Sania Nabila Afifah*: Boikot Produk Perancis, Apakah Berpengaruh?

Opini688 Views

 

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Negara berpenduduk muslim mengecam Macron hingga memboikot produksi Perancis. Terkait penghinaan terhadap Nabi Muhammad Saw.

Boikot adalah ungkapan protes dari dari umat Islam atas kemarahan yang dipicu oleh karikatur Nabi Muhammad Saw yang dibuat oleh orang perancis dan didukung oleh presiden Macron atas nama kebebasan.

Siapa yang tidak marah jika kekasih tercintanya dihina?

Apalagi yang mereka hina adalah kekasih Allah, habibullah Muhammad Saw manusia yang paling sempurna, paling mulia mereka hina. Anehnya kejadian seperti ini terus menerus terjadi berulang.

Demi membela dan bentuk cinta kepada Nabi Muhammad Saw kaum muslim melakukan boikot terhadap produk perancis.

Dikutip dari liputan6.com Seruan boikot MUI dilayangkan melalui surat pernyataan Nomor: Kep-1823/DP-MUI/X/2020 tertanggal 30 Oktober 2020.

“MUI menyatakan sikap dan mengimbau kepada Ummat Islam Indonesia dan dunia untuk memboikot semua produk yang berasal dari negara Perancis,” bunyi salah satu pernyataan dalam surat yang ditandatangani Wakil Ketua Umum MUI, Muhyiddin Junaidi dan Sekjen MUI Anwar Abbas itu.

Pemboikotan ini sebagaimana yang telah diserukan oleh sejumlah negara lain, seperti Turki, Qatar Kuwait, Pakistan, dan Bangladesh.

MUI juga mendesak Pemerintah Indonesia untuk menekan dan mengeluarkan peringatan keras kepada Perancis dengan cara menarik sementara Duta Besar Republik Indonesia yang ada di Paris.

Memang dengan boikot itu tidak akan memberikan pengaruh secara langsung terhadap penghina Nabi, sebagaimana pendapat pengamat ekonomi sekaligus Dosen Perbanas Institute, Piter Abdullah memastikan gerakan boikot produk Prancis tidak berpengaruh banyak kepada Indonesia, baik dari sisi investasi maupun ekspor impor.

Sebab, produk-produk Indonesia sendiri tidak banyak yang bisa menjadi substitusi produk Prancis.

Alasannya, produk asal Indonesia belum tepat untuk dijadikan pengganti barang-barang Perancis yang kerap digunakan sebagai gaya hidup. Seperti tas Hermes yang kedapatan digemari oleh istri Erdogan, Emine Erdogan.

“Peluang selalu ada. Tanpa adanya gerakan boikot pun peluang Itu ada. Tapi produk-produk kita tidak banyak yang bisa menjadi substitusi produknya Perancis. Oleh karena itu kita tidak punya banyak peluang untuk memanfaatkan gerakan boikot terhadap produk Prancis,” kata Piter seperti dikutip Jumat (30/10/2020).

Memang iya, namun setidaknya dengan boikot itu menunjukkan bahwa ummat Islam masih punya nyawa dan nyali untuk membela Nabi Muhammad Saw. Dengan boikot itu setidaknya membuat takut orang kafir bahwa umat islam tidak akan pernah diam ketika Nabi dan Agamanya dinista.

Apalagi sebagai Muslim yang menyatakan beriman kepada Allah dan Nabi-Nya sudah menjadi keharusan untuk membelanya. Sebagaimana orang-orang terdahulu seperti para shahabat. Dengan tiadanya pemimpin islam dan kekuatannya untuk melindungi saat ini, Agama dan Nabi kita selalu menjadi bahan hinaan orang-orang kafiir.

Maka dengan selemah-lemahnya kekuatan adalah dengan cara boikot inilah nantinya menjadi hujjah bagi kita bahwa, kita tidak diam ketika Agama dan Nabi kita dilecehkan.

Kecuali, boikot ini diiringi dengan boikot terhadap sekulerisme, liberalisme, demokrasi dan kapitalisme. Sejatinya prodak itulah yang harus dilenyapkan dari muka bumi ini. Sehingga tidak lagi ada penghina dan melecehkan Islam dan Nabi Muhammad Saw.

Pemikiran kufur yang selama ini bercokol dan mencrengkram pemikiran kaum muslim serta upaya kafir barat untuk menyebarkan pemikiran kufur tersebut ke negeri-negeri Islam. Dan dengan dalih kebebasan berpendapat tanpa berpikir panjang mereka telah menyakiti perasaan kaum muslim sedunia.

Pemikiran seperti itu semakin subur karena dilindungi oleh negara yang menganut sistem kapitalisme sekuler demokrasi dimana hak berpendapat dan berekspresi itu boleh. Itulah watak asli kafir barat yang akan selalu membenci Islam.

Sehingga wajar jika penghinaan terhadap Islam dan Nabi Muhammad itu terus berulang terjadi. Umat Islam saat ini butuh khalifah untuk total membungkam mulut kebencian perancis dan seluruh imperialis Eropa.

Sebagaimana Khalifah Abdul Hamid 11 dengan tegas marah kepada orang perancis saat akan mengadakan teater yang menghina Nabi. Sehingga perancis kemudian membatalkan pertunjukan tersebut.

Sejatinya yang harus kita lakukan saat ini adalah berjuang menegakkan kembali kehidupan Islam dalam  konteks yang lebih komprehensif meliputi politik, ekonomi dan negara.W allahu a’lam bish-showab. []

*Komunitas Muslimah Rindu Janah

Comment