Pagi itu, bumi di guyur hujan
Jalanan basah begitu juga dengan pepohonan
kicauan burung tak lagi terdengar
Sepi senyap, hanya gemuruh hujan yang meriuhkan hati terdalam
Pagi itu, hati ku menggigil
Di terpa hujan rindu yang begitu deras
Aku terdiam menatap di balik jendela
menyelam kenangan di masa silam
Begitu indah masa itu
Tangan Ibunda nan hangat mendekap ku
Lembut suara ayahanda membaca lantunan ayat suci al-Quran
Seraya pejaman mata ku menelusuri mimpi indah ku
Bau harum tanah desa ku
ladang-ladang nan hijau
Suara kicauan burung yang mengalun merdu menjadi pelipur lara para petani
Sungai yang jernih ladang bermain anak-anak
Penuh canda tawa tiada tara
Ku kenang jelas sambil meneguk secangkir kopi di tangan ku
Berharap rindu melebur bersama kopi yang ku minum
Rindu sang perantau kepada Desa kecilnya
Rindu sang anak kepada orang tuanya
Hati ku tersenyum sambil berbisik lirih
“Untungnya ada secangkir kopi penguat rindu”
Ya, Secangkir kopi penguat rindu…
Desi Ulvia, kelahiran Medan, 1 Desember 1997, Mahasiswi UIN Ar-Raniry, Banda Aceh, Fakultas Adab dan Humanioura.
Comment