Penulis: Tika Kartika, A.md | Pegiat Literasi
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Media saat ini ramai memberitakan beragam peristiwa kejahatan yang dilakukan oleh remaja. Generasi yang seharusnya disibukkan dengan aktifitas menimba ilmu, malah harus berurusan dengan pihak kepolisian akibat kejahatan yang dilakukannya.
Beberapa waktu lalu diberitakan seorang pelajar SMP bernama N, berusia 15 tahun di kabupaten Lampung Utara diperkosa oleh 10 orang pria. Korban ditemukan dalam kondisi mengenaskan di sebuah gubug di wilayah Lampung Utara pada hari Sabtu (17/2/2024).
Korban seperti ditulis kompas, disekap selama 3 hari, tidak diberi makan, hanya dicekoki minuman keras. Mirisnya, 3 dari 6 orang pelaku yang ditangkap masih di bawah umur sementara 4 orang lainnya masih buron.
Sedangkan di wilayah lainnya, sebagaimana ditulis laman bangkapos diberitakan telah terjadi perang sarung di 3 tempat di Pangkalpinang, 22 remaja dibawa ke kantor polisi pada hari Sabtu (16/03/2024).
Lokasi perang sarung pertama terjadi di Jalan Gandaria 2, Kelurahan Kacangpedang, Pangkalpinang. Kemudian lokasi kedua perang sarung terjadi di Kelurahan Bukit Besar, sedangkan yang ketiga terjadi di Jembatan Jerambah Gantung. Mirisnya pelaku perang sarung tersebut mayoritas dilakukan oleh pelajar SMP dan SMA.
Perang sarung adalah sejenis tawuran yang memakai alat yaitu sarung dengan bagian ujung diikat lalu diisi dengan benda-benda keras atau senjata tajam seperti batu, gir motor dan sebagainya. lalu, para pemain saling gebuk dengan memakai sarung ke masing-masing tubuh lawan mainnya secara bergantian. Perang sarung sesama pelajar tejadi juga di jalan arteri Tol Cibitung, Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi.
Akibatnya, seperti ditulis cnnindonesia, satu orang tewas dalam tauran perang sarung, korban berinisial AA yang berusia 17 tahun. Kejadian tersebut terjadi sekitar pukul 00,30 wib pada hari Jumat (15/03/2024).
Pemuda merupakan generasi penerus suatu bangsa atau peradaban. Mereka adalah aset yang harus dijaga, dilindungi dan dibina, agar memiliki cara pikir dan cara bersikap yang benar. Namun realita menunjukkan generasi saat ini mengalami kerusakan. Mirisnya, sebagian dari mereka adalah pelaku berbagai macam kejahatan.
Kerusakan perilaku pemuda, tidak terlepas dari sistem pendidikan yang diberlakukan, baik pendidikan formal maupun non formal. Faktanya, sistem pendidikan yang diberlakukan saat ini adalah pendidikan qqqqqsekuler yang meminimalisir peran agama dalam membentuk pemikiran dan sikap/perilaku anak didik.
Tidak heran sistem ini lebih mengedepankan kebebasan, baik dalam kurikulum maupun mekanisme yang diberlakukan dalam sistem pembelajaran.
Maka, secara tidak langsung kerusakan pemuda saat Ini merupakan ekses sistem pendidikan yang berbasis kebebasan ini. Munculnya kasus-kasus kriminalitas pemuda membuktikan bahwa istem ini telah gagal mencetak generasi. Pemuda dididik menjadi generasi yang pandai secara keilmuan namun minin dalam adab/akhlak.
Selain penerapan sistem, lingkungan yang rusak pun berpengaruh dalam membentuk kepribadian generasi. Sikap individu di tengah masyarakat menjadi salahsatu faktor kurangnya nasihat bagi mereka. Ditambah lagi dengan maraknya tayangan dengan konten kekerasan dan seksusal yang bebas diakses kapan saja dan dimana saja.
Inilah potret rusaknya generasi akibat sekulerisme liberal. Pemuda saat ini tidak lagi menjadikan agama sebagai petunjuk dalam berpikir dan bertingkah laku. Mereka bebas berjalan sesuai dengan hawa nafsunya, sehingga mereka disibukan dengan aktifitas mengejar eksistensi, popularitas, kesenangan fisik, hiburan dan nilai-nilai materialistik, dan yang lebih parah mereka gemar dalam melakukan kerusakan dan berbagai macam kejahatan.
Sistem pendidikan dalam konsep islam merupakan aspek penting dalam upaya mencetak generasi peradaban. Pendidikan Islam memiliki pandangan yang khas, yaitu asasnya adalah akidah Islam. Melalui pendidikan Islam ini, pemuda muslim akan dididik dan dipahamkan tentang jatidiri sebagai seorang hamba dan dibentuk agar selalu terikat dengan syariat sehingga pemuda tumbuh menjadi sesosok yang haus akan kontribusi terbaik dalam keberlangsungan hidup.
Pendidikan Islam mengajarkan kepada anak untuk senantiasa memiliki kepribadian (syakhsiyah) yang islami sehingga mereka akan terbentuk pola pikir (aqliyah) yang islami dan pola jiwa (nafsiyah) yang islami. Pembentukan ini menjadikan pemuda menjalani kehidupan hanya untuk mencari ridho Allah SWT serta keikhlasan dan kesabaran atas perintah dan larangan-Nya.
Talaqiyan fikriyan atau penerimaan pemikiran dari pengajar ke pelajar menjadi metode pengajaran pendidikan di dalam Islam. Para pengajar harus memiliki kemampuan untuk mentransfer pemikiran kepada anak didiknya sesuai dengan bahasa yang dapat dipahaminya sehingga anak didik mampu memproses pemikiran bukan hanya sekedar transfer informasi. Maka dari itu, metode ini akan mampu mencetak generasi yang beriman bertakwa. Wallahu’alam Bissowab.[]
Comment