Sekularisme, Mesin Perusak Generasi

Opini86 Views

 

Penulis: Faizul Firdaus, S.Si | Pemerhati Politik dan Kebijakan Publik

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Belakangan marak kejahatan yang justru pelakunya masih terkategori anak anak menurut sistem hukum di Indonesia. Di medan, segerombolan anak yang masih berseragam sekolah merampas dua unit kendaraan bermotor yang sedang melintas di jalan.

Ironinya, seolah tidak mengenal takut, mereka melakukannya di siang hari di jalan raya yang sedang ramai dengan membawa senjata tajam untuk mengancam korbannya.

Beberapa minggu lalu, pembunuhan dan pemerkosaan seorang gadis di Padang  dan Palembang juga dilakukan oleh sekelompok anak laki-laki yang beberapa di antaranya masih di bawah 17 tahun.

Di demak seorang siswa tega membacok gurunya saat membagikan soal ujian dan pelaku datang terlambat. Di Gresik, Jawa Timur, siswa sekolah dasar menusuk mata adek kelasnya karena tidak mau memberi uang hingga mengakibatkan mata siswa SD tersebut terancam buta.

Di Jakarta setidaknya 21 siswa sekolah terlibat kasus prostitusi online. Masih banyak lagi fakta maraknya kriminalitas yang melibatkan anak-anak.

Ada apa dengan generasi kita?

Dunia anak-anak hari ini tidak baik baik saja. Maraknya kejahatan yang melibatkan anak-anak menjadi sederet bukti bahwa harus ada perubahan dalam sistem kehidupan kita.

Anak-anak memiliki posisi yang sangat penting bagi masyarakat. Anak-anak adalah aset berharga bagi peradaban manusia. Mereka adalah masa depan sebuah bangsa.

Abai terhadap masa depan generasi berarti kita berkontribusi terhadap hancurnya bangsa dan masyarakat di masa mendatang. Oleh karena itu kita harus serius mengambil peran untuk ikut menyelesaikan problem generasi ini

Anak-anak hari ini tumbuh di dalam dunia yang dipenuhi oleh berbagai rangsangan dari dunia digital. Dunia digital hampir-hampir tidak bisa dilepaskan dari kehidupan anak-anak. Bisa dikatakan mereka ini adalah penduduk asli dunia maya.

Tidak bisa kita pungkiri bahwa sebagai sebuah system informasi maka dunia digital ibarat pisau bermata dua. Bisa bermanfaat bisa juga menjadi sumber masalah. Hal ini akan semakin parah ketika anak-anak tidak dibimbing dalam menetapkan sesuatu yang benar dan salah, baik-buruk, terpuji-tercela, ataupun halal-haram.

Harus diakui bahwa tata kehidupan yang hari ini diterapkan di negeri ini adalah tata kehidupan sekuler. Tata kehidupan yang memisahkan agama dalam kehidupan.

Sebenarnya inilah pangkal kerusakan itu bermula. Sistem sekuler menjadi asas menetapkan kurikulum di negeri ini akhirnya tidak hanya generasi anak-anak bahkan generasi orang tua pun tidak memahami agamanya. Tidak tahu halal-haram, baik-buruk, benar-salah, terpuji-tercela yang sesuai standar agama.

Baik-buruk maupun benar-salah yang beredar di masyarakat berjalan sesuai selera manusianya. Diperparah lagi sistem informasi dan kebijakan informasi publik negara ini juga sekuler sehingga tidak merujuk pada halal atau haram nya jenis informasi yang beredar.

Itu semua membuat masyarakat kita hidup dalam kubangan informasi sampah yang berbalut syahwat. Sehingga lahirlah masyarakat yang rusak seperti hari ini.

Sistem sekuler mesin perusak perilaku.

Jelaslah bahwa cara hidup yang menjauhkan agama dari kehidupan sehari hari juga menjadi pangkal rusaknya tata kehidupan yang lain. Akibat sekularisme,  kurikulum pendidkan berorientasi hanya pada capaian materi dan mengabaikan pembentukan karakter.

Masyarakat didominasi oleh budaya hedonisme. Sistem hukum yang tidak merujuk kepada Islam justru tidak mampu mencegah maraknya berbagai kriminalitas tersebut.

Sistem politik informasi sekuler juga menjadikan informasi yang beredar di masyarakat kita mengabaikan halal-haram. Hal tersebut menyebabkan pemikiran generasi dan masyarakat kita dipenuhi oleh informasi-informasi sampah yang tidak berfaedah.

Dari sini jelaslah bahwa akar persoalannya adalah karena negeri kita menerapkan cara hidup sekuler. Bila kita menginginkan perbaikan masyarakat dan generasi maka kita harus merubah cara hidup negeri ini dari sekulerisme yang merusak itu menjadi cara hidup Islam.

Islam terbukti dan berhasil membawa peradaban dunia menjadi gemilang selama lebih dari 13 abad yang manfaat dan kebaikannya dirasakan oleh semua manusia baik muslim maupun non muslim sebagai rahmatan lil alamin. Wallahu a’lam bisshowab.[]

Comment