RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Buku adalah jendela ilmu, di dalamnya kita bisa menjelajahi ragam pengetahuan di belahan bumi bahkan menembus ruang dan waktu. Buku membuka wawasan kita dalam berbagai bidang seperti ekonomi, politik, sosial budaya dan ilmu pengetahuan lainnya.
Banyak manfaat yang dapat kita ambil dengan membaca buku seperti:
1. Dapat memuaskan akal kita dan dapat menstimulus kerja otak kita sehingga otak kita akan terus aktif dan akan mengurangi resiko kepikunan di usia tua.
2. Dapat mengetahui sejarah, dari sejarah kita bisa mengambil banyak hikmah dan pelajaran berharga dalam kehidupan.
3. Dapat meningkatkan konsentrasi dan kefokusan.
4. Dapat menambah kosakata kita dan akhirnya melatih kita untuk bisa menulis buku.
5. Dapat memperluas pemikiran kita dan mengetahui tujuan hidup.
Begitu banyak manfaat buku yang dapat kita peroleh, namun apa jadinya ketika buku itu menjadi sesuatu yang amat mahal atau semakin berkurang dan bisa jadi kemudian menjadi barang langka.
Seperti dilansir ayobandung.com bahwa perpustakaan kabupaten Bandung belum memiliki jumlah buku yang ideal. Hal ini tentu berdampak tidak baik bagi perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan.
Walaupun di era generasi milenial buku secara fisik telah menjelma menjadi e-book atau buku elektronik, tetap saja buku sacara fisik masih kita perlukan.
Karena saat ini keberadaa media sosial pun belum merata secara keseluruhan di berbagai pelosok Nusantara.
Pada dasarnya pengadaan buku dalam suatu perpustakaan tentunya melibatkan berbagai aspek, baik dari segi anggaran, pengelolaan sumber daya manusia, fasilitas serta minat baca yang semakin pudar.
Tentu hal ini adalah suatu masalah yang harus segera dibenahi dan dicarikan jalan sebagai solusi.
Perpustakaan di era kegemilangan Islam
Islam sangat menjungjung tinggi ilmu pengetahuan, karenanya dapat kita lihat dari berbagai sumber sejarah bagaimana gudang ilmu yaitu perpustakan berdiri dengan kokoh di zaman peradaban Islam.
Seperti halnya khalifah Al – Mutawakil penguasa Dinasti Abbasiyah pada abad ke – 9 M membangun Zawwiyat Qurra (perpustakaan) bagi masyarakat yang gemar membaca, sehingga berdirilah sebuah perpustakaan yang kokoh dan megah.
Para khalifah menyadari bahwa perpustakaan adalah jantung inti pendidikan, tanpanya aktifitas belajar mengajar akan hampa.
Islam tidak menganggap remeh eksistensi perpustakaan, sehingga banyak jenis perpustakaan di era kegemilangan Islam. Perpustakaan tersebut antara lain:
1. Perpustakaan akademis, seperti Bayt Al – hikmah di Baghdad yang berfungsi sebagai pusat studi dan aktifitas penerjemahan.
2. Perpustakan khusus, bersifat swasta, alih – alih publik, yakni para ilmuwan yang memilki perpustakaan sendiri.
3. Perpustakaan umum ,perpustakaan pemerintah yang siap melayani masyarakat baik muslim ataupun non muslim.
4. Perpustakaan sekolah, disetiap sekolah menyediakan perpustakaan yang lengkap dengan buku–buku dan berbagai fasilitas penunjang belajar mengajar.
5. Perpustakan yang tumbuh diberbagai masjid–masjid.
Setelah kita membandingkan bagaimana perlakuan terhadap ilmu pengetahuan di zaman sekarang dan di zaman kegemilangan Islam, tentulah kita dapat merasakannya hanya Islam lah yang sangat menjunjung tinggi ilmu pengetahuan sehingga buku–buku pengetahuan bermunculan, para ilmuwan berdatangan, dan perpustakaan tidak pernah sepi dari kunjungan.
Rasa rindu akan kebangkitan Islam pun makin terasa ketika kita tahu Islam bukan hanya sekedar agama yang menjunjung masalah ibadah saja tetapi Islam pun menjunjung tinggi ilmu pengetahuan.
Saatnya kita berbenah agar kegemilangan itu akan kembali berjaya, sehingga manisnya ilmu akan kita rasakan bersama. Wallahu a’lam bishshawab.[]
*Aktivis dakwah, pencinta ilmu
Comment