Sekularisme Dan Anak Durhaka Bagaimana Solusinya?

Opini613 Views

 

Oleh: Devita Deandra*

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Baru-baru ini, telah ramai diberitakan media, seorang anak melaporkan ibu kandungnya ke polisi di Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Meski kemudian ia mencabut laporannya, tetapi sang ibu berinisial S (36) sempat mendekam dalam sel tahanan Polsek Demak Kota pada 9 Januari 2021 lalu. Detik.com

Sebenarnya perseteruan antara ibu dan anak, yang berujung pidana bahkan hilangnya nyawa bukanlah yang pertama.

Seperti yang diberitakan bulan Desember 2020 lalu ada anak yang tega menghabisi nyawa ibu kandungnya dan juga melukai ayahnya. Adalah Fahrur (30) yang di tangkap Polres Muaro Jambi, yang mana anak ini tega membunuh ibu kandungnya, Ernawati (60) dan menganiaya ayahnya, Sayuti (62) dengan senjata tajam di Desa Penyigat Olak, Kecamatan Jalulo, Kabupaten Muaro Jambi, Jumat (11/12/2020).

Dari hasil pemeriksaan, motif pembunuhan itu karena tersangka kesal lantaran tidak diberi uang oleh korban. Tersangka lalu pergi ke dapur dan mengambil pisau lalu menusukkannya ke tubuh ibu dan ayahnya. Inews.id

Menanggapi peritiwa di atas, memanglah rusaknya hubungan keluarga ini tak lepas dari sistem sekularisme yang diterapkan di negeri ini. Sistem sekularisme menjadikan hubungan di antara keluarga hanya bernilai materi.hubungan antara anak dan ibu diukur berdasarkan untung rugi. Tak masalah jika harus memenjarakan orang tua bahkan menghabisi nyawanya.

Adanya berbagai kisah miris seperti ini menunjukkan, akan kegagalan penerapan sistem Kapitalisme sekular oleh negara. Yang mana telah memunculkan tekanan ekonomi, fisik, mental, dan psikologis masyarakat. Negara juga gagal menjamin kehidupan adil, sejahtera, damai, tenteram, dan penuh rasa aman.

Hal ini mestinya menyadarkan masyarakat bahwa sistem saat ini tidak mampu memenuhi kewajibannya, bahkan untuk melahirkan moral anak pada orang tuanya. Yang ada justru melahirkan generasi yang durhaka.

Sekularisme diperparah dengan sistem pendidikan ala kapitalisme yang berkiblat pada Barat. Alhasil, mendorong generasi hanya terobsesi pada kecerdasan akademik, namun nihil dalam membentuk moral dan karakter mulia.

Terbukti, arah dan tujuan pendidikan sekular melahirkan kebijakan yang tidak untuk mencetak generasi berkepribadian dan berkarakter islami.

Bukan hanya itu, keretakan rumah tangga hingga problem dunia kini pun adalah buah dari kegagalan sistem kufur tersebut.

Dengan demikian, berharap kebahagian yang hakiki dalam sistem kapitalis-sekular merupakan utopia. Sehingga, perlu adanya kesadaran di tengah-tengah masyarakat mengenai kesalahan sistem hidup hari ini dan menggantinya dengan sistem yang benar-benar memberikan kesejahteraan.

Yakni Islam, sistem inilah yang dibutuhkan Keluarga. Sebab sebagai agama sekaligus ideologi, Islam merupakan sistem yang kompleks memberikan solusi atas berbagai problematika kehidupan termasuk masalah keluarga. Pendidikan dalam Islam dimulai dalam keluarga bahkan sebelum seorang anak terlahir di dunia. Rasullah saw. bahkan memerintahkan manusia untuk belajar berkeluarga 25 tahun sebelum membangun bahtera rumah tangga.

Maksud dari pernyataan ini adalah seseorang sebelum membangun rumah tangga terlebih dahulu harus memiliki ilmu berumah tangga yang cukup sebagai modal mengarungi kehidupan keluarga.

Pendidikan dalam keluarga menurut Islam adalah pendidikan yang dimaksudkan untuk membentuk anak agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa pada Tuhannya, serta berakhlak mulia yang mencakup etika, moral, budi pekerti, dan tingkah laku. Sehingga, pendidikan keluarga didasarkan pada tuntunan agama Islam. Di samping itu, dalam ajaran agama Islam anak adalah amanah Allah. Amanah wajib dipertanggungjawabkan. Hal ini sebagai bentuk kasih sayang orang tua kepada buah hatinya.

Selaras dengan firman Allah Swt.

“Harta dan anak-anak merupakan perhiasan kehidupan dunia.” [Al-Kahfi ayat 46]

Secara umum inti tanggung jawab itu adalah menyelenggarakan pendidikan bagi anak-anak dalam rumah tangga. Agama Islam secara jelas mengingatkan para orang tua untuk berhati-hati dalam memberikan pola asuh dan memberikan pembinaan keluarga sakinah.

Maka juga harus disadari oleh para orang tua bahwa pendidikan yang dimaksud bukanlah hanya pendidikan formal namun pendidikan akidah serta akhlak sejak dini lebih utama, sebab dengan anak paham agama sejak dini akan lahir anak-anak yang berkebribadian Islami, taat kepala Allah. Serta hormat dan patuh kepada orang tua. Sehingga tak mudah tergerus moralnya.

Namun kini hal itu menjadi sangat sulit, sebab hari ini Islam tak lagi diterapkan secara kaffah dalam seluruh aspek kehidupan, maka perjuangan untuk melahirkan moral pada anak menjadi amat berat sebab tidak adanya dukungan oleh negara.

Maka dari itu harus ada Penerapan Islam secara kaffah di bawah naungan daulah Khilafah, yang mana dengan inilah negara berperan aktif dalam menjamin keamanan, pendidikan serta jaminan lainnya, juga mampu menjadikan setiap orang tua memiliki peran membangun keluarga yang bermoral.

Metode pendidikan dalam Islam juga mampu menjadikan generasi cerdas dalam akademik, sains, dan teknologi tanpa menggeser moral dan pribadi islami sebagai karakter utamanya.

Hal semacam ini hanya mampu diwujudkan dengan kembali kepada Islam secara keseluruhan dan mencampakkan sistem buatan manusia yang syarat dengan kepentingan dan tak mampu menjaga moral, yakni sistem kapitalisme sekular. Wallahu A’lam.[]

 

*Penulis adalah seorang Ibu Rumah Tangga dan Aktivis Muslimah

_____

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat menyampaikan opini dan pendapat yang dituangkan dalam bentuk tulisan.

Setiap Opini yang ditulis oleh penulis menjadi tanggung jawab penulis dan Radar Indonesia News terbebas dari segala macam bentuk tuntutan.

Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan dalam opini ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawab terhadap tulisan opini tersebut.

Sebagai upaya menegakkan independensi dan Kode Etik Jurnalistik (KEJ), Redaksi Radar Indonesia News akan menayangkan hak jawab tersebut secara berimbang

 

Comment