Sania Nabila Afifah: Bencana Terus Berulang Salah Siapa?

Berita495 Views
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Gempa dan tsunami kembali melanda negri ini, seolah-olah tak ada hentinya. Padahal beberapa waktu lalu masih belum bisa lupakan bencana yang terjadi di Lombok. Keadaan di Lombok masih pada tahap pemulihan, kini negri ini kembali di uji lagi oleh Allah SWT.
Gempa dan tsunami melanda Kota Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah telah menelan korban jiwa, banyak bangunan yang ambruk dari rumah, mall, hotel, rumah sakit, akibat gempa 7,4 SR dan tsunami setinggi 1,5-3 meter. (TribunStyle.com).
Data terbaru korban gempa dan tsunami di Sulteng mencapai 1.407 korban meninggal ribuan korban tertimbun belum terdeteksi. (KompasCom).
Seharusnya pemerintah harus lebih bijaksana dalam menanggulagi bencana. Jika pemerintah banyak belajar dari kejadian-kejadian yang sudah terjadi, agar lebih sigap dalam menanggulangi bencana dan mengantisipasinya,  agar bencana tidak sampai menimbulkan banyak korban. Deteksi dini demi mengantisipasi bencana yang banyak menelan korban secara masif tidak ditanggapi secara serius oleh negara, ini merupakan kelalaian negara dalam melindungi rakyat.
Ikhtiar mengantisipasi datangnya bencana pemerintah harus mengupayakan perlatan dengan teknologi yang canggih untuk menanggulangi bencana, tetapi sayangnya upaya dari pemerintah kurang sigap dalam mengadakan alat deteksi tersebut. Dan banyak alasan yang mereka ungkapkan. 
Fakta yang mengejutkan dalam paparan yang disampaikan pihak Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) soal gempa  6,9 SR yang mengguncang beberapa wilayah di Indonesia ternyata sudah lama tidak berfungsi. Dalam pemaparan Sutopo pihaknya selama ini kesulitan mendeteksi tsunami setelah gempa, penyebabnya semua buoy sistem peringatan dini tsunami yang dipasang ditengah laut Indonesia tidak ada yang fungsi. Padahal menurut Sutopo alat pendeksi ini sangat diperlukan untuk memastikan adanya tsunami. (Detiknews.com).
Itu menyebabkan  mengapa bencana sampai menelan banyak korban dan kerusakan. Karena dari pihak pemerintah yang kurang optimal dalam melakukan kerjanya, langkah awal dengan mengadakan peralatan dengan teknologi canggih ini adalah bentuk iktiyar ketika tiba-tiba terjadi bencana alam. Apalagi Indonesia adalah wilayah yang masuk katagori rawan terjadi bencana alam seperti, gempa, longsor, tsunami, gunung meletus, angin, kebakaran. 
Pengadaan alat deteksi dini ini memang mahal tetapi pemerintah tak perlu banyak alasan untuk mengupayakannya. Karena itu adalah bentuk riayah kepada rakyat untuk menjaga keamanan mereka, baik jiwa maupun harta, dari ketakutan akibat bencana. Kondisi sekarangpun mereka masih dipenuhi rasa takut, kehilangan keluarga, penjarahan harta, mayat berserakan hingga bau busuk tercium dimana-mana. Tanpa ada kerja yang nyata dari pemerintah sebagai pengurus rakyat. 
Begitulah pemerintah dalam sistem demokrasi selalu lamban bahkan abai dalam mekakukan tugasnya sebagai pengurus rakyat, pemerintah hanya sibuk dengan agendanya sendiri yaitu menyiapkan pertemuan dengan IMF yang akan dilaksanakan di Bali pada 8-14 Oktober 2018, yang mana semua persiapan sudah 100 % rampung. mulai dari sewa gedung dan lain sebagainya sudah dilakukan untuk menyambut tamu dari 189 negara anggota dengan total anggota 15 ribu orang. Untuk melaksanakan pertemuan di Bali nanti jelas Fadli Zon , Indonesia mengeluarkan anggaran sebanyak kurang lebih Rp 1 Triliun. Ada dana  dari APBN Rp 850 Milyar, ada dari Bank Indonesia, ada dari beberapa instasi lain. Jadi jumlahnya melebihi Rp 1 Triliun. (Tribunnews.com).
Dana yang cukup banyak hanya digunakan untuk perhelatan yang tidak penting dan mubazir. Seandainya dana itu digunakan untuk menanggulangi bencana itu lebih membantu korban bencana di Palu dan Donggala. Padahal pertemuan itu justru merugikan kepentingan rakyat dan hanya menguntungkan kepentingan kapital. Pemerintah lebih tunduk kepada kepentingan para Kapital dari pada rakyatnya,  Walaupun ada usulan dari ketua DPR Fadli Zon untuk membatalkannya. Tetapi agenda tetap akan terus berjalan sesuai rencana.
Walaupun yang akan dibahas didalam pertemuan itu adalah terkait dengan bencana yang terjadi di Palu dan Donggala. Menurut luhut  ketua panitia tahunan pertemuan, itu tak akan menghambat bagi proses rehabilitasi Palu dan Donggala juga sekitarnya. Dan pertemuan itu akan menjadi ajang untuk mencari bantuan International serta bertukar pengalaman soal mitigasi bencana. (Tirto.id)
Solusi dalan islam
Islam sebagai agama dan ideologi memiliki solusi yang menyeluruh disemua aspek kehidupan manusia, masalah bencana alam merupakan kehendak Allah yang menciptakan manusia alam semesta dan hidup yang tidak bisa dihindari oleh manusia, akan tetapi manusia memiliki tawakkal dan ikhtiyar akan segala kemungkinan yang terjadi. Problem solving penanganan bencana alam mestinya dapat dilakukan dengan metode yang benar serta bisa dipertanggung jawabkan.
Bencana alam hanya bisa ditangkal dengan ikhtiyar, tak cukup sekedar tawakkal. Sebagai penguasa harus bisa menaruh simpati yang besar terhadap rakyat agar tersedia fasilitas umum yang mamou melindungi rakyat dari berbagai bencana.
Penguasa menyediakan serta membayar para insinyur untuk membuat alat dan metode peringatan dini , mendirikan bangunan tahan bencanam membangun banker cadangan logistik, hingga melatih masyarakat untuk selalu tanggap darurat. Aktifitas jihad adalah cara efektif agar masyarakat selalu siap menghadapi situasi tetburuk. Mereka tahu bagaimana harus mengefakuasi diri dengan cepat, bagaimana menyiapkan barang-barang  yang penting, bagaimana mengurus jenazah yang bertebaran, dan bagaimana merehabilitasi diri pasca kedaruratan.
Para pemimpin dalam Daulah Islam juga orang-orang yang terlatih dalam situasi normal maupun genting bukan orang-orang yang hanya memberi peringatan dini jika ada bencana.
Di Turki untuk menangkal gempa, orang membangun gedung-gedung tahan gempa. Sinan,  arsitek sulthan Ahmed yang fenomenal, membangun masjidnya itu dengan kontruksi beton bertulang yang sangat kokoh serta pola-pola melengkung yang berjenjang yang dapat membagi dan menyalurkan beban secara merata. Semua  masjid yang dibangunnya juga diletakkan pada tanah-tanah yang menurut penelitiannya saat itu cukup stabil.Gempa-gempa besar diatas 8 Skala Richter yang terjadi kemudian hari terbukti tak membuat dampak sedikitpun pada masjid itu.
Untuk menangani korban bencana penguasa harus bertindak cepat, melibatkan seluruh warga yang dekat daerah bencana. Penguasa menyediakan tenda, makanan, dan pengobatan yang layak agar korban tidak menderita kesakitan akibat penyakit, kekurangan makanan, atau tempat istirahat yang tidak memadai. Selain itu penguasa harus melakukan mental recovery dengan melibatkan alim ulama.
Negara akan menyediakan alokasi anggaran untuk menghadapi bencana bisa dari zakat, kekayaan umum, maupun yang lain. Dengan begitu negara bisa bertindak cepat tanpa harus menunggu uluran tangan masyarakat.
Inilah cara untuk mengatasi bencana dalam pandangan Islam, penguasa harus nengambil kebijakan yang tidak hanya berdasarkan rasional saja, tetapi juga berdasarkan syariah. Wallahu a’lam bish-showab.

Penulis adalah anggota Komunitas Muslimah Rindu Jannah

Comment