsa dan bernegara. Maka tidak patut seorang muslim mengadopsi pemikiran sekuler dalam benaknya.

Mengenalkan dan memahamkan kembali manusia pada fitrah keislaman adalah sebuah solusi kongkrit yang harus ditempuh karena Islam bukan hanya diturunkan untuk segelintir kaum saja, akan tetapi untuk menjadi rahmat bagi alam semesta.

Menjadikan Islam sebagai cara pandang hidup (the way of life) sejatinya akan membantu manusia untuk menjalani syariat Islam secara sempurna. Bila iman sudah ada di dalam dada, tentu tidak akan terpikirkan untuk menyakiti darah dagingnya sendiri. Karena mereka adalah amanah yang akan dipertanggung-jawabkan nanti.

Begitu Pun tentang penegakkan hukum yang tegas dan mencegah pada kemungkaran, Islam memiliki itu semua. Setiap aturan tegas dan mengikat yang Allah turunkan, akan mencegah manusia untuk dekat pada kemungkaran.

Maka menerapkan Islam bukan lagi sebuah opsi utopis yang terdengar omong kosong. Banyak keluarga yang harus diselamatkan agar generasi penerus tetap terjaga dan berkualitas. Pun ada negara yang harus dibenahi agar aturan dari hulu ke hilir bisa kembali menentramkan hati karena penerapan dan aturannya yang sesuai tuntunan ilahi. Wallahualam bishawab.[]

Referensi:

Kompas.com

Comment